Ini akan menjadi waktu menguntungkan bagi Israel untuk bangun dengan semangat kenabian terbarukan sebagai pemikul akidah pemersatu dunia, sebagai Mesias jaya bangsa-bangsa. Melalui Israel, akidah-akidah monoteistik dunia dapat dipersatukan.

Ini akan menjadi waktu menguntungkan bagi Israel untuk bangun dengan semangat kenabian terbarukan sebagai pemikul akidah pemersatu dunia, sebagai Mesias jaya bangsa-bangsa. Melalui Israel, akidah-akidah monoteistik dunia dapat dipersatukan.
Jika penafsiran kita atas istilah Ketuhanan, atau θεότης, adalah penafsiran yang benar, dan hal-hal yang terlihat konon dilihat, atau θεατά, dan apa yang melihat mereka dinamakan θεός, atau Tuhan, maka tak satupun dari Persona-persona dalam Trinitas bisa dikecualikan dari sebutan itu.
Kita begitu terbiasa mengkontraskan Kristen sebagai agama universal dengan Yudaisme sebagai agama kebangsaan dan karenanya terbatas, sehingga kita agak kaget mendapati Dr. Kohler menggambarkan relasi sebenarnya tersebut sebagai kebalikannya.
Kaum Yahudi meyakini dengan kukuh bahwa mereka berada dalam relasi khusus dengan Pencipta. Ekspresi-ekspresi yang biasa digunakan oleh para teolog Kristen terkait bangsa kuno Tuhan memiliki makna fisik dan genealogis nyata bagi kaum Yahudi.
Kita tidak menemukan bahwa, di luar Yudaisme, manusia pernah mencapai konsepsi hubungan personal intim dan terus-menerus antara Tuhan dan umat manusia... Sebenarnya Dewa-dewa Indo-Arya adalah kekuatan-kekuatan pemurah, bersahabat, kita hampir bisa katakan ramah; manusia adalah anak mereka, bukan hamba mereka.
Mereka adalah pelayan-pelayan Tuhan untuk membawa kebenaran-kebenaran-Nya kepada bangsa-bangsa lain di bumi. Namun, mereka lambat untuk memahami tujuan Tuhan ini. Mereka cenderung berpikir bahwa mereka adalah satu-satunya bangsa yang Tuhan pedulikan.
Kendati semua manusia, tanpa dibeda-bedakan, dikasihi oleh Tuhan, tapi kasih khusus ditunjukkan kepada bani Israel, yang telah diistimewakan oleh Tuhan di atas semua bangsa lain dan telah menerima banyak tanda cinta-kasih-Nya.
Jika ada yang pasti menyangkut sang Pendiri Kristen, itu adalah bahwa dari awal sampai akhir dia merupakan orang bani Israel yang bersemangat dan taat, yang mengajarkan moralitas luhur akidah leluhurnya dan mendorong para pengikutnya untuk melaksanakan kewajiban menegakkan agama mereka.
“Aku tak keberatan doktrin tersebut misterius; aku mempercayai banyak hal yang misterius; tapi aku tak ingin bahasa jadi misterius. Mungkin lebih baik kau gunakan kata Yunani, atau kata Ibrani, atau kata China, dan memintaku untuk percaya ada tiga hipostasis atau tiga prosopa dalam Ketuhanan.”
Keberatan kaum Yahudi terhadap doktrin Trinitas persona Ketuhanan bukanlah karena itu mengajarkan bahwa jumlah personanya tiga, tapi karena itu mengajarkan bahwa dalam Ketuhanan terdapat kemajemukan persona, yang mereka bilang sama dengan kemajemukan Tuhan.
Kalian familiar dengan ekspresi “pria serupa Tuhan”, atau wanita “serupa Tuhan”. Tentang beberapa pahlawan ras kita, dikatakan “dia berjalan dengan Tuhan”. Kita semua dapat membentuk hidup kita dengan cara serupa Tuhan. Seluruh beban ajaran moral dalam Kitab Suci kita adalah seruan menuju Keilahiahan ini.
“Ketika tiba masanya...akankah kaum Yahudi memegang Palestina dan berkata: ini tanah kami? Akankah siapapun bisa mencegah mereka? Jikapun gerakan Zionis memiliki karakter kebangsaan, tetap ada arus bawah keagamaan yang kuat. Kami percaya bangsa Yahudi memiliki masa depan.”
Para bangsawan ini biasa menyatakan yang tak ada, dan menyangkal yang ada. Mereka begitu terbiasa menggunakan fraseologi sebagai ganti berpikir, dan membaca sebagai ganti merenung, sampai-sampai otak mereka hanya memuat kata-kata, bukan ide-ide.
Muhammad mengajarkan Tuhan di atas kita; Musa mengajarkan Tuhan di atas kita dan sekaligus bersama kita; Yesus mengajarkan Tuhan di atas kita, Tuhan bersama kita, dan Tuhan di dalam kita. Menurut pandangan ini, Islam adalah sebuah relaps. Ia kembali ke level rendah.
Monoteisme mau tak mau bersifat euhemeris dalam penaksirannya terhadap agama-agama mitologis. Tak paham akan divinisasi primitif kekuatan-kekuatan alam, yang merupakan sumber semua mitologi, ia hanya punya satu cara untuk memaknai konstruksi-konstruksi besar kejeniusan kuno ini.
Jika dia memang mengatakannya, maka Monoteisme “diumumkan secara eksplisit” di masanya. Jika doktrin Monoteisme adalah sebuah perkembangan, seperti pendapat Profesor Driver, dan tidak diumumkan secara eksplisit sampai masa Yeremia, maka karakter Ulangan sebagai riwayat yang sesuai kenyataan menjadi hancur.
“Sebaliknya, beginilah yang harus kamu lakukan terhadap mereka: robohkanlah mazbah-mazbah, yaitu tempat-tempat pembakaran kurban mereka, hancurkanlah tiang-tiang berhala mereka, tebanglah patung-patung Dewi Asyera mereka, dan bakarlah habis patung-patung ukiran mereka.”
Fakta yang menurut kita terlihat sangat menentang Yudaisme adalah bahwa keturunan Ismail sudah jauh melampaui keturunan Ishak dalam menyebarkan ke seluruh dunia doktrin-doktrin dan kewajiban-kewajiban yang kini kaum Yahudi anggap paling penting.
Kaum Yahudi menganggap sebagai kewajiban besar atas mereka sebagai sebuah kaum untuk terus menentang Politeisme kaum pagan dan Trinitas umat Kristen; dan mereka berpikir bahwa di masa Mesias, doktrin keesaan tuhan mereka sendiri akan menjadi keimanan dunia. Saat itu, kata mereka, Tuhan akan esa/satu, dan nama-Nya akan satu.
Untuk mengetahui makna inderawi dari unit kata dalam kasus tertentu, pancaindera kita harus memeriksa kasusnya, dan kita akan temukan bahwa ketunggalan bayangan berbeda dari ketunggalan emas; ketunggalan emas berbeda dari ketunggalan air; dan ketunggalan air berbeda dari ketunggalan jeruk.
Jika kita perkenankan doktrin Trinitas, semua jelas, sebab bentuk jamak kata benda mengekspresikan lebih dari satu oknum dalam Ketuhanan; sementara kata kerja tunggal menunjukkan kesatuan mereka dalam tindakan; sehingga Trinitas dalam kesatuan/keesaan diisyaratkan dalam ayat pertama Alkitab.
Mereka tahu bagaimana memanfaatkan sebaik-baiknya tiga peninggalan besar yang mereka warisi: syair dan seni dari bangsa Yunani, hukum dan keterampilan bernegara dari bangsa Romawi, dan, yang terbesar, ajaran Kristus. Oleh merekalah, dengan bantuan-bantuan ini, didirikan kebudayaan abad 19.
Orang Kristen menghampiri petikan tersebut dengan prasangka trinitas, sehingga baginya “kita” ini menandakan Tuhan tritunggal. Akan tetapi, orang non-Kristen mengamati di dalam petikan tersebut semua kata kerja ditulis dalam bilangan tunggal.
Oleh sebab itulah di dalam Perjanjian Lama sering terdapat penyebutan Jehovah sang Alehim sebagai mendiami para kerub, dan oleh sebab itulah pula terdapat penerapan bayangan, sayap-sayap, bulu-bulu, dll, dari sosok-sosok simbolis itu kepada sang tuhan sendiri. Bahwa itu adalah bahasa terkini kaum beriman.
“Diketahui luas bahwa kata asli yang umumnya diterjemahkan sebagai Tuhan adalah jamak; dan bahwa ketika digunakan demikian, itu digabung dengan kata kerja tunggal. Anomali gramatis ini, di pembukaan Kitab Suci, tampaknya memberi kita suatu isyarat, yakni Kemajemukan dalam Keesaan Ketuhanan.”