Skip to content
Pasal Yahudi dan Keesaan Tuhan: Rintangan Misi Kristen dengan Doktrin Tiga Pribadi Satu Ketuhanan – Relift Media

Pasal Yahudi dan Keesaan Tuhan: Rintangan Misi Kristen dengan Doktrin Tiga Pribadi Satu Ketuhanan Bacaan non-fiksi religi

author _M. R. Miller_; date _1848_ genre _Religi_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Kaum Yahudi menganggap sebagai kewajiban besar atas mereka sebagai sebuah kaum untuk terus menentang Politeisme kaum pagan dan Trinitas umat Kristen; dan mereka berpikir bahwa di masa Mesias, doktrin keesaan tuhan mereka sendiri akan menjadi keimanan dunia. Saat itu, kata mereka, Tuhan akan esa/satu, dan nama-Nya akan satu. Berikut ini 13 pasal keimanan Yahudi yang terkenal, yang aslinya disusun oleh Maimonides. Pasal-pasal ini sering dibaca nyaring dalam Ibrani asli oleh semua jemaat di sinagoge; dan dianggap wajib atas setiap orang Yahudi untuk membacanya setiap hari. 1. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa Tuhan (terpujilah nama-Nya) adalah Pencipta dan Pengatur semua makhluk ciptaan; dan bahwa Dia sendirian yang telah men­ciptakan, sedang menciptakan, dan akan selalu menciptakan setiap ciptaan. 2. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa Pencipta (terpujilah nama-Nya) adalah Tuhan yang esa; dan bahwa tidak ada Keesaan apapun yang menyerupai Dia; dan bahwa Dia sendirianlah Tuhan kita; yang telah ada, sedang ada, dan akan selamanya ada. 3. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa Pencipta (terpujilah nama-Nya) tidak jasmaniah, pun Dia tidak terkena perubahan-perubahan yang terjadi pada materi; dan bahwa tidak ada satupun yang menyerupai Dia. 4. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa Pencipta (terpujilah nama-Nya) adalah yang awal dan yang akhir dari segala sesuatu. 5. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa Pencipta (terpujilah nama-Nya), kepada-Nya saja sepatutnya doa-doa kita dipanjatkan; dan bahwa tidak sepatutnya berdoa kepada makhluk lain. 6. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa semua perkataan para nabi adalah benar. 7. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa nubuat Musa, guru kita (semoga jiwanya tenang), adalah benar; dan bahwa dia mengungguli semua orang bijak sebelumnya dan sesudahnya. 8. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa hukum yang kini kita miliki adalah hukum yang sama yang diberikan kepada Musa, guru kita (semoga jiwanya tenang). 9. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa hukumnya takkan pernah berubah; dan bahwa Pencipta (terpujilah nama-Nya) takkan pernah memberi kita hukum lain. 10. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa Pencipta (terpujilah nama-Nya) mengetahui semua tindakan dan piki­ran umat manusia; sebagaimana dikatakan, “Dia membentuk semua hati mereka dan mengerti semua amal mereka.” 11. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa Pencipta (terpujilah nama-Nya) mengganjar orang-orang yang mena­ati perintah-perintahnya, dan menghukum orang-orang yang melanggarnya. 12. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa Mesias akan datang; dan walaupun kedatangannya terlambat, aku akan menantikan kedatangannya setiap hari. 13. Aku percaya dengan iman sempurna bahwa akan ada kebangkitan orang mati pada masa yang Pencipta kehendaki, terpujilah nama-Nya, dan tinggilah sebutan-Nya untuk selamanya.” Pasal yang menyatakan keesaan/ketunggalan Tuhan yang sederhana, tiada tanding, dan tak berubah ini menghadirkan poin vital sentral dalam keimanan Israel saat ini, yang diberi nilai penting sebesar-besarnya dan yang menjadi rintangan intelektual terbesar untuk menerima keimanan Kristen. Adalah fakta menyedihkan untuk kita bahwa sementara kaum Yahudi dengan benar menyatakan tidak ada keesaan di antara makhluk-makhluk yang dengannya keesaan Tuhan bisa dibandingkan, dalam tarikan nafas yang sama mereka menjadikan keesaan tuhan ini persis sama seperti keesaan personal kita sendiri. Mereka menyatakan keesaan ini tiada tanding, dan kemudian mendefinisikannya dengan pemban­dingan ketat dengan keesaan seorang manusia. Keesaan personal seorang individu sebagai agen moral dan intelektual diciptakan demikian oleh Tuhan dan barangkali dari fitrah makhluk-makhluk yang sedemikiran rupa sehingga dia tidak mungkin dalam dirinya ayah sekaligus anak secara subs­tansi, sehingga dia tidak mungkin dalam dirinya oknum yang mengutus sekaligus oknum yang diutus, sehingga dua pihak dari sebuah perjanjian tidak mungkin berada dalam domain kepribadiannya sendiri. Jika satu orang yang sama adalah ayah sekaligus anak, dia menopang relasi-relasi ini dengan oknum-oknum di luar dirinya, dia adalah ayah untuk orang yang kini eksis independen darinya, dan dia adalah anak dalam relasinya dengan satu oknum lain yang secara substansi berbeda; jika dia memasuki sebuah perjanjian, itu adalah perjanjian dengan seorang manusia lain; jika dia sampai melakukan suatu tindakan, tindakan ini pasti meno­pang relasi dengan suatu oknum atau objek di luar dirinya. Persis susunan ini atau keniscayaan kepribadian individual kita inilah yang kaum Yahudi nisbatkan pada Ketuhanan yang eksis abadi dan aktif; mereka menyatakan bahwa semua tindakan ilahi pasti memuat relasi dengan suatu makhluk di luar Tuhan, mereka tidak mengakui kemungkinan transaksi apapun dalam Ketuhanan sendiri sebelum eksistensi makh­luk apapun, dan mereka memperlakukan dengan sangat jijik semua ide kita bahwa sebuah rencana dan perjanjian diben­tuk dalam keabadian antara Tiga Oknum dari satu Ketuha­nan untuk penyelamatan manusia, dan bahwa dalam melak­sanakan perjanjian abadi ini Tuhan, dalam keutuhan waktu, mengutus Putera-Nya ke dunia. Yahudi manapun yang menolak keserupaan keesaan tuhan dengan keesaan personal seorang manusia dalam poin yang satu ini dianggap telah meninggalkan keimanan Yahudi—dianggap sebagai Yahudi yang binasa (Meshumadh). Mereka percaya bahwa doktrin keesaan Tuhan mereka dinyatakan dengan jelas dalam perin­tah ini, “Dengarlah, hai Israil! ALLAH adalah Tuhan kita. ALLAH itu esa.” Tak ada perintah yang lebih dipentingkan daripada ini. Setiap orang Yahudi diwajibkan mengulangnya sering-sering setiap hari, mengulangnya saat bangun di pagi hari dan saat pergi tidur di malam hari. Pedagang keliling Yahudi asing yang pergi dari rumah ke rumah di negara ini, yang memikul beban beratnya dan lebih berat lagi dicurigai tak jujur dan jahil, selalu merasa, meski tak pernah menga­takannya, bahwa dirinya adalah salah satu dari saksi-saksi terpilih untuk keesaan agung Tuhan, dan selalu tahu untuk mengulang perintah itu, yang terjemahannya baru saja kami berikan—Shema Yisrael Adonai Elohainu Adonai Echad. Dia tahu bahwa orang-orang yang mengucapkan kata-kata ini adalah kesayangan langit. Kaum Yahudi menganggap seba­gai kewajiban besar atas mereka sebagai sebuah kaum untuk terus menentang Politeisme kaum pagan dan Trinitas umat Kristen; dan mereka berpikir bahwa di masa Mesias, doktrin keesaan tuhan mereka sendiri akan menjadi keimanan dunia. Saat itu, kata mereka, Tuhan akan esa/satu, dan nama-Nya akan satu, sesuai pandangan khusus mereka. Pandangan-pandangan ini bagi mereka merupakan perisai ajaib terhadap semua kesan kebenaran dan kekuatan Kristen. Pemikiran tunggal bahwa Tuhan adalah esa, dan bahwa tiga oknum adalah tiga Tuhan, merampas semua efek bagus dari seruan paling khidmat terhadap hati nurani mereka, efek bagus dari representasi paling tepat dari kedosaan mereka dan kebutu­han mereka akan seorang Juru Selamat. Ketika seorang Kristiani mengunjungi seorang Yahudi, dan mencoba mem­buktikan kebutuhannya akan harapan keabadian yang Kris­ten miliki, pikiran dan jawaban pertama si Yahudi adalah bahwa Tuhan-nya Yahudi adalah Tuhan yang esa; dan, kemungkinan besar, masalah ini atau pertanyaan “siapa yang menukar Sabbat” menjadi akhir percakapan dari pihaknya. Dan jika dia sekali lagi teringat akan misionari ini, itu diiringi dengan renungan menghibur bahwa si pengusung Tuhan tersalib tidak bisa mengkonversi dirinya.
Judul asli : Mission to the Jews; Modern Judaism: No. II. Articles of Faith<i=15wvzYIIsnsKM5tIEXuXS3e7LG-slZj4b 255KB>Mission to the Jews; Modern Judaism: No. II. Articles of Faith
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, November 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Pasal Yahudi dan Keesaan Tuhan: Rintangan Misi Kristen dengan Doktrin Tiga Pribadi Satu Ketuhanan

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)