Jika kita perkenankan doktrin Trinitas, semua jelas, sebab bentuk jamak kata benda mengekspresikan lebih dari satu oknum dalam Ketuhanan; sementara kata kerja tunggal menunjukkan kesatuan mereka dalam tindakan; sehingga Trinitas dalam kesatuan/keesaan diisyaratkan dalam ayat pertama Alkitab.
Berfirmanlah Allah, “Mari kita menciptakan manusia.” (Kejadian 1: 26)Gereja kita menyeru kita hari ini untuk merenungkan doktrin agung Trinitas yang di atasnya agama kita didirikan. Dan pasal yang menjadi sumber teks kini dipilih sebagai pelajaran untuk hari ini, karena itu memuat isyarat pertama doktrin tersebut. Adalah luar biasa bahwa dalam ayat pertama Alkitab kita menemukan perujukan kepada Trinitas. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Bahasa Ibrani memiliki tiga bilangan, tunggal, ganda, dan jamak, sehingga di mana satu oknum dibicarakan, itu dalam bentuk tunggal; di mana dua, itu dalam bentuk ganda; dan lebih dari dua, itu dalam bentuk jamak. Nah, nama Tuhan diekspresikan dalam ayat ini bukan dalam bentuk tunggal, bukan pula ganda, tapi jamak; dan kata benda jamak ini memiliki sebuah kata kerja dalam bentuk tunggal, sehingga, secara harfiah, itu akan berbunyi, “Allah-Allah (bukan Allah) menciptakan langit dan bumi.” Dan bentuk aneh ini digunakan oleh Musa sekitar 500 kali dalam berbicara tentang Tuhan. Nah, haruskah kita katakan bahwa Roh Tuhan membimbingnya untuk mempergunakan bentuk bahasa luar biasa dan tak gramatis ini tanpa alasan? Kaum Yahudi berpikir pasti ada suatu makna tersembunyi di balik itu, sebab mereka bilang tidak sah manusia berbicara tentang Tuhan dalam bahasa yang digunakan di sini. Jika kita perkenankan doktrin Trinitas, semua jelas, sebab bentuk jamak kata benda mengekspresikan lebih dari satu oknum dalam Ketuhanan; sementara kata kerja tunggal menunjukkan kesatuan mereka dalam tindakan; sehingga Trinitas dalam kesatuan/keesaan diisyaratkan dalam ayat pertama Alkitab. Sekali lagi, apakah ada yang ragu bahwa Pencipta yang dibicarakan dalam pasal ini adalah Tuhan yang Maha Tinggi? Dan bukankah kaum Yahudi selalu memahaminya demikian? Tapi Perjanjian Baru mengajarkan bahwa Kristus menciptakan dunia. Dalam pasal ini pula terdapat perujukan kepada Roh Kudus: “Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Sekali lagi, dalam teks kita, Tuhan berkata, “Mari kita menciptakan manusia dalam citra kita, seperti kita.” Andai hanya ada satu oknum dalam Ketuhanan, bentuk yang tepat adalah, “Aku akan membuat manusia dalam citra-Ku, dan seperti-Ku.” Jawaban Unitarian terhadap ini adalah bahwa ini adalah gaya bicara rajawi atau kerajaan, sebagaimana seorang raja biasa berkata, ditandatangani dan dicap oleh kami, alih-alih ditandatangani dan dicap olehku. Tapi gaya rajawi itu lahir di zaman modern. Daud dan Sulaiman tidak menggunakannya; tidak pula raja-raja Homer, atau para penyair pagan kuno. Pun Tuhan tidak menggunakan bentuk ini kecuali di mana suatu makna khusus dimaksudkan, sebab gaya biasa adalah “Aku, Allah”, bukan “kami, Allah”. Pun kita tidak bisa menyangka bahwa Tuhan sedang berunding dengan para malaikat ketika Dia berkata, “Mari kita menciptakan manusia,” sebab apakah manusia dibuat sesuai citra Tuhan dan para malaikat, atau apakah para malaikat membantu dalam menciptakannya? Kaum Yahudi memiliki sebuah tradisi bahwa ketika Musa hendak menuliskan kata-kata ini, “Mari kita menciptakan manusia”, dia berteriak, “Wahai Tuhan dunia, mengapa Kau akan memberi manusia kesempatan untuk menyimpang tentang keesaan-Mu yang paling sederhana?” Lantas dia menerima jawaban ini, “Tulislah sebagaimana Kuperintahkan padamu, dan jika ada manusia yang suka menyimpang, biarlah dia menyimpang,” yang menunjukkan bahwa kaum Yahudi berpikir ada suatu misteri besar dalam kata-kata ini. Kita menyimpulkan bahwa itu adalah misteri Trinitas, dan bahwa Gereja kita sudah menilai dengan tepat dalam memilih pasal pertama Kejadian ini, di mana terdapat tiga bukti doktrin Trinitas, sebagai pelajaran kita untuk Minggu Trinitas. Tapi mungkin ada pertanyaan, jika itu doktrin Kitab Suci, mengapa itu tidak diungkapkan secara lebih jelas di bawah Perjanjian Lama, dan mengapa Gereja Yahudi dibiarkan jahil tentang itu? Sebagai jawaban untuk ini kita dapat berkata bahwa mereka dibiarkan jahil, atau relatif jahil, tentang banyak kebenaran penting lain, misalnya penebusan Kristus, kebangkitan dan kenaikannya, dan pemberian Roh Kudus; tapi keyakinan mereka benar sebatas itu. Mereka menyembah Tuhan sebagai satu—itu benar, sebab Dia satu—mereka tidak menyembah-Nya sebagai Tiga-Satu, sebab Dia tidak diungkapkan dengan jelas kepada mereka dalam karakter demikian, tapi mereka tidak mengingkari Trinitas. Kita menyembah Tuhan sekarang berdasarkan pengungkapan kita saat ini dan pengertian kita tentang-Nya, tapi di surga kita mungkin akan melihat-Nya sangat berbeda dari apa yang kita lihat sekarang; tapi kita sudah benar menyembah-Nya sebagaimana Dia diungkapkan kepada kita sekarang. Satu alasan mengapa Trinitas tidak diberitahukan dengan lebih jelas kepada kaum Yahudi mungkin adalah karena mereka tidak cukup tercerahkan untuk menerimanya dan begitu rentan terhadap pemberhalaan/kemusyrikan sehingga mereka bisa-bisa menyembah tiga tuhan alih-alih satu. Tapi, sebetulnya, kaum Yahudi lumayan tahu tentang Trinitas. Orang-orang beriman Gereja kuno tidak jahil tentang kebenaran ilahi yang kita ketahui, mereka tidak sejahil yang kita duga. Orang yang memandang dari ruang gelap ke arah cahaya melihat lebih banyak daripada yang dibayangkan oleh orang yang memandang ke ruang gelap dari cahaya. Orang-orang Yahudi modern memang mengingkari doktrin Trinitas, karena kebencian terhadap Kristus, tapi kakek-moyang mereka melihatnya sepintas. Filo, seorang Yahudi, yang hidup sebelum kejatuhan Yerusalem, berkata bahwa Tuhan “menampakkan wujud kadang Satu dan kadang Tiga kepada akal yang tajam”. Lagi-lagi, para penafsir Yahudi menggunakan bahasa luar biasa ini: “Ada tiga derajat dalam misteri Elohim, dan derajat-derajat ini mereka namakan oknum-oknum, dan menyebut semua oknum ini satu dan tidak bisa dipisahkan.” Dan seorang Rabbi di abad kedua menyampaikan kata-kata ini, “Tuhan Bapak, Tuhan Putera, Tuhan Roh Kudus—tiga dalam kesatuan—satu dalam trinitas.” Seorang Kristiani bisa menggunakan bahasa yang paling jelas. Dalam Ulangan ditentukan berkat tiga lipat: “Jehovah memberkati dan menjagamu; Jehovah membuat wajah-Nya bersinar padamu, dan merahmatimu; Jehovah mengangkat wajah-Nya padamu dan memberimu kedamaian.” Nah, ketika pendeta mengucapkan berkat tiga lipat ini, dia mengangkat satu tangan, menutup semua jari kecuali tiga, untuk menandakan, seperti kata kaum Yahudi, Trinitas dalam Ketuhanan. Lagi-lagi, huruf Shin (ש) dalam Ibrani, memiliki tiga cabang, mirip trisula, yang bersatu pada satu tangkai, dan huruf tersebut adalah huruf pertama dalam kata Shaddai atau Yang Maha Kuasa, dan huruf tersebut ditulis dengan jelas pada rumbai-rumbai yang dikenakan oleh kaum Yahudi. Sekali lagi, setiap orang barangkali pernah melihat segitiga sama sisi yang dipakai dalam arsitektur gereja. Itu ditempatkan pada bubungan tengah langit-langit di beberapa gereja kita. Nah, ini adalah emblem Ibrani Trinitas, tiga sisi mengindikasikan tiga oknum, panjang setara mereka mengindikasikan kesetaraan mereka, dan titik temu mereka mengindikasikan kesatuan Ketuhanan.
Judul asli | : | Sermon XXXVIII. The Trinity<i=1H6M_rZ5r53gyVpln7lYAdxOKNufXCU0F 333KB>Sermon XXXVIII. The Trinity (1851) |
Pengarang | : | William Henry Lewis |
Penerbit | : | Relift Media, November 2023 |
Genre | : | Religi |
Kategori | : | Nonfiksi, Khotbah |