Skip to content
Satu Ketuhanan yang Esa: Bagaimana Kristen Menafsirkan Ekspresi Plural Tuhan dalam Menyatakan Keesaan – Relift Media

Satu Ketuhanan yang Esa: Bagaimana Kristen Menafsirkan Ekspresi Plural Tuhan dalam Menyatakan Keesaan Bacaan non-fiksi religi

author _R. H. C._; date _1819_ genre _Religi_; category _Surat_; type _Nonfiksi_ Oleh sebab itulah di dalam Perjanjian Lama sering terdapat penyebutan Jehovah sang Alehim sebagai mendiami para kerub, dan oleh sebab itulah pula terdapat penerapan bayangan, sayap-sayap, bulu-bulu, dll, dari sosok-sosok simbolis itu kepada sang tuhan sendiri. Bahwa itu adalah bahasa terkini kaum beriman. Menurut pendapatku, di sini terletak nilai penting utuh perihal apakah kita tergolong kepada komu­nitas amat berprivilese yang Tuhan Yesus kepalai “sebagai­mana seorang Putera mengepalai rumahnya sendiri” (Ibrani iii. 4-6). Dalam ide ini aku yakin kau akan setuju denganku; satu poin yang dipermasalahkan adalah poin lama, soal “apa itu kebenaran?” Kau akan berkata—dan aku akan sepenuh hati bergabung denganmu dalam sentimen ini—bahwa Kris­tus sendiri “adalah kebenaran”; semua itu berpusat padanya. Dia adalah Matahari, dan Kebenaran adalah cahaya meman­car darinya—“orang yang mengikut Aku tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan akan mempunyai terang hidup”. Tapi kemudian masih ada pertanyaan kedua, “Apa pendapat­mu tentang Kristus? Putera siapakah dia?” (Matius xxii. 42-45; xxvi. 63-66). Biarlah ini diputuskan bukan oleh wewe­nang manusia, tapi oleh suara dari langit, “Inilah Putera-Ku yang terkasih”; bukan sebagai makhluk, bukan dalam penger­tian di mana para makhluk dinamakan keturunan Tuhan—tapi dalam pengertian di mana para malaikat bukanlah Putera-putera; sebab, sebagai seorang oknum ilahi, yang berbeda darinya sendiri, Bapak berkata kepada “sang Putera, Takhta-Mu, ya Allah, akan ada selama-lamanya.” (Ibrani i. 8) Maka di sini simpul terurai. Pada persoalan ruwet inilah—yang dibuat ruwet oleh ketidakpercayaan bernalar—para penganut keyakinan Kristen, mulai dari Muslim hingga Trinitarian, berpecah-belah ke dalam begitu banyak sekte dan denominasi. Muhammad Unitarian, dan al-Qur’an, menga­kui satu Tuhan dan satu Kristus. Unitarian Socinia dan yang lain-lain juga sama. Tapi, terkait Keputeraan ilahi Kristus, mereka sepakat dalam menolak ide kepribadian jamak dalam esensi suci Tuhan. Bersekutu dengan mereka adalah Yahudi Unitarian dan para Deis secara umum yang, selain meru­pakan musuh bebuyutan nama Yesus dari Nazareth, juga sangat memusuhi pembedaan-pembedaan personal Alehim bangsa Ibrani, yang eksis dalam satu Jehovah (Keluaran iii. 18). Mereka semua bersekongkol menentang doktrin wahyu paling jelas ini, tapi yang bersinar sangat mencolok dalam Kitab-kitab Ibrani. Sebelum era Kristen, para penulis Yahudi sebetulnya (meski sayang sekali jahil secara umum tentang jilid wahyu mereka) mengakui makna jamak gelar Alehim (atau Elohim), meski mereka melihat doktrin yang diseli­mutinya hanya secara samar. Tapi sejak kedatangan Mesias, dan penolakan mereka terhadap Silo mereka sendiri yang diramalkan, kaum Yahudi terkurung dalam ketidakpercayaan dan bersekutu dengan para Unitarian non-Yahudi dalam permusuhan terbuka terhadap kebenaran ini. Dan, apa kau pikir kemungkinan besar kau akan mendekat ke arah Warta Rahayu yang lebih murni jika kau lebih mendekat kepada persekongkolan kafir Muhammad, Socinus, Deis, dan Yahudi melawan pernyataan-pernyataan kitab suci yang jelas-jelas tegas? Kebencian Yahudi terhadap doktrin ini, yang boleh dibilang telah berlaku umum sejak abad-abad pertama di semua gereja Kristus (maksudku doktrin trinitas pembe­daan-pembedaan personal dalam kesatuan Ketuhanan), kau takkan kekurangan buktinya. Kredo mereka adalah bahwa yang kekal adalah sebuah kesatuan, tanpa kemajemukan eksistensi-eksistensi personal. Dan agar kau tahu sentimen-sentimen Muhammad, dan sentimen-sentimen para peng­ikut Socinus, aku akan kemukakan mereka kepadamu dalam ekspresi-ekspresi mereka sendiri. Al-Qur’an, berbicara ten­tang Kristus, berkata, “Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah. Maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, ‘(Tuhan itu) tiga.’ Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagi­mu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak.” Nah, bahwa Kristus adalah Rasul dan Imam Tinggi anutan kita, itu sangat benar—dan juga bahwa Tuhan adalah Tuhan yang esa. Tapi siapa yang pernah bilang kepada Muhammad bahwa satu Jehovah eksis hanya dalam satu oknum? Kitab Suci berbicara tentang “Bapak dan Putera”, dan menyatakan kedua oknum ini seba­gai satu ketuhanan; tapi berlawanan dengan ini, seruan keka­firan selalu dilayangkan terhadap Keputeraan ilahi Mesias, dan terkait Keputeraan, doktrin Trinitas tentu saja dibongkar sebagai sistem yang menanamkan ide tiga Tuhan. Mendiang Tn. Granville Sharpe meninjau bahwa satu kata yang sama (dalam hal bunyi) yang mengekspresikan “Arabia” dalam Ibrani adalah istilah asli untuk seekor belalang juta; yang ke­satu adalah arab, ditulis dengan ain; dan yang kedua adalah arabah ditulis dengan alif. Karenanya, kata Tn. Sharpe, rasul telah menggambarkan para Belalang Juta Arabia ini (Wahyu xi. 1-11) sebagai berasal dari uap-uap gelap lubang tak berdasar, lantaran doktrin palsu Unitarian yang disebarkan dengan pedang oleh orang-orang Arabia. Dari orang-orang ini bangsa Turki meminum sentimen yang sama. Aku hampir tak perlu menambahkan bahwa Arabia adalah tempat kela­hiran Muhammad dan negara di mana dia pertama kali menegakkan doktrinnya. Selanjutnya, mari kita simak Dr. Priestley, pembela modern besar untuk Unitarianisme Socinia: “Pasal besar keesaan Tuhan kelak akan dianut secara seragam oleh semua orang yang menyandang nama Kristen; dan pada saat itu, dan hanya pada saat itu, kita dapat berharap dan menanti bahwa, setelah dibebaskan pula dari penyimpangan dan cela lain, itu akan menarik kaum Yahudi dan Muslim dan menjadi agama seluruh dunia. Tapi selama orang Kristen secara umum dapat dituduh melakukan kesalahan fundamental ini, yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan, maka kaum Yahudi dan Muslim akan selalu memandang jijik agama mereka.” Nah, apa yang Priestley Unitarian sebut sebagai kesalahan fundamental, dan yang al-Qur’an-nya Muhammad dan Talmud-nya Yahudi pandang dari sudut yang sama, izinkan aku menganggapnya sebagai kebenaran fundamental, se­hingga orang yang tidak menerimanya bukanlah Kristiani sama sekali. Jauh dari membayangkan penghapusannya (sarana yang mungkin untuk mengkonversi mereka), izinkan aku untuk menganggap ketidakmauan Yahudi ataupun Mus­lim, dan Deis ataupun Socinian dll, untuk mengakui doktrin gamblang ketuhanan Putera Tuhan dalam kitab suci, dan doktrin kepribadian Roh abadi, sebagai tanda penolakan mereka saat ini. Tapi apapun yang terjadi pada yang lain, untuk Yahudi sekurangnya kita bisa berharap bahwa dia akan mendengar nasehat dan menerima pelajaran dan bahwa dia akan jadi sadar akan penyelamatan di hari terakhir. Sebab, apa isi kabar nubuatik? Yaitu ini: bahwa bani Israel akan tetap “berhari-hari” dalam kondisi kafir seperti saat ini (dan mereka sudah hampir 1800 tahun terus dalam kekafiran), tapi bahwa “sesudah itu, anak-anak Israel akan berbalik dan men­cari Jehovah, Alehim mereka (kata benda dan kata gantinya berbentuk jamak), serta Daud, raja mereka” (Hosea iii. 4,5). Dengan kata lain, seperti kupikirkan, mereka akan mengakui makna tulen dari “nama Bapak dan Putera dan Roh” sebagai apelasi/sebutan deskriptif Alehim mereka yang berkoeksis dalam Jehovah, Tuhan yang esa—dan mereka juga akan mengakui “manusia Yesus Kristus” sebagai Daud mereka, atau raja tercinta, dan yang (tersatukan dengan Ketuhanan secara istimewa dalam oknum Putera—oknum kedua dari Alehim dalam Jehovah) diangkat menjadi Emanu-el kita atau Tuhan-bersama-kita. “Kita sudah melihat dan memang menyaksikan bahwa Bapak mengutus Putera untuk menjadi Juru Selamat dunia.” Nah, Juru Selamat yang diutus ini, sebagai Putera secara personal, pasti pada esensinya adalah Jehovah, yang “di sampingku, tidak ada Juru Selamat”. Ketika Israel akan tertuntun untuk menyaksikan pengakuan baik ini, maka mereka akan melihat kebenaran pengakuan Sulaiman, yakni bahwa “takut akan Jehovah adalah permu­laan hikmat, dan pengetahuan tentang Yang Mahakudus adalah pengertian,” dengan kata lain pengetahuan tentang Alehim Kudus (Amsal ix. 10).
Judul asli : Extracts from Three Letters to a Friend, on Unitarianism — Letter I<i=1ObLuAKsif0C2TDdlYWEGp_zqdD7jFqp7 232KB>Extracts from Three Letters to a Friend, on Unitarianism — Letter I
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, November 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Satu Ketuhanan yang Esa: Bagaimana Kristen Menafsirkan Ekspresi Plural Tuhan dalam Menyatakan Keesaan

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)