Skip to content
Pers Piaraan Pengusaha: Kekuatan Dalam Kepentingan – Relift Media

Pers Piaraan Pengusaha: Kekuatan Dalam Kepentingan Bacaan non-fiksi jurnalisme

author _Charles Edward Russell_; date _1914_ genre _Jurnalisme_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Setiap hari sepanjang tahun, beberapa ribu suratkabar bukan (dalam frasa lama) mencetak opini publik melainkan menyelewengkan dan meracuninya. Seringkali tanpa sadar; kadang dengan sadar dan dengan enggan tapi selalu di bawah tekanan sebuah kondisi yang sangat tak bisa ditawar-tawar. Kenyataan apa adanya tentang kontrol efektif suratkabar-suratkabar kita dijelaskan di sini oleh Tn. Russell. Tn. Russell tahu. Dia sudah menjadi apapun di suratkabar, dari wartawan baru hingga redaktur kota. Dia sudah ada dalam bisnis itu selama 30 tahun. Kau mungkin tak lagi peduli pada editorial, atau kau tentu tak banyak terpengaruh olehnya. Kau terpengaruh oleh berita. Kau ingin tahu apa yang sedang berlangsung dan kau akan membentuk opinimu sendiri. Kau tak banyak peduli apa yang dipikirkan seorang redaktur ten­tang sesuatu. Kau akan melakukan pemikiranmu sendiri. Itu sah-sah saja. Itu cara yang benar. Satu-satunya masalah ada­lah bahwa orang-orang yang mengendalikan suratkabar-suratkabar tahu itu dan kau tidak mendapatkan kenyataan sepenuhnya dalam berita. Kau mendapatkan berita yang diselewengkan secara cerdik agar sesuai dengan tujuan tertentu dan akibatnya opinimu tentang sesuatu seringkali sangat jauh dibanding jika kau tahu cerita sesungguhnya. Se­tiap orang suratkabar tahu ini. Di sinilah kau bisa menge­tahuinya. Di sinilah kenyataan bagaimana suratkabar dibuat diceritakan oleh seseorang yang bertahun-tahun membuat mereka. Ini adalah kebenaran dari dalam.—Editor Pearson’s Magazine
Pada tahun-tahun ketika aku menjabat redaktur kota New York World, aku bergaul akrab secara rahasia dengan mendiang Joseph Pulitzer (sang kreator properti besar [New York] World) dan mengamati bahwa sumber kebanggaannya akan suratkabar miliknya adalah kepercaya­annya bahwa kolom-kolom beritanya sama sekali tak berbias. “Berperanglah di kolom-kolom editorial,” Tn. Pulitzer suka bilang. “Jaga berita tetap tanpa corak. Biarkan kolom-kolom berita selalu memperlakukan lawan-lawan kita lebih baik lagi daripada kawan-kawan kita. Jangan pernah menolerir diskri­minasi sekecil apapun terhadap orang-orang atau perkara-perkara yang kita serang secara editorial. Jangan campur kebijakan berita dengan kebijakan editorial.” Bahkan saat itu kepercayaan Tn. Pulitzer terhadap aturan praktek ini lebih besar daripada yang sebenarnya kalau bukan karena kemalangan kejam yang merampas kesenangannya membaca suratkabarnya. Sebelum dia mati, doktrin indepen­densi berita miliknya telah menjadi hampir sebuah tradisi. Hari ini itu nyaris bukan sebuah kenangan—di kantor surat­kabarnya, atau praktisnya suratkabar manapun. Ini adalah kekuatan paling dahsyat tiada banding dalam kehidupan modern, besar dan tak tertahankan sekaligus halus, dan hampir tak ada perhatian diberikan padanya atau pada revolusi-revolusi yang sedang dikerjakannya. Setiap hari sepanjang tahun, beberapa ribu suratkabar bukan (dalam frasa lama) mencetak opini publik melainkan menyelewengkan dan meracuninya. Seringkali tanpa sadar; kadang dengan sadar dan dengan enggan tapi selalu di bawah tekanan sebuah kondisi yang sangat tak bisa ditawar-tawar sehingga tidak menyisakan pilihan. Sebuah perubahan besar dan luar biasa terjadi pada bisnis suratkabar dalam 30 tahun terakhir. Redaktur dan penulis editorial telah turun takhta. Kontrol riil atas pikiran dan tindakan publik kini terletak pada pensil reporter dan penulis tajuk utama. Dengan sedikit pengecualian, kini tak seorangpun mem­baca atau mempedulikan editorial. Fakta bahwa itu adalah sebuah ekspresi pendapat telah mematikan semua minat pembaca rerata. Publik Amerika tak lagi peduli pada pen­dapat siapapun; mereka telah secara pasti membentuk ke­biasaan untuk membuat pendapat mereka sendiri. Kini tak ada orang yang berkata, “Aku lihat redaktur Tribune berpikir begitu dan begitu.” Apa yang pembaca suratkabar katakan adalah, “Aku lihat Presiden Wilson telah meneken RUU tarif,” lantas dia meluncur ke dalam opini yang menurutnya jauh lebih baik daripada opini redaktur manapun di bumi. Ada sekelompok suratkabar yang besok akan memiliki, katakanlah, sepuluh juta pembaca. Ada sebuah peristiwa yang akan dilukiskan oleh semua suratkabar. Setengah lusin kata yang ditambahkan pada liputan mereka tentang itu akan menciptakan dalam benak setiap pembaca sebuah kesan tertentu yang tentu saja akan menjadi dasar untuk sepuluh juta opini. Bagaimana kalau apa yang ditambahkan itu tidak benar, jahat, atau diselewengkan dengan sengaja menuju tujuan tertentu. Tak ada pembaca yang akan tahu demikian keadaannya. Terus ada sepuluh juta opini tak benar yang dihasilkan dalam satu momen, sudah pasti akan bertahan lama, sangat mungkin akan membuahkan suatu tindakan, dan semuanya mungkin menghasilkan keburukan. Aku akan berikan satu contoh kecil dari berita mutakhir. Ketika Ny. Emmeline Pankhurst, suffragis militan dari Inggris, mendarat di New York Oktober lalu, para petugas imigrasi lokal menahannya dan memerintahkan dia didepor­tasi dengan alasan telah dipidana atas kejahatan “yang me­libatkan kekejian moral”. Pelanggarannya, atau diduga pe­langgarannya, adalah bahwa dia, menurut putusan pengadi­lan Inggris, telah “menghasut seseorang untuk menghancur­kan properti”. Dia berbuat ini, kalaupun itu terjadi, dalam proses pergolakan untuk mereformasi undang-undang pe­milu Inggris, dan satu-satunya pertanyaan yang bisa diper­timbangkan adalah apakah ini sebuah “kejahatan yang me­libatkan kekejian moral” atau apakah itu sebuah pelanggaran politik, yang untuk itu undang-undang kita tak pernah meng­halangi siapapun mendarat di pantai kita. Para petugas imigrasi di New York memegang, atau katanya memegang, ide “kekejian moral”. Nyatanya, mereka sudah memutuskan dari awal untuk melarang masuk Ny. Pankhurst sebelum dia berlayar dari sisi lain [Atlantik]. Sebuah banding dibawa ke pihak berwenang di Washington. Pihak ini mencabut keputusan dewan setempat dan meng­izinkan Ny. Pankhurst mendarat. Sebuah suratkabar New York dalam korespondensi Washington-nya yang mewartakan pencabutan ini berhasil—dengan keterampilan dan seni yang hebat—menyampaikan kesan bahwa sebelum Presiden Wilson mengizinkan Ny. Pankhurst mendarat, dia telah menuntut janji dari Ny. Pank­hurst untuk tidak mengajarkan militansi di AS. Perhatikan, si koresponden tidak menegaskan ini, sebab penegasan sema­cam itu akan tidak masuk akal. Presiden Wilson tidak berhak menuntut janji demikian sebagaimana dia tidak berhak me­nuntut janji agar Ny. Pankhurst tidak memakai rambut palsu. Tapi dengan penenunan kata-kata secara terampil, laporan berita itu begitu dimanipulasi sehingga menciptakan kesan demikian dalam benak pembaca manapun yang tidak berpe­ngetahuan tentang hukum dan hakikat proses hukum kita.
Judul asli : The Keeping of the Kept Press<i=1PfIKPHeNhQ9m-__WrPsxNixK9wpVGzWz 314KB>The Keeping of the Kept Press
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Oktober 2024
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Pers Piaraan Pengusaha: Kekuatan Dalam Kepentingan

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2024)