Karena peringatan Ilahi terhadap Politeisme diulang-ulang, penggunaan sebuah kata benda jamak dalam mengacu kepada Tuhan terkesampingkan seandainya Keesaan sederhana menyusun Ketuhanan. Pencampuran tunggal dan jamak dalam Kitab Suci adalah hasil sah dari Keesaan Plural.
Teokrasi Bani Israel yang diidentikkan dengan Persona Kedua dalam Ketuhanan, yang dikenal oleh mereka di bawah berbagai pembedaan tertinggi; pengetahuan dan pengakuan akan Keesaan Plural dalam Ketuhanan oleh Israel primitif; merupakan tulang punggung Kristen, dan karenanya menjadi permulaan temaku.
Pidato Musa, “Dengarlah, hai Israel! Jehovah, Elohim kita, adalah Jehovah yang Esa!” tidak membatasi Ketuhanan pada Keesaan/Ketunggalan bilangan; penduplikasian kata “Jehovah” menyingkirkan Unit/Satuan yang sebenarnya. Oleh karenanya, Jehovah Israel yang “Esa” adalah sinonim dari Unus—bukan Unicus. Keliru pula membayangkan Keesaan plural sebagai mau tak mau sebuah solekisme; Keesaan eksternal tidak meniadakan kejamakan internal; oleh karenanya Tri-Unitarianisme tidak melibatkan Tri-teisme.
Karena Tuhan Israel primitif adalah Tuhan Kristiani primitif dan kini—Elohim dalam Trinitas, Jehovah dalam Keesaan—setiap orang yang mencoba menimbulkan perpecahan skriptural tidak bersemangat. Karena peringatan Ilahi terhadap Politeisme diulang-ulang, penggunaan sebuah kata benda jamak dalam mengacu kepada Tuhan terkesampingkan seandainya Keesaan sederhana menyusun Ketuhanan. Pencampuran tunggal dan jamak dalam Kitab Suci adalah hasil sah dari Keesaan Plural, dan karenanya terdapat perintah, “Kamu harus mengasihi Tuhan Elohim-mu.” Sinus-kejamakan nomenklatur Ilahi berlaku pada larangan berhala-berhala, bukan pada pengakuan akan Monoteisme tersendiri.
Kendati Trinitarianisme tidak mempertahankan keagungannya di Gereja Yahudi melewati era kuil pertama, berkas-berkas cahayanya masih terpancar kepada beberapa Targumis, Kabalis, dan lain-lain yang memperlakukan Tri-Unitarianisme di bawah aspek-aspek berbeda. Para Targumis membedakan antara Jehovah, Jehovah sang Firman, Jehovah sang Kediaman, atau Roh. Dan meski kepada masing-masing dinisbatkan tindakan dan sifat personal, tidak ada asumsi Tiga Tuhan, tidak ada pelanggaran Keesaan.
Kabalis membedakan antara penomoran-penomoran tinggi, yaitu Mahkota Tertinggi, Kearifan, dan Pemahaman, dan menganggap mereka bukan sebagai sifat, melainkan Subsistensi Kekal; tetap saja Kabalis tidak dituduh melanggar Keesaan Jehovah atau menimbulkan Tiga Tuhan. Para penulis Yahudi kuno lain menyebut Jehovah Logos, Jehovah Sophia, Jehovah Filius sebagai membedakan Persona Kedua dalam Ketuhanan.
Berhubung Unitarianisme eksklusif adalah keturunan dari kekafiran, maka orang Yahudi modern adalah seorang Unitarian, sebab dia kafir. Tapi para pelaku parafrasa Khaldea/Kasdim selaras dengan Kitab Suci dalam menisbatkan kepada Tuhan Logos penciptaan dan interaksi dengan manusia—kadang di bawah perwujudan malaikat. Onkelos meninjau dalam targumnya bahwa Logos-lah, atau Firman-lah, yang menyelamatkan Nuh pada waktu banjir dan membuat perjanjian dengannya, dan berdasarkan Firman-lah Abraham percaya kepada kebenaran. Firman-lah yang membawanya keluar dari Khaldea dan memerintahnya untuk berkurban; yang menolong Ishmail dalam keterdesakannya dan Yusuf dalam perbudakannya; yang menyelamatkan Israel dari Mesir dan yang terhadapnya Israel bersungut dan yang ke hadapannya Israel pergi untuk menerima hukum, dan yang kehadirannya di Tabernakel/Kemah Suci dijanjikan. Keagungan Ilahi sang Logos, sang Memra, sang Anak Tertinggi, lebih lanjut diuraikan panjang-lebar oleh Onkelos, berdasarkan kitab Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Keagungan sang Firman-lah, kata Onkelos, yang bersandar pada bani Israel di belantara, dan yang terhadapnya Musa menasehati mereka untuk tidak berontak.
Persona Kedua dalam Ketuhanan, yang dikenal oleh Israel sebagai “Logos”, didefinisikan secara sinonim sebagai “Tuhan yang fasih” karena perintah-Nya dalam penciptaan—“Dia berbicara, dan hal itu terjadi.” Dia juga yang menyatakan “Aku adalah Alpha dan Omega”, memberitahukan kepada Musa keekonomian alfabetis yang merupakan induk semua “kata”, di mana seluruh susunan sastra bergantung pada transposisi alfabetis. Ketiga, barangkali, Lord kita diistilahkan Logos karena dekalog, atau deka-logos, yang ditulis dengan jarinya pada dua lauh batu yang dia berikan kepada Musa—kata-kata pertama memangku wujud kasat mata di muka bumi. Keempat, karena dia berkomuni secara verbal dengan para patriarkh. Kelima dan terakhir, karena dia adalah Arketip “Kata” tertulis, dari mana Lord kita, usai kebangkitannya, “menjelaskan segala sesuatu yang tertulis dalam seluruh Kitab Suci tentang diri-Nya, mulai dari Kitab Musa sampai seluruh kitab para nabi”.
Lanjut ke targum-targum Yerusalem, mereka juga menguraikan Ketuhanan sang “Firman” dan menunjukkan interaksinya yang penuh rahmat dengan manusia primitif dan dengan Israel progresif/berkemajuan, selaras dengan Pentateukh. Mereka menyatakan Memra-lah atau Logos-lah yang menghukum Israel karena sapi emas, yang berbicara dengan Musa di Tabernakel, yang kepadanya Musa berdoa, dan yang mengadakan bermacam-macam interaksi dengan Musa. Mereka menganggap kepada Logos-lah doa dipanjatkan pada saat memindahkan tabut perjanjian, dan Logos-lah yang berbicara kepada nabi-nabi pra-Musa; yang memberi jawaban, Bilangan xiv:20; yang mengirim ular-ular berapi; dan yang menyembuhkan orang-orang beriman yang tergigit; yang melakukan mukjizat-mukjizat di padang gurun dan yang bani Israel hasut; yang duduk di sebuah takhta yang tinggi dan menjulang, dan mendengar doa orang-orang; dan yang berbicara dari tengah-tengah api Sinai dan memberikan hukum; yang menghancurkan Sodom, bersumpah kepada si patriarkh, akan menghakimi dunia; dan yang dulu, kini, dan kelak adalah Yang Maha Kuasa.
Judul asli | : | Supremacy, Personality, and Testimony, of the Word; Developed in the Plural Unity of the Godhead<i=1mJcuXeVrKQXOhPl0Tc63VqPKxTyPqPgg 371KB>Supremacy, Personality, and Testimony, of the Word; Developed in the Plural Unity of the Godhead (1836) |
Pengarang | : | Robert Bourne |
Penerbit | : | Relift Media, Agustus 2024 |
Genre | : | Religi |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |