“Aku ingin memberitahumu, bahwa kau menghadapi gerombolan yang memainkan permainan ini sebelum kau lahir. Kalian reformis mengira kalian cukup licin. Tapi aku tahu satu dua hal tentang kalian dan tindak-tanduk kalian.”
Dengan ditangkapnya Dopey Jack, seakan-akan semua pasukan dunia geng berpadu untuk pertempuran pamungkas.
Carton telah bergulat dengan Sistem begitu lama, jadi dia tahu bagaimana caranya beraksi, dia tahu hakim-hakim yang bisa diandalkan, dia tahu bermacam-macam lubang perangkap yang mengepung upaya penjeratan seorang petinggi di dunia geng, dia tahu hakim-hakim yang akan menetapkan uang penjamin sangat tinggi.
Sebagaimana sudah dia antisipasi, segala pengaruh dimanfaatkan untuk membebaskan Rubano. Tapi Carton beruntung memiliki sekelompok asisten muda dan waspada. Namun, butuh gabungan energi kantornya untuk melakukan itu dan aku dan Kennedy belum bertemu Carton lagi untuk beberapa lama.
Sementara itu kami sibuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang orang-orang yang kemungkinan besar akan menonjol dalam kasus ini. Memang luar biasa, tapi kami mendapati pengaruh Dorgan dan Murtha terasa di kawasan-kawasan yang paling tak disangka. Orang-orang yang biasanya bicara pada kami mengenai hampir setiap subjek lain, sama sekali menolak untuk tersangkut dalam perkara ini. Seakan-akan Sistem mempraktekkan terorisme secara besar-besaran.
Petangnya kami bertemu di kantor Carton, untuk membandingkan catatan perkembangan pada hari itu.
Sang Jaksa Distrik menyambut kami dengan antusias.
“
Well,” serunya sambil jatuh ke kursi kantor besar, “ini hari yang berat buatku—tapi aku berhasil.”
“Bagaimana caranya?” selidik Kennedy.
“Tentu saja koran-koran belum dengar ini,” lanjut Carton, “tapi kebetulan ada Juri Agung yang bersidang dan menimbang kasus-kasus pemilu. Itu berjalan sulit, tapi kubuat mereka menimbang kasus Dopey Jack ini. Entah bagaimana itu terjadi, tapi rupanya aku berhasil memaksakan tindakan dalam waktu singkat. Mereka telah memutuskan sebuah dakwaan atas tuntutan-tuntutan pemilu, dan kalau itu kandas, kita akan punya waktu untuk menyiapkan tuntutan lain terhadapnya. Bahkan kita ‘akan bergumul’, boleh dibilang, dengan kasus ini.”
Telepon kantor berdering dan setelah beberapa kalimat ucapan selamat, Carton berbalik pada kami, semangatnya lebih tinggi lagi dibanding sebelumnya. “Barusan salah satu asistenku,” jelasnya, “salah satu yang paling cerdik. Sidang akan berlangsung di depan Hakim Pomeroy dalam Sidang Umum dan itu akan jadi sidang awal. Pomeroy juga salah satu yang terbaik dari mereka—sebentar lagi pensiun, dan ingin meninggalkan catatan bagus di pengadilan. Situasi berkembang sebaik yang kita harapkan.”
Pintu terbuka dan salah satu pegawai Carton mulai mengumumkan nama seorang tamu.
“Tn. Carton, Tn.—”
“Murtha,” bunyi suara rendah yang dipanjang-panjangkan, sementara pemilik nama itu melangkah masuk, mengabaikan si pegawai dengan tak sabaran. “Halo, Carton,” salam sang sub-bos secara agresif.
