Kau tak pernah bisa pastikan. Suatu hari seorang demagog busuk bisa saja mencoba menegakkan undang-undang ini terhadap kaum kaya setegas terhadap kaum miskin. Oleh karenanya, bermainlah aman dengan memangkas iklan satu halaman menjadi satu inchi. Itulah permainan di mana-mana, dan itu bagus.
Opinimu didasarkan pada apa yang kau baca di suratkabar dan majalah. Itu pasti. Mereka, dan mimbar kuliah, adalah satu-satunya sumber informasimu. Dan, oleh sebab itu, kau berpikir tarif rendah atau tarif tinggi atau legislasi semacam itu akan memperbaiki kondisi hidupmu; apa yang kau percayai bergantung pada kecenderungan politik dan kebutuhan bisnis para pemilik terbitan favoritmu. Karenanya, bahkan ketika kau memiliki Pemerintahan Federal yang melakukan semua yang kau minta, kondisi hidupmu tidak membaik, sebab opinimu tentang apa yang kau inginkan didasarkan pada dasar yang penerbit inginkan—tidak selalu pada fakta-fakta bersih. Dalam “The Keeping of the Kept Press” dan “The Magazine Soft Pedal” yang diterbitkan dalam Pearson’s edisi Januari dan Februari, sudah ditunjukkan bagaimana “bisnis” mengendalikan pers, dan menekuknya. Beberapa pembaca meminta contoh konkret. Inilah contohnya. Inilah beberapa cerita tentang para pemilik suratkabar yang melawan “bisnis” demi pembaca mereka. Para pemilik suratkabar ini adalah orang-orang berani yang percaya benar adalah benar. Mereka sudah kehilangan uang dan sedang kehilangan uang. Penerbit Majalah ini tahu apa artinya mencetak kebenaran tanpa menghiraukan “bisnis”. Sebagian dari suratkabar-suratkabar ini akan bertahan karena mereka akan mendapat oplah begitu besar sehingga cukup banyak pengiklan lokal akan membeli ruang di dalamnya untuk memungkinkan mereka mencapai titik impas. Sebagian tidak akan bertahan. Tak satupun akan bertahan jika “bisnis” punya caranya sendiri. Tapi inilah cerita-ceritanya. Jika kau ragu beritamu dipengaruhi oleh orang-orang dengan sebuah alasan, tinjaulah cerita-cerita ini.—Editor Pearson’s Magazine
Faktanya adalah, Saudara-saudara, untuk eksistensi sistem ini (yang di bawahnya massa dimiskinkan dan segelintir dikayakan), kontrol pers publik adalah keharusan pertama. “Di republik ini,” kicau para pembeo basa-basi yang terlatih, “opini publik berkuasa paling tinggi dan tak ada kekuatan sewenang-wenang untuk keuntungan pribadi bisa menahannya.” Tentu. Setuju. Tapi bagaimana kalau ada kekuatan sewenang-wenang yang mampu mengendalikan, menguasai, dan mengarahkan opini publik. Maka bagaimana? Maka opini publik ini, yang oleh para pemikir dangkal dikira sebagai pelindung dan benteng kebebasan kita, menjadi sarana tepat dengan mana kita diperbudak dan para otokrat berkuasa, bukan? Dan itu adalah situasi sungguhan hari ini dan alasan nyata mengapa kekuatan otokratis Kepentingan Pengendali pasti menguasai dan telah menguasai setiap sarana dengan mana opini publik dipengaruhi, disugesti, dan dibentuk. Itu adalah alasan akhir mengapa kita saat ini tidak memiliki dan tidak bisa memiliki pers yang bebas. Kekuatan ini pasti menguasai literatur berkala kita. Jika ia tidak bisa menguasai dengan satu cara, ia akan menguasai dengan cara lain. Dengan pembelian, dengan pengawasan, dengan menahan iklan, dengan intimidasi atau dengan pengaruh sosial, ia pasti mengendalikan literatur mutakhir yang kau baca dan yang menjadi dasar opinimu. Dua atau tiga tahun lalu Boston Traveller, selalu terhormat dan ramah di lingkaran jahit jurnalistik, dibeli oleh seorang pemuda yang punya kekayaan independen besar dan gagasan jelas seperti apa semestinya pers yang bebas dan tak terkungkung. Dia mencari-cari seseorang yang berani dan cakap untuk menjalankan Boston Traveller di atas rel akurasi, keadilan, dan berita sah, dan memilih Tn. Marlin Pew, yang dulu memenangkan kedudukan eksekutif di Scripps-McRae Service yang independen, yang kusebutkan dalam artikel terdahulu. Tn. Pew punya karakter maupun keberanian, dan dia adalah komandan suratkabar yang ahli. Dia mulai seketika itu juga menjadikan Boston Traveller mencolok di Boston dengan mencetak berita tanpa menghiraukan Kepentingan Pengendali, pengiklan, atau pengaruh mencekik lain. Koran ini mulai bertambah besar oplahnya, tapi juga mengalami kebencian sengit Kepentingan. Setiap upaya dilakukan untuk mempengaruhi si pemilik dan membujuknya agar menahan atau memecat Tn. Pew. Semua kekuatan afiliasi bisnis, sosial, dan personal dikerahkan. Anehnya, semua ini gagal. Mereka jarang atau tak pernah gagal sebelumnya. Tapi pemuda ini bertekad melakukan apa yang dia inginkan dan mencaritahu apakah tidak bisa diterbitkan di negeri ini satu pun suratkabar yang bebas dari bekapan. Tapi, sialnya, setelah beberapa bulan, si pemuda mati, dan tak lama kemudian tersingkap fakta bahwa Boston Traveller telah dibeli dari estatnya oleh kepala Shoe Machinery Trust. Trust ini diinvestigasi oleh Pemerintah AS. Ia sebuah kekuatan besar dan masyhur di New England, dan, jika kau ingin tahu reputasinya akan kerakusan dan kekejaman, tanya saja pabrikan sepatu manapun atau periksalah tulisan-tulisan Judson C. Welliver tentang subjek ini. Kepala Shoe Machinery Trust kini memanggil Tn. Pew ke hadapannya dan berusaha, pertama melalui perintah, kemudian melalui intimidasi, kemudian melalui bujukan, untuk membuatnya menginjak pedal lembut. Tn. Pew tidak terkesan. Dia memperlihatkan sekilas kepada si pemilik baru sebuah kontrak yang dia buat dengan pemilik sebelumnya yang memberi Tn. Pew kontrol absolut dan tanpa kekang atas departemen berita dan editorial dan ruang komposisi Boston Traveller. Tn. Pew punya pikiran kompeten akan kondisi suratkabar, dan dulu menyusun kontrak ini untuk membuat wewenangnya tidak bisa dipertanyakan. Dia terus menjadikan Boston Traveller persis sebagaimana sebelumnya. Suatu hari dia menangkap sebuah baris pada telegraf yang mengindikasikan kepada otak berpengalamannya kemungkinan eksistensi sekeping berita keuangan besar dan disembunyikan. Dia mengutus beberapa wartawan tercakapnya, dan mereka menemukan sebuah cerita mencengangkan tentang berita sah dan benar yang mempengaruhi salah satu perusahaan keuangan terbesar di Boston. Dia menyuruh para wartawannya untuk menulis cerita ini persis sesuai fakta. Mereka hampir belum mulai menggoreskan pensil di atas kertas saat sebuah perusahaan broker lain meneleponnya, mengatakan bahwa mereka tahu wartawan-wartawannya habis menyelidiki cerita ini, dan memberitahunya untuk tidak mencetak itu. Tn. Pew menjawab, cerita itu akan ada dalam edisi petang dan memutus telepon. Beberapa saat kemudian, sebuah firma hukum terkemuka dan berpengaruh, salah satu dari firma-firma paling ternama dan berpengaruh di Boston, menelepon, mengatakan kepadanya bahwa mereka mendapat informasi dia berniat menerbitkan cerita ini, dan bahwa itu tidak boleh dicetak dengan alasan apapun, sebab akan sangat mempengaruhi kepentingan-kepentingan bisnis penting. Tn. Pew menjawab cerita itu akan ada dalam edisi sore dan memutus telepon. Lima menit kemudian pintu terbuka dan masuklah manajer bisnis Boston Traveller, sangat kalut. Dia berkata: “Kau tidak akan mencetak cerita tentang firma Blank itu, kan?” “Aku akan,” kata Tn. Pew, “sore ini.” “Tapi, kawan,” kata manajer bisnis, “tidakkah kau mengerti, kepentingan-kepentingan bisnis terpenting di Boston akan marah dengan pencetakan cerita itu?” “Itu bukan urusanku,” kata Tn. Pew. “Cerita itu berita sah, itu sama sekali nyata, dan itu akan masuk edisi sore ini.” Pada waktu ini, naskah cerita tersebut sedang dalam perjalanan ke ruang komposisi. Sepuluh menit kemudian manajer bisnis kembali, lebih kalut lagi. Dia berkata: “Kau sama sekali tak boleh mencetak cerita itu.” “Dengar!” kata Tn. Pew. “Menurut kontrakku, aku pegang kontrol tunggal atas departemen editorial dan ruang komposisi. Kau tak berhak mengatakan apa-apa tentang mereka. Cerita itu sedang masuk huruf cetak dan huruf cetak sedang masuk form. Kau bisa hentikan mesin cetak jika mau, tapi jika kau mencetak koran kita sama sekali, kau akan mencetaknya dengan cerita itu di dalamnya. Jelas? Dan satu hal lagi. Seseorang mengirimmu ke sini untuk mencoba menghentikan cerita itu. Siapa orangnya?” “Well,” kata manajer bisnis, “bos besar sendiri,” maksudnya kepala Shoe Machinery Trust. “Sudah kuduga,” kata Tn. Pew. “Beritahu dia, jika dia bisa memutus kontrakku dengan cara apapun, dia bisa mencegah cerita itu, kalau tidak, itu akan masuk.” Manajer menghilang dan kembali dalam lima menit. “Kami akan beli kontrakmu,” katanya. “Kau harus membelinya dari menit ini juga sampai masanya yang paling jauh,” kata Tn. Pew. Manajer bisnis mengeluarkan buku cek. “Tidak cek,” kata Tn. Pew. “Aku tahu terlalu banyak untuk menerima cek. Tunai atau tidak.” “Aku tak bisa mendapatkan uang tunai pada jam segini,” kata manajer, “dan kau tahu cek sama bagusnya.” “Tunai atau tidak,” kata Tn. Pew. Manajer bisnis kembali lagi dalam lima belas menit dengan tangan penuh uang kertas. Di tempat itu juga dia membayar seluruh jumlah yang dituntut oleh kontrak Tn. Pew, yang menetapkan gaji besar dan untuk bertahun-tahun ke depan. Tn. Pew menutup mejanya dan pergi keluar kantor dan huruf cetak cerita itu dirampas dari form di ruang komposisi tepat waktu untuk mencegah publisitas yang diprotes oleh Kepentingan. Jika mereka tidak menang dengan satu cara, mereka menang dengan cara lain, mereka selalu menang.
Faktanya adalah, Saudara-saudara, untuk eksistensi sistem ini (yang di bawahnya massa dimiskinkan dan segelintir dikayakan), kontrol pers publik adalah keharusan pertama. “Di republik ini,” kicau para pembeo basa-basi yang terlatih, “opini publik berkuasa paling tinggi dan tak ada kekuatan sewenang-wenang untuk keuntungan pribadi bisa menahannya.” Tentu. Setuju. Tapi bagaimana kalau ada kekuatan sewenang-wenang yang mampu mengendalikan, menguasai, dan mengarahkan opini publik. Maka bagaimana? Maka opini publik ini, yang oleh para pemikir dangkal dikira sebagai pelindung dan benteng kebebasan kita, menjadi sarana tepat dengan mana kita diperbudak dan para otokrat berkuasa, bukan? Dan itu adalah situasi sungguhan hari ini dan alasan nyata mengapa kekuatan otokratis Kepentingan Pengendali pasti menguasai dan telah menguasai setiap sarana dengan mana opini publik dipengaruhi, disugesti, dan dibentuk. Itu adalah alasan akhir mengapa kita saat ini tidak memiliki dan tidak bisa memiliki pers yang bebas. Kekuatan ini pasti menguasai literatur berkala kita. Jika ia tidak bisa menguasai dengan satu cara, ia akan menguasai dengan cara lain. Dengan pembelian, dengan pengawasan, dengan menahan iklan, dengan intimidasi atau dengan pengaruh sosial, ia pasti mengendalikan literatur mutakhir yang kau baca dan yang menjadi dasar opinimu. Dua atau tiga tahun lalu Boston Traveller, selalu terhormat dan ramah di lingkaran jahit jurnalistik, dibeli oleh seorang pemuda yang punya kekayaan independen besar dan gagasan jelas seperti apa semestinya pers yang bebas dan tak terkungkung. Dia mencari-cari seseorang yang berani dan cakap untuk menjalankan Boston Traveller di atas rel akurasi, keadilan, dan berita sah, dan memilih Tn. Marlin Pew, yang dulu memenangkan kedudukan eksekutif di Scripps-McRae Service yang independen, yang kusebutkan dalam artikel terdahulu. Tn. Pew punya karakter maupun keberanian, dan dia adalah komandan suratkabar yang ahli. Dia mulai seketika itu juga menjadikan Boston Traveller mencolok di Boston dengan mencetak berita tanpa menghiraukan Kepentingan Pengendali, pengiklan, atau pengaruh mencekik lain. Koran ini mulai bertambah besar oplahnya, tapi juga mengalami kebencian sengit Kepentingan. Setiap upaya dilakukan untuk mempengaruhi si pemilik dan membujuknya agar menahan atau memecat Tn. Pew. Semua kekuatan afiliasi bisnis, sosial, dan personal dikerahkan. Anehnya, semua ini gagal. Mereka jarang atau tak pernah gagal sebelumnya. Tapi pemuda ini bertekad melakukan apa yang dia inginkan dan mencaritahu apakah tidak bisa diterbitkan di negeri ini satu pun suratkabar yang bebas dari bekapan. Tapi, sialnya, setelah beberapa bulan, si pemuda mati, dan tak lama kemudian tersingkap fakta bahwa Boston Traveller telah dibeli dari estatnya oleh kepala Shoe Machinery Trust. Trust ini diinvestigasi oleh Pemerintah AS. Ia sebuah kekuatan besar dan masyhur di New England, dan, jika kau ingin tahu reputasinya akan kerakusan dan kekejaman, tanya saja pabrikan sepatu manapun atau periksalah tulisan-tulisan Judson C. Welliver tentang subjek ini. Kepala Shoe Machinery Trust kini memanggil Tn. Pew ke hadapannya dan berusaha, pertama melalui perintah, kemudian melalui intimidasi, kemudian melalui bujukan, untuk membuatnya menginjak pedal lembut. Tn. Pew tidak terkesan. Dia memperlihatkan sekilas kepada si pemilik baru sebuah kontrak yang dia buat dengan pemilik sebelumnya yang memberi Tn. Pew kontrol absolut dan tanpa kekang atas departemen berita dan editorial dan ruang komposisi Boston Traveller. Tn. Pew punya pikiran kompeten akan kondisi suratkabar, dan dulu menyusun kontrak ini untuk membuat wewenangnya tidak bisa dipertanyakan. Dia terus menjadikan Boston Traveller persis sebagaimana sebelumnya. Suatu hari dia menangkap sebuah baris pada telegraf yang mengindikasikan kepada otak berpengalamannya kemungkinan eksistensi sekeping berita keuangan besar dan disembunyikan. Dia mengutus beberapa wartawan tercakapnya, dan mereka menemukan sebuah cerita mencengangkan tentang berita sah dan benar yang mempengaruhi salah satu perusahaan keuangan terbesar di Boston. Dia menyuruh para wartawannya untuk menulis cerita ini persis sesuai fakta. Mereka hampir belum mulai menggoreskan pensil di atas kertas saat sebuah perusahaan broker lain meneleponnya, mengatakan bahwa mereka tahu wartawan-wartawannya habis menyelidiki cerita ini, dan memberitahunya untuk tidak mencetak itu. Tn. Pew menjawab, cerita itu akan ada dalam edisi petang dan memutus telepon. Beberapa saat kemudian, sebuah firma hukum terkemuka dan berpengaruh, salah satu dari firma-firma paling ternama dan berpengaruh di Boston, menelepon, mengatakan kepadanya bahwa mereka mendapat informasi dia berniat menerbitkan cerita ini, dan bahwa itu tidak boleh dicetak dengan alasan apapun, sebab akan sangat mempengaruhi kepentingan-kepentingan bisnis penting. Tn. Pew menjawab cerita itu akan ada dalam edisi sore dan memutus telepon. Lima menit kemudian pintu terbuka dan masuklah manajer bisnis Boston Traveller, sangat kalut. Dia berkata: “Kau tidak akan mencetak cerita tentang firma Blank itu, kan?” “Aku akan,” kata Tn. Pew, “sore ini.” “Tapi, kawan,” kata manajer bisnis, “tidakkah kau mengerti, kepentingan-kepentingan bisnis terpenting di Boston akan marah dengan pencetakan cerita itu?” “Itu bukan urusanku,” kata Tn. Pew. “Cerita itu berita sah, itu sama sekali nyata, dan itu akan masuk edisi sore ini.” Pada waktu ini, naskah cerita tersebut sedang dalam perjalanan ke ruang komposisi. Sepuluh menit kemudian manajer bisnis kembali, lebih kalut lagi. Dia berkata: “Kau sama sekali tak boleh mencetak cerita itu.” “Dengar!” kata Tn. Pew. “Menurut kontrakku, aku pegang kontrol tunggal atas departemen editorial dan ruang komposisi. Kau tak berhak mengatakan apa-apa tentang mereka. Cerita itu sedang masuk huruf cetak dan huruf cetak sedang masuk form. Kau bisa hentikan mesin cetak jika mau, tapi jika kau mencetak koran kita sama sekali, kau akan mencetaknya dengan cerita itu di dalamnya. Jelas? Dan satu hal lagi. Seseorang mengirimmu ke sini untuk mencoba menghentikan cerita itu. Siapa orangnya?” “Well,” kata manajer bisnis, “bos besar sendiri,” maksudnya kepala Shoe Machinery Trust. “Sudah kuduga,” kata Tn. Pew. “Beritahu dia, jika dia bisa memutus kontrakku dengan cara apapun, dia bisa mencegah cerita itu, kalau tidak, itu akan masuk.” Manajer menghilang dan kembali dalam lima menit. “Kami akan beli kontrakmu,” katanya. “Kau harus membelinya dari menit ini juga sampai masanya yang paling jauh,” kata Tn. Pew. Manajer bisnis mengeluarkan buku cek. “Tidak cek,” kata Tn. Pew. “Aku tahu terlalu banyak untuk menerima cek. Tunai atau tidak.” “Aku tak bisa mendapatkan uang tunai pada jam segini,” kata manajer, “dan kau tahu cek sama bagusnya.” “Tunai atau tidak,” kata Tn. Pew. Manajer bisnis kembali lagi dalam lima belas menit dengan tangan penuh uang kertas. Di tempat itu juga dia membayar seluruh jumlah yang dituntut oleh kontrak Tn. Pew, yang menetapkan gaji besar dan untuk bertahun-tahun ke depan. Tn. Pew menutup mejanya dan pergi keluar kantor dan huruf cetak cerita itu dirampas dari form di ruang komposisi tepat waktu untuk mencegah publisitas yang diprotes oleh Kepentingan. Jika mereka tidak menang dengan satu cara, mereka menang dengan cara lain, mereka selalu menang.
Judul asli | : | How Business Controls News<i=1mab1R-X5DzlkneZX0DNHwNAzRVTR8v6t 330KB>How Business Controls News (1914) |
Pengarang | : | Charles Edward Russell |
Penerbit | : | Relift Media, November 2024 |
Genre | : | Jurnalisme |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |