Skip to content
Ada Hantu di Rumah Kos – Relift Media

Ada Hantu di Rumah Kos Cerita fiksi horor

author _Algernon Blackwood_; date _1906_ genre _Horor_; category _Cerpen_; type _Fiksi_ “‘Makhluk’ itu tetap dekat-dekat denganku untuk sebuah tujuan pasti. Dan aku juga yakin bahwa tujuan ini ada sangkutpaut langsung dengan kesehatanku, bahkan dengan kehidupanku.” “Saat aku masih mahasiswa kedokteran,” mulai dokter, se­tengah berputar ke arah lingkaran pendengarnya dalam ca­haya perapian, “aku bertemu satu atau dua manusia yang sangat aneh. Tapi ada satu orang yang paling kuingat, sebab dia menimbulkan emosi paling hidup, dan kupikir paling tak enak, yang pernah kurasakan. “Sudah berbulan-bulan aku hanya tahu nama Smith se­bagai penghuni lantai di atasku. Tentu saja namanya tidak berarti apa-apa untukku. Terlebih aku sibuk dengan kuliah, membaca, klinik, dan semacamnya, dan tak punya banyak waktu senggang untuk membuat rencana berkenalan de­ngan para indekos lain di rumah. Kemudian nasib memper­temukan kami secara aneh, dan si Smith ini meninggalkan kesan mendalam padaku sebagai hasil dari pertemuan per­tama kami. Pada waktu itu, kekuatan kesan pertama ini agak tak bisa kupahami, tapi jika menengok kembali episode itu sekarang dari sudutpandang pengetahuan yang lebih luas, aku menduga faktanya adalah dia telah menggerakkan rasa penasaranku sampai kadar tak biasa dan sekaligus mem­bangkitkan rasa ngeriku—apapun itu dari seorang maha­siswa kedokteran—hampir sama dalamnya dan sama perma­nennya dengan dua emosi yang bisa tergerakkan di sistem dan set syaraf tertentu yang dinamakan ME. “Bagaimana dia tahu aku tertarik pada studi bahasa, aku tak pernah bisa jelaskan, tapi suatu hari, tanpa pemberita­huan, dia masuk diam-diam ke kamarku malam-malam dan bertanya tanpa tedeng aling-aling apakah aku cukup mengu­asai Ibrani untuk membantunya melafalkan kata-kata ter­tentu. “Dia menjebakku tanpa perlawanan sekecil apapun, dan aku sangat tersanjung bisa memberinya informasi yang di­inginkan; tapi ketika dia berterimakasih dan pergi, barulah aku menyadari aku habis ditemani sebuah kepribadian yang tak biasa. Seumur hidupku aku tak bisa cukup memahami dan menamai keanehan-keanehan kepribadian mencolok itu, tapi aku jadi mengerti dia adalah seorang manusia yang terpisah dari sesamanya, seorang pemikir yang mengikuti sebuah garis yang membawa pergi dari interaksi manusia dan minat manusia lazim, ke wilayah-wilayah yang menyi­sakan sesuatu yang terpencil, jernih, dingin pada atmosfer dirinya. “Begitu dia pergi, aku jadi menyadari dua hal—rasa pena­saran hebat untuk tahu lebih banyak tentang orang ini dan minat sejatinya, dan kedua, fakta bahwa kulitku merinding dan buluku hampir berdiri.” Dokter berhenti sejenak untuk mengisap pipanya, yang sudah padam dan tak bisa dihidupkan kembali tanpa bantu­an korek api; dan di tengah keheningan pekat yang mem­buktikan animo sungguh-sungguh dari para pendengarnya, seseorang mengaduk-aduk perapian hingga sedikit menyala, dan satu atau dua orang lain melirik lewat bahu mereka ke sudut-sudut jauh nan gelap di ruang depan besar itu. “Kalau diingat-ingat lagi,” sambungnya, memperhatikan lidah-lidah api singkat di rangkabakar, “aku berjumpa de­ngan manusia pendek gempal berumur 45-an, dengan bahu besar dan tangan kecil ramping. Kontras itu terlihat jelas, karena aku ingat waktu itu aku berpikir badan raksasa itu dan tulang-tulang jari ramping itu hampir tidak serasi. Kepalanya juga besar dan sangat panjang, tak salah lagi kepala seorang idealis, tapi dengan perkembangan rahang dan dagu yang luar biasa kuat. Di sini lagi-lagi ada kontra­diksi aneh, meski sekarang aku lebih bisa memahami makna utuhnya, karena lebih berpengalaman dalam menaksir nilai-nilai fisiognomi. Tentu saja ini bermakna sebuah idealisme antusias yang diimbangi dan dikendalikan oleh kemauan dan pertimbangan—elemen-elemen yang biasanya tak memadai pada para pemimpi dan visioner. “Intinya, ini adalah seorang makhluk dengan rentang kemungkinan sangat luas, sebuah mesin dengan pendulum yang hampir bisa dipastikan memiliki panjang ayunan tak biasa. “Rambut orang itu amat halus, dan garis-garis sekitar hidung dan mulutnya terpotong seperti oleh instrumen baja dalam bentuk lilin. Matanya, aku sudah menunda deskrip­sinya sampai akhir. Mereka besar dan agak berubah-ubah, bukan hanya dalam warna, tapi juga dalam karakter, ukuran, dan bentuk. Kadang mereka terlihat seperti mata orang lain, jika kalian mengerti maksudku, dan di saat yang sama, dalam pergeseran corak biru, hijau, dan jenis abu gelap tak dikenal, terdapat cahaya jahat di dalamnya yang memberi roman paling menggelisahkan pada seluruh wajah. Selain itu, mereka adalah optik paling berkilau yang pernah kulihat pada manusia. “Itulah Smith, dengan resiko penggambaran yang men­jemukan, seperti kulihat dia pertama kali pada malam mu­sim dingin di kamar kosku yang kumuh di Edinburgh. Tapi bagian riil dirinya tentu saja belum kusinggung, sebab itu tak tergambarkan dan sekaligus tak tercapai. Aku sudah bicara tentang atmosfer peringatan dan kejauhan dalam sosoknya. Mustahil untuk menganalisa lebih jauh rangkaian syok kecil yang selalu dipancarkan oleh keberadaannya kepada eksis­tensiku; tapi ada sesuatu darinya yang membuatku seketika waspada di depannya, setiap syaraf siaga, setiap indera te­gang dan berjaga. Aku tidak bermaksud bilang dia sengaja mengesankan bahaya, tapi lebih tepatnya dia membawa ke­kuatan-kekuatan di belakangnya yang secara otomatis mem­peringatkan pusat-pusat syaraf sistemku untuk waspada dan siaga. “Sejak hari-hari perkenalan pertamaku dengan orang ini, aku sudah melewati pengalaman-pengalaman lain dan su­dah melihat banyak hal yang tak bisa kujelaskan atau pahami; tapi, sejauh ini dalam hidupku, aku baru sekali men­jumpai seorang manusia yang mengesankan kefamiliaran dengan hal-hal fasik, dan yang membuatku merasa aneh dan ‘bergidik’ di dekatnya; dan orang tak patut ditiru itu adalah Tn. Smith. “Apa pekerjaannya pada masa itu, aku tak pernah tahu. Aku rasa dia tidur sampai matahari terbenam. Tak ada yang pernah melihatnya di tangga, atau mendengarnya bergerak di kamarnya pada siang hari. Dia makhluk bayang-bayang, yang rupanya lebih suka gelap daripada terang. Ibu kos kami tidak tahu apa-apa, atau tak mau bilang apa-apa. Intinya dia tidak menemukan sesuatu yang salah, dan sejak saat itu aku sering bertanya-tanya, dengan sihir apa orang ini bisa me­ngubah seorang ibu kos-kosan biasa menjadi orang yang berhati-hati dan pendiam. Ini saja merupakan tanda suatu jenis kejeniusan. “‘Dia sudah di sini denganku selama bertahun-tahun—jauh sebelum kau datang, dan aku tidak ikut campur atau menanyakan apa yang bukan urusanku, selama orang-orang membayar uang sewa mereka,’ adalah satu-satunya komen­tar yang berhasil kudapat dari tempat itu, dan itu tentu tidak memberitahuku apa-apa atau memberiku suatu dorongan untuk meminta informasi lebih jauh. “Namun, ujian-ujian dan kegemparan umum kehidupan seorang mahasiswa kedokteran untuk sementara mengelu­arkan Tn. Smith dari kepalaku sepenuhnya. Untuk waktu lama dia tidak mampir ke kamarku lagi, dan aku sendiri tidak merasakan berani untuk membalas kunjungan tak di­undangnya. “Namun, saat itu terjadi perubahan nasib pada orang-orang yang mengendalikan pemasukanku yang sangat ter­batas, dan aku terpaksa meninggalkan lantai dasar dan pin­dah ke kamar lebih sederhana di puncak rumah. Di sini aku tepat di atas Smith, dan harus melewati pintunya untuk sam­pai ke pintuku. “Kebetulan sekitar waktu itu aku sering dipanggil keluar pada jam-jam malam untuk kasus-kasus persalinan yang diambil oleh mahasiswa tahun keempat pada periode ter­tentu studinya, dan saat kembali dari salah satu visit ini se­kitar jam dua pagi, aku terkejut mendengar bunyi suara-suara selagi melewati pintunya. Sebuah bau manis khas juga menembus ke lorong, seperti bau dupa. “Aku pergi ke lantai atas dengan sangat diam-diam, ber­tanya-tanya apa yang sedang berlangsung di sana pada jam sepagi ini. Setahuku Smith tak pernah kedatangan tamu. Untuk sejenak aku ragu-ragu di luar pintu dengan satu kaki di tangga. Semua minatku pada orang aneh ini kembali hidup, dan rasa penasaranku naik hampir menjadi aksi. Akhirnya aku dapat tahu sesuatu tentang kebiasaan pecinta malam dan gelap ini. “Bunyi suara-suara itu terdengar jelas; suara Smith sangat mendominasi sehingga aku tak pernah bisa menangkap lebih dari titik-titik bunyi dari suara satu lagi, yang sesekali menembus arus kokoh suaranya. Tak satupun kata sampai ke telingaku, minimal tak satupun kata yang bisa kupahami, meski suara itu nyaring dan jelas, dan baru sesudah itu aku menyadari dia pasti berbicara dalam bahasa asing. “Bunyi langkah-langkah kaki juga sama jelasnya. Dua orang sedang mondar-mandir di kamar, bolak-balik mele­wati pintu, salah satu dari mereka orang yang ringan dan gesit, dan satu lagi berat dan agak ribet. Suara Smith ber­lanjut tanpa henti dengan dengungan ganjil monotonnya, kadang nyaring, kadang lirih, selagi dia bolak-balik menye­berangi lantai. Orang satu lagi juga sedang bergerak, tapi dengan gaya berbeda dan kurang teratur, sebab aku men­dengar langkah-langkah cepat yang kadang berakhir dengan terantuk-antuk, dan gerakan cepat tiba-tiba yang berhenti dengan gerakan keras ke dinding dan furnitur. “Selain itu, selagi mendengarkan suara Smith, aku mulai merasa khawatir. Ada sesuatu dalam bunyinya yang mem­buatku secara intuitif merasa dia sedang dalam kesulitan, dan sebuah dorongan batin sayup-sayup menggerakkanku—sangat sayup-sayup, kuakui—untuk mengetuk pintunya dan bertanya apa dia butuh pertolongan. “Tapi jauh sebelum dorongan batin itu mewujud ke dalam aksi, atau bahkan sebelum itu ditimbang dan dipertimbang­kan oleh akal, aku mendengar sebuah suara di sisiku, se­macam bisikan teredam yang aku yakin itu omongan Smith, meski bunyinya tidak datang kepadaku melalui pintu. Itu dekat di telingaku, seolah-olah dia berdiri di sampingku, dan itu membuatku kaget bukan main sampai-sampai aku me­megang pagar pegangan tangga agar tidak melangkah mundur dan membuat gaduh di tangga. “‘Tak ada yang bisa kau lakukan untuk menolongku,’ kata suara itu dengan jelas, ‘dan kau akan jauh lebih aman di kamarmu sendiri.’
Judul asli : Smith: An Episode in a Lodging-House<i=1JQ73mlj7y0A6OaReZsESyS-cugpmbZUi 258KB>Smith: An Episode in a Lodging-House
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, April 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Ada Hantu di Rumah Kos

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)