Skip to content
Jutawan yang Menolak Tua dan Tak Mau Mati – Relift Media

Jutawan yang Menolak Tua dan Tak Mau Mati Cerita fiksi folklor

author _Shunsui Tamenaga_; date _1803_ genre _Folklor_; category _Cerpen_; type _Fiksi_ Dengan sia-sia mereka mencoba membayangkan seperti apa kematian. Si kaya bersedia memberikan semua uang dan semua barang mereka jika mereka bisa sekadar memperpendek umur. Tanpa perubahan apapun, terus hidup selamanya terasa menjemukan. Dahulu kala, hiduplah seorang pria bernama Sentaro. Nama marganya berarti “Jutawan”, tapi walaupun tidak sekaya itu, dia tetap jauh dari miskin. Dia mewarisi ke­kayaan kecil dari ayahnya dan hidup dengan itu, menghabis­kan waktu seenaknya, tanpa terpikir serius untuk bekerja, sampai umurnya mencapai 32-an. Suatu hari, tanpa alasan apapun, dia terpikir akan maut dan penyakit. Bayangan jatuh sakit atau mati membuatnya kesusahan. “Aku ingin hidup,” katanya pada diri sendiri, “sampai ber­umur sekurangnya lima ratus atau enam ratus tahun, bebas dari segala penyakit. Jangka hidup normal seorang manusia sangat pendek.” Dia bertanya-tanya, apakah mungkin, dengan hidup se­derhana dan hemat dari sekarang, untuk memperpanjang umurnya selama yang dia kehendaki. Dia tahu ada banyak cerita dalam sejarah kuno para kaisar yang hidup seribu tahun, dan ada Puteri Yamato, yang konon hidup sampai usia lima ratus. Ini adalah cerita umur panjang paling baru yang tercatat. Sentaro sudah sering mendengar kisah Raja China ber­nama Shin-no-Shiko. Dia salah seorang penguasa paling cakap dan berkuasa dalam sejarah China. Dia membangun semua istana besar, dan juga tembok besar China yang masyhur. Dia memiliki segala yang dia inginkan di dunia ini, tapi terlepas dari semua kebahagiaan, kemewahan dan ke­megahan Istana, kearifan para penasehat, dan kejayaan pe­merintahan, dia sengsara karena tahu suatu hari kelak dia pasti mati dan meninggalkan semua itu. Ketika pergi tidur di malam hari, ketika bangun di pagi hari, ketika menjalani siang, pikiran akan kematian selalu menemaninya. Dia tidak bisa lepas dari itu. Ah, kalau saja dia bisa menemukan “Eliksir Kehidupan”, dia akan bahagia. Sang Kaisar akhirnya memanggil rapat para punggawa istana dan bertanya apakah mereka bisa menemukan untuk­nya “Eliksir Kehidupan” yang begitu sering dia baca dan dengar. Satu punggawa kawakan bernama Jofuku berkata, jauh di seberang lautan ada suatu negeri bernama Horaizan, dan di sana tinggal beberapa petapa yang memegang rahasia “Eliksir Kehidupan”. Siapapun meminum air ajaib ini, dia hidup selamanya. Kaisar memerintahkan Jofuku untuk berangkat menuju negeri Horaizan, untuk menemukan para petapa, dan untuk membawa pulang sebotol kecil eliksir ajaib. Dia memberi Jofuku salah satu kapal jung terbaiknya, memperlengkapi itu untuknya, dan memuati itu dengan banyak sekali harta dan batu mulia untuk Jofuku bawa sebagai hadiah kepada para petapa. Jofuku berlayar menuju negeri Horaizan, tapi dia tak pernah kembali kepada Kaisar yang menanti; tapi sejak saat itu Gunung Fuji disebut sebagai Horaizan fabel itu dan rumah para petapa yang menyimpan rahasia eliksir, dan Jofuku disembah sebagai dewa pelindung mereka. Nah, Sentaro memutuskan untuk pergi mencari para pe­tapa itu, dan jika bisa, untuk menjadi seorang petapa, agar dia dapat memperolah air kehidupan abadi. Dia ingat, se­masa kecil dia pernah mendengar cerita bahwa para petapa ini tak hanya tinggal di Gunung Fuji, tapi konon mendiami semua puncak tinggi. Jadi dia menitipkan rumah tuanya kepada kerabatnya, dan berangkat untuk pencariannya. Dia melintasi semua wilayah bergunung di negeri itu, mendaki ke puncak-puncak ter­tinggi, tapi tak kunjung menemukan seorangpun petapa. Akhirnya, setelah berhari-hari mengembara di suatu wilayah tak dikenal, dia berjumpa seorang pemburu. “Apa kau tahu,” tanya Sentaro, “di mana tinggalnya para petapa yang memiliki Eliksir Kehidupan?” “Tidak,” kata si pemburu, “aku tak tahu di mana petapa-petapa semacam itu tinggal, tapi ada seorang perampok kejam yang tinggal di wilayah ini. Konon dia pemimpin sebuah gerombolan berisi dua ratus pengikut.” Jawaban aneh ini membuat Sentaro sangat kesal, dan dia berpikir betapa konyolnya membuang lebih banyak waktu untuk mencari para petapa dengan cara ini, jadi dia putuskan untuk pergi seketika itu juga ke kuil Jofuku, yang disembah sebagai dewa pelindung petapa di selatan Jepang. Sentaro sampai di kuil dan bersembahyang selama tujuh hari, memohon kepada Jofuku untuk menunjukinya jalan ke seorang petapa yang bisa memberinya apa yang sangat ingin dia temukan. Pada tengah malam hari ketujuh, selagi Sentaro berlutut di kuil, pintu kuil paling dalam berayun terbuka, dan Jofuku muncul dalam awan berkilau, memanggil Sentaro untuk mendekat, dan berkata begini: “Keinginanmu sangat egois dan tidak bisa dikabulkan dengan mudah. Kau berpikir untuk menjadi petapa dengan maksud menemukan Eliksir Kehidupan. Apa kau tahu betapa sulitnya kehidupan seorang petapa? Seorang petapa hanya dibolehkan makan buah dan béri dan kulit pohon pinus; seorang petapa harus memutus diri dari dunia agar hatinya jadi semurni emas dan bebas dari setiap keinginan duniawi. Secara bertahap, setelah mengikuti aturan ketat ini, petapa tak lagi merasakan lapar atau dingin atau panas, dan tubuh­nya jadi begitu ringan sampai dia bisa menunggangi burung bangau atau ikan karper, dan bisa berjalan di permukaan air tanpa kebasahan kakinya. “Kau, Sentaro, menyukai hidup enak dan segala kenya­manan. Kau bahkan tidak seperti orang pada umumnya, sebab kau luar biasa pemalas, dan lebih peka dengan panas dan dingin daripada kebanyakan orang. Kau takkan pernah sanggup bertelanjang kaki atau mengenakan satu pakaian tipis saja di musim dingin! Apa kau berpikir kau akan punya kesabaran atau ketahanan untuk hidup sebagai petapa? “Akan tetapi, sebagai jawaban untuk doamu, aku akan me­nolongmu dengan satu cara lain. Aku akan mengirimmu ke negeri Kehidupan Abadi, di mana kematian tak pernah datang—di mana orang-orang hidup selamanya!”
Judul asli : The Story of the Man Who Did not Wish to Die<i=1MS1Z7vVznrvLWQpwJ_4ZnL-71-oxNg-5 211KB>The Story of the Man Who Did not Wish to Die
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Maret 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Jutawan yang Menolak Tua dan Tak Mau Mati

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)