Mikrobofobia adalah penyakit peradaban maju, penyakit yang muncul baru-baru ini, dan menular. Korban-korbannya dijumpai di kalangan orang-orang yang sudah menikah ketimbang orang-orang yang belum menikah, di kota ketimbang di desa.
Alkisah ada seseorang yang mengalami serangan Mikrobofobia parah dan berkepanjangan. Kau takkan temukan istilah ini dalam kamus-kamus, tidak pula dalam kosakata medis; tapi, karena cukup mungkin ada beranekaragam benda di langit dan bumi yang belum terbayangkan dalam kosakata, sebetulnya tidak ada justifikasi untuk menyangkal eksistensi mikrobofobia dengan alasan itu. Dan perihal namanya sendiri, ada hidrofobia, fotofobia, dan Anglofobia—jadi kenapa tidak dengan mikrobofobia?
Mikrobofobia adalah penyakit peradaban maju, penyakit yang muncul baru-baru ini, dan menular. Korban-korbannya dijumpai di kalangan orang-orang yang sudah menikah ketimbang orang-orang yang belum menikah, di kota ketimbang di desa, dan di kalangan orang berbudaya ketimbang orang tak berbudaya. Pendek kata, penyakit ini mengamuk paling dahsyat di komunitas-komunitas perguruan tinggi dan universitas, tapi juga kelihatan di lingkup pengaruh SMA, SD, dan TK. Akan tetapi, karena semua ini berkaitan erat dengan perguruan tinggi dan universitas, mikrobofobia boleh dikatakan ciri khas institusi-institusi pendidikan tinggi.
Mikrobofobia jarang berhasil menanamkan diri pada organisme-organisme sehat. Tak seorangpun dengan kesehatan mental, jasmani, dan rohani yang segar-bugar perlu takut terhadap serangannya. Inangnya hampir selalu dalam keadaan terkuras pada saat kolonisasi, dan titik serangan selalu sensus communis, sebuah organ yang terletak di bagian anatomi itu, yang biasa dikenal sebagai rongga tengkorak.
Gejala-gejalanya—
Tapi riwayat kasus akan memberitahumu gejala-gejalanya.
Subjek adalah seorang profesor. Rupanya dia sudah meletakkan fondasi penyakit ini di masa kuliahnya dengan terpapar bacillus scientificus, dan terkena kasus methoditis scientifica, lagi-lagi sebuah penyakit yang serangannya tertuju pada sensus communis, dan yang efek destruktifnya paling besar di kalangan kaum terpelajar, terutama mereka yang pekerjaannya mengharuskan kontak intim dengan simbol, bahan kimia, manuskrip kuno, dan material berbau busuk dan berdebu lainnya. Korban-korbannya biasanya menampakkan kondisi mereka dengan sibuk ke sana kemari menegaskan bahwa setiap dan semua urusan hidup dapat disusun rapi seperti material laboratorium mereka.
Ini menjelaskan bagaimana begitu mudahnya mikrobofobia mencengkeram kokoh sang profesor di hari tua. Setelah mengambil gelar doktor filsafat, dia ditunjuk untuk menduduki sebuah jabatan universitas, di mana, masih dalam kondisi vitalitas terganggu, dia mengalami kekambuhan methoditis, yang membuatnya begitu lemah, sampai-sampai, tanpa perlawanan, dia menjadi mangsa mikrobofobia pada tahun pertama itu juga; penyebab penularan adalah sudah pasti pergaulannya dengan bermacam-macam rekan staf pengajar yang ada di fakultas kedokteran, atau bekerja di laboratorium bakteriologis dan memberi kuliah tentang sanitasi, atau mengabdi di komite ilmu kesehatan universitas. Semua orang-orang ini, dia ketahui kemudian, berada dalam berbagai tahapan penyakit tersebut—meski semuanya menganggap diri mereka sehat sempurna.
Pasalnya, salah satu hal terburuk dari mikrobofobia adalah bahwa korban tidak curiga akan hakikat sejati penyakitnya; lebih dari itu, dia menjadi mangsa halusinasi aneh bahwa lingkungannyalah, dan bukan dirinya, yang merupakan pusat penularan, dan alhasil tidak mau mendengarkan diagnosa. Individu-individu diketahui semakin jauh dalam penyakit ini sampai sensus communis hampir lenyap sama sekali, tanpa menyadari gawatnya kondisi mereka.
Sang profesor mungkin saja terus bertahan untuk beberapa lama; meski ada dalam genggaman penyakit itu, dia belum mulai menderita, berkat keadaan jasmani yang bagus yang diwariskan dari para leluhur sehat yang bukan didikan universitas. Tapi terjadi sebuah peristiwa yang mempercepat perkembangan penyakitnya. Dia menikah.
Nah, menikah biasanya adalah hal baik untuk sensus communis. Banyak penderita dari kedua jenis kelamin mendapati itu obat paling manjur untuk penyakit-penyakit pada organ yang agak tak pasti itu. Tapi ternyata perkawinan sang profesor adalah dengan seorang anggota Woman’s Club, yang juga didikan perguruan tinggi, pemilik gelar Mistress of Home Economics, dan, sialnya, sudah tertular mikrobofobia, dan tampak terganggu kesehatannya. Beberapa teman bujangannya sudah memperingatkan dia bahwa kondisi di wilayah kota itu terkenal buruk, tapi dia menertawakan mereka, dan berkata bahwa sedikit pengasapan disinfektan adalah hal terburuk yang mungkin terjadi di sana.
Judul asli | : | The Microbophobiac<i=1fuUywSVx-0qSRHbs7x6bB9UpFKSHaAW8 329KB>The Microbophobiac (1914) |
Pengarang | : | Grant Showerman |
Penerbit | : | Relift Media, Desember 2021 |
Genre | : | Satir |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |