“Kita sudah kehilangan semua harapan untuk masuk Surga sekarang. Kalau sampai kita melihat pohon-pohon dan sungai-sungai, padahal kita tahu mereka takkan pernah kita capai, kita akan dihimpit rasa kehilangan dan dukacita.”
Pelayanmu ini ingin membebaskan tangan dan pena-nya dan menuliskan kesan-kesannya, usai dibebani keletihan dan kelelahan karena hal-hal yang dia lihat, seperti keledai kecil membawa muatan yang hanya mampu ditanggung bagal. Aku belum pernah membaca kejadian aneh dan janggal di negeri ini, dan sekarang aku dibuat geram oleh apa yang kulihat di Damaskus dan Irak. Aku melihat kejorokan di gang-gang, pergantian para penguasa dan raja, dan penjarahan oleh orang-orang asing.
Suatu hari, saat dilanda tidur, aku melihat Hari Pengadilan. Penyeru Neraka mulai memanggil orang-orang untuk mempertanggungjawabkan diri mereka kepada Allah. Aku bangkit dari kuburku dan menuju padang mahsyar, letih, takut, dan banjir keringat. “Ini,” kataku pada diri sendiri, “adalah hari paling suram, paling buruk.” Karena aku lemah, begitu murung dan rapuh, aku mendambakan Allah yang Maha Kuasa menyediakan untukku di sini suatu hidangan penyegar—sepapan roti panas, telur dadar, bawang merah, daging, dan keju, dan sebotol anggur Lebanon. Dengan begini aku mungkin akan kehilangan panca inderaku, menjadi lupa akan alam ini, terbebas dari semua kemalangan ini.
Segera setelah aku menyatakan keinginanku, sahabatku berkata: “Aku baru melihat beberapa gadis bersama anak-anak, yang mengklaim kau adalah ayah dari anak-anak mereka. Sebagian menyebut kau menjual mereka kepada para pemilik lain sewaktu mereka hamil.”
Aku hampir tak bisa percaya dengan telingaku.
“Tolong,” kataku, “jangan bandingkan aku dengan Hafiz al-Ulaimi, yang mencari bocah-bocah, lalu menjual mereka saat janggut mereka mulai bertunas dan mendapatkan yang baru sebagai gantinya. Tidakkah kau lihat Malik di sana, sang penjaga Neraka, muncul dari api, matanya lebar, dengan tongkat di tangan kanan dan rantai di tangan kiri, mengejar para pelaku sodomi dan para germo dari umat Muhammad salawat dan salam atasnya? Hentikan pembicaraan ini, ya? Jangan ada lagi.”
Tapi, selagi kami berbicara, Malik, sang penjaga Neraka, menyerbu kami. Dia mencengkeram tangan kami, mengikatkan rantainya pada leher kami, dan menarik kami ke dalam api. Aku memohon padanya.
“Kumohon, tuan,” kataku, “kumohon, Mal, izinkan aku, demi Allah, mengucapkan beberapa patah kata.”
“Mengapa aku harus mendengarkanmu,” tanyanya, “padahal kau menyapaku dengan separuh namaku?”
“Aku mencoba akrab,” kataku, “memberimu nama timang.”
“Baiklah kalau begitu,” balasnya. “Katakan apa yang ingin kau katakan.”
“Tuan,” kataku, “aku salah satu ahli Qur’an, datang jauh-jauh dari Maghrib. Aku juga menghafal dan mengulang-ulang perkataan Muhammad salawat dan salam atasnya.”
“Dasar cabul!” katanya. “Kau menemukan cara-cara baru dalam tipu daya sodomi. Kau tuliskan nama-nama para bocah Muslim, dalam daftar besar, menurut abjad. Kau, dasar babi, sudah menggiring bocah-bocah berkulit halus menuju kehancuran, memaksa mereka satu ranjang denganmu. Tapi untuk apa aku mendaftar perbuatan-perbuatan kejimu?”
Aku pucat karena marah.
“Aku tak bisa terima,” kataku, “tuduhan semacam itu. Kau akan menyesali ucapanmu.”
“Terus apa yang akan kau lakukan padaku?” timpal Malik. “Mencurahkan cemoohan padaku dalam salah satu dari syair-syair atau cerita-cerita masyhur karanganmu itu?”
Ketika kami mendengar ini, aku dan sahabatku, kami meredam kata-kata kami dan membuat nada bicara kami lebih mendamaikan. Maka dia meninggalkan kami, dan kami bergabung dengan sekerumun orang yang sedang naik ke gunung A’raf, tempat berpemandangan taman-taman Surga. Kami akan, kukira, mendapati roh-roh kami pulih dan menikmati masa ketenteraman di sana. Tapi sahabatku menyisipkan kata peringatan.
Judul asli | : | A Vision of the Next World<i=1YkDOK6MZxTtYehCbfOuzngRVU0nEawRd 258KB>A Vision of the Next World (Abad 12) |
Pengarang | : | Ibnu Muḥriz al-Wahrānī |
Penerbit | : | Relift Media, Mei 2020 |
Genre | : | Religi |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |