“Tn. Crothers adalah orang yang sangat kuat dan besar, dengan riwayat keberanian yang kita semua tahu. Di sisi lain, aku mungil, tidak siap secara fisik, dan tak ada yang menyangka aku akan mampu menghadapi seekor singa di padang pasir!”
“Yang bikin aku bingung,” kata Crothers, “di mana kau dapat ide untuk semua cerita yang kau tulis itu, Sanders?”
Ada enam atau tujuh orang duduk di perpustakaan Klub Penjelajah Dunia. Memperbincangkan banyak hal. Sanders, penulis
thriller detektif kenamaan dan amat populer, adalah tamu makan malam yang gemilang dan terkemuka. Crothers, orang yang bertanya pada Sanders, adalah pria kasar bongsor, yang telah melanglang buana ke setiap pelosok dunia, sama sekali tak punya rasa takut, dan barangkali agak sinis soal kehidupan.
“Di mana aku dapat bahan ceritaku?” sahut Sanders. “Ah, di mana-mana! Di ruangan ini ada kira-kira lusinan cerita.”
“Maksudmu di sini, di depan kami, dan kami bahkan tidak mengenali mereka sebagai cerita?” tanya Timmons, satu penjelajah lain.
“Ya, Tn. Timmons,” terang Sanders. “Terlepas dari fakta bahwa masing-masing kalian di sini, para pelaga dan pemberani, punya cerita berbeda dan lengkap di dalam dirinya, ada kombinasi hidup kalian yang saat ini bisa memberiku cukup plot untuk ratusan cerita.”
“
Well,” balas Crothers, “semua itu terdengar sangat teoritis bagiku, Tn. Sanders. Coba lebih...lebih jelas, agar kami bisa mengerti maksudmu. Sebuah contoh. Misalnya, ambil aku...”
Tawa pelan bangkit dari rombongan ini. Mungkin ini akan menarik. Sanders adalah pria dengan kecerdasan hebat dan cepat. Dia dikelilingi pria-pria kuat, mungkin sedikit tumpul kalau soal menyulap plot, ide, dan cerita, tapi tidak lambat kalau soal laga, dan sedikit rangsangan.
“Itu ide bagus!” Timmons setuju.
“Kau juga kelinci percobaan rupanya, Crothers,” cuit Dr. Amy.
“Sebuah trik, tepat di depan mata kita, tuan-tuan,” kata Masters, arkeolog yang mencoba-coba sulap dan pertunjukan.
Dalam keheningan kemudian, setiap orang duduk tegak, dan menunggu Sanders memulai.
