Skip to content
Para Penghuni Rumah – Relift Media

Para Penghuni Rumah Cerita fiksi horor

author _Charles Dickens_; date _1859_ genre _Horor_; category _Cerpen_; type _Fiksi_ series_title _Rumah Berhantu_; series_no _#1_ Coba saja ini di tempat tidur, dalam sepinya malam: coba saja ini di tempat duduk perapian nyaman, dalam hidupnya malam. Kau bisa isi rumah manapun dengan suara-suara, kalau kau mau, sampai kau mendapat suara untuk setiap syaraf di sistem syarafmu. Tidak dalam suasana angker, dan tidak dikepung oleh lingkungan angker, aku berkenalan pertama kali dengan rumah yang menjadi topik cerita Natal ini. Aku melihatnya di siang bolong, dengan cahaya matahari menerpanya. Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada guntur, tak ada suasana buruk atau janggal macam apapun untuk menambah efeknya. Lebih dari itu: aku datang ke sana langsung dari stasiun kereta. Jaraknya tidak lebih satu mil dari stasiun kereta. Dan, sewaktu berdiri di luar rumah, meninjau kembali jalan yang sudah kutempuh, aku bisa lihat kereta barang bergerak tenang sepanjang tanggul di lembah. Aku takkan bilang bahwa segala sesuatunya lumrah, sebab aku ragu apakah ada sesuatu yang lumrah, kecuali bagi orang-orang lumrah—dan di sana kesombonganku melangkah masuk. Tapi aku berani bilang siapapun akan memandang rumah ini sebagaimana aku memandangnya, di pagi cerah musim gugur. Begini aku menerangkannya. Aku sedang bepergian menuju London dari Utara, hendak mampir di perjalanan, untuk mengamati rumah itu. Kondisi kesehatan memaksaku tinggal sementara di desa. Seorang teman yang tahu hal ini, dan kebetulan pernah berkendara melewati rumah tersebut, menulis surat padaku dan mengusul­kannya sebagai tempat yang pas. Aku naik kereta di tengah malam, dan ketiduran, lalu bangun dan terduduk menengok keluar jendela, menatap Cahaya Utara terang di langit. Aku ketiduran lagi, dan bangun lagi dan mendapati malam telah pergi, seperti biasa disertai keyakinan tak puas bahwa aku belum tidur sama sekali. Mengenai hal ini, dalam kebebalan pertama kondisi tersebut, aku malu untuk percaya bahwa aku telah beradu taruhan dengan pria yang duduk di seberangku. Semalaman, pria seberang itu—sebagaimana biasa—mem­punyai terlalu banyak kaki, dan semuanya terlalu panjang. Selain tingkah keterlaluan ini (yang tak lain dan tak bukan darinya), dia membawa pensil dan buku saku, dan tak henti mendengar-dengarkan dan mencatat. Tampaknya catatan mengganggu ini terkait dengan sentakan dan lonjakan gerbong, dan aku pasti sudah memaklumi kegiatannya, beranggapan dia bekerja di bidang teknik sipil, andai saja dia tidak menatap lurus ke atas kepalaku setiap kali mendengar-dengarkan. Dia adalah pria bermata terbeliak dengan roman bingung, dan kelakuannya tak jadi tertahankan. Pagi itu dingin dan sepi, matahari belum bangun. Usai menyaksikan padamnya suluh-suluh di desa besi ini, dan naiknya tirai asap pekat yang bergantung antara aku dan bintang-bintang, serta antara aku dan siang, aku berpaling pada rekan perjalananku dan berkata: “Maaf, tuan, tapi apa kau melihat sesuatu yang aneh dariku?” Dia betul-betul tampak mencatat topi safariku atau rambutku dengan ketelitian disengaja. Pria bermata terbeliak ini menarik peneropongannya dari belakangku, seakan-akan ekor gerbong seratus mil jauhnya. Terus dia berkata dengan raut iba angkuh terhadap kesepeleanku: “Darimu, tuan?—B.” “B, tuan?” balasku, jadi panas. “Aku tak ada urusan denganmu, tuan,” timpalnya, “tolong biarkan aku mendengarkan—O.” Dia mengucapkan huruf vokal ini setelah jeda sebentar, dan mencatatnya. Mula-mula aku gusar. Bersama orang gila di kereta Ekspres dan tak ada komunikasi dengan penjaga adalah posisi serius. Lantas datang pikiran melegakan bahwa pria ini mungkin apa yang populer dijuluki Rapper: anggota sebuah sekte yang (sebagiannya) sangat kuhormati, tapi tidak kupercayai. Aku hendak menanyakan ini saat dia mengambil roti dari mulutku. “Maaf,” katanya merendahkan, “aku terlalu jauh di depan umat manusia untuk merasa repot dengan semua itu. Aku sudah melewati malam—sebagaimana kulewati seluruh waktu­ku sekarang—dalam pergaulan spiritual.”
Judul asli : Mortals in the House<i=11XwfVRJYR3wjgTfHQoGW5UwKeQmFiLcV 255KB>Mortals in the House
Pengarang :
Seri : Rumah Berhantu #1
Penerbit : Relift Media, Maret 2017
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Para Penghuni Rumah

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2017)