Skip to content
Hari Pemungutan Suara – Relift Media

Hari Pemungutan Suara Cerita fiksi filsafat

author _Edward Plunkett Dunsany_; date _1910_ genre _Filsafat_; category _Cerpen_; type _Fiksi_ Untuk waktu lama si pemilih berbicara tentang tradisi-tradisi kerajaan yang dibuat oleh leluhur kita dan yang harus dia junjung tinggi dengan hak pilihnya, atau tentang masyarakat yang ditindas oleh sebuah sistem feodal ketinggalan zaman dan kehabisan tenaga, dan itu harus diakhiri atau diperbaiki. Di kota pinggir laut, hari itu adalah hari pemungutan suara, dan sang penyair menatapnya sedih saat dia bangun dan melihat cahayanya masuk ke jendela di antara dua gorden kasa kecil. Dan hari pemungutan suara itu indah cerah; kicauan burung liar menghampiri sang penyair di jen­dela; udaranya kering dan dingin, tapi nyala sinar mata­harilah yang telah mengecoh burung-burung itu. Dia men­dengar suara laut yang rembulan bawa ke pesisir, menyeret bulan-bulan ke atas batuan kerakal dan tanah kerikil dan menumpuk mereka bersama tahun-tahun di mana abad-abad lusuh terbaring; dia melihat bukit-bukit megah berdiri meng­hadap selatan dengan gagah; melihat asap kota melayang ke wajah surgawi mereka—gumpal demi gumpal naik dengan tenang ke dalam pagi selagi rumah demi rumah dibangunkan oleh sorot-sorot sinar mentari yang mengintip, dan menya­lakan api-apinya untuk hari ini; gumpal demi gumpal pergi ke arah wajah perbukitan yang tenteram itu, dan kandas sebe­lum mereka sampai ke sana dan bergelantung putih di atas rumah-rumah; dan setiap orang di kota mengoceh gila. Sang penyair berbuat hal aneh; dia menyewa mobil ter­besar di kota dan menutupinya dengan semua bendera yang dia temukan, dan berangkat untuk menyelamatkan inteli­gensia. Dan dia segera menemukan seorang pria berwajah panas, yang berteriak bahwa tak lama lagi seorang kandidat, yang namanya dia sebutkan, akan kembali memuncaki pe­mungutan suara dengan suara mayoritas sangat besar. Dan sang penyair berhenti di dekatnya dan menawarinya duduk di mobil yang ditutupi bendera-bendera. Saat orang ini melihat bendera-bendera di mobil, dan bahwa itu mobil terbesar di kota, dia pun naik. Dia bilang suaranya akan diberikan untuk sistem fiskal yang telah menjadikan kita seperti sekarang, agar makanan orang miskin tidak dipajak untuk memperkaya orang kaya. Atau, kalau tidak, dia akan memberikan suaranya untuk sistem reformasi tarif yang akan menyatukan kita lebih dekat ke koloni-koloni kita dengan ikatan yang akan bertahan lama, dan memberi lapangan kerja kepada semua orang. Tapi mobil itu tidak menuju TPS; itu melewatinya dan meninggal­kan kota dan melintasi jalan putih kecil berliku-liku menuju puncak perbukitan. Di sana sang penyair meninggalkan mobil dan membiarkan si pemilih yang keheranan berjalan ke rumput dan duduk di atas permadani. Dan untuk waktu lama si pemilih berbicara tentang tradisi-tradisi kerajaan yang dibuat oleh leluhur kita dan yang harus dia junjung tinggi dengan hak pilihnya, atau tentang masyarakat yang ditindas oleh sebuah sistem feodal ketinggalan zaman dan kehabisan tenaga, dan itu harus diakhiri atau diperbaiki. Tapi sang penyair menunjukkan kepadanya kapal-kapal kecil berkeliling di kejauhan di laut yang disinari matahari, dan burung-burung jauh di bawah mereka, dan rumah-rumah di bawah burung-burung itu, dan gumpalan kecil asap yang tidak bisa menemukan perbukitan. Dan mulanya si pemilih menangisi TPS-nya seperti anak kecil; tapi setelah beberapa saat dia menjadi lebih tenang, kecuali saat ledakan sorak-sorai sayup bercicit naik ke per­bukitan, saat si pemilih dengan sengitnya meneriaki salah kelola pemerintahan oleh partai Radikal, atau kalau tidak—aku lupa apa yang dikatakan si penyair padaku—dia memuji catatan hebat partai Radikal. “Lihat,” kata sang penyair, “hal-hal indah kuno ini, perbu­kitan dan rumah-rumah jadul dan pagi hari, dan laut kelabu dalam cahaya mentari yang bergumam keliling dunia. Dan ini adalah tempat yang mereka pilih untuk dikunjungi!” Dan berdiri di sana dengan seluruh Inggris luas di bela­kangnya, bukit demi bukit, melandai ke utara, dan di depan­nya laut berkilauan yang terlalu jauh untuk bunyi hingar-bingar tadi, si pemilih merasa persoalan-persoalan yang me­repotkan kota menjadi kurang penting. Tapi dia masih marah.
Judul asli : The Day of the Poll<i=1I_4MeYhEvNhdSWFXhTlfvkTK0dTNMPqk 366KB>The Day of the Poll
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Oktober 2024
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Hari Pemungutan Suara

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2024)