Kita berutang sebagian besar teori-teori kita pada kekeliruan kita dalam mentransfer ketunggalan yang eksis dalam bahasa ke alam. Teori-teori menyediakan satuan yang dengan sia-sia kita cari di alam, tapi yang secara keliru kita duga eksis.
Kesatuan/ketunggalan yang diimplikasikan oleh bahasa mempengaruhi bukan hanya diskursus metafisik, tapi juga spekulasi fisik.
§1.—
Ketika sebuah kata menamai fenomena dua indera atau lebih, ketunggalan nama tersebut luar biasa memalukan.
Dalam diskursus terakhirku, aku menunjukkan bahwa eksistensi-eksistensi inderawi ditampilkan kepada kita dalam beragam grup, dan bahwa kita mengestimasi ketunggalan tiap-tiap grup berdasarkan ketunggalan namanya dan bukan berdasarkan pengungkapan indera-indera kita. Kekeliruan ini luar biasa memalukan ketika grup terdiri dari eksistensi-eksistensi (contohnya bentuk, besaran, jarak, dll) yang diungkapkan kepada kita oleh dua indera atau lebih; sebab ketunggalan yang disandangkan pada grup seolah menunjukkan bahwa dua indera atau lebih mengungkapkan kepada kita satu informasi yang sama, sebuah posisi yang bertentangan dengan keterbatasan indera-indera kita.
§2.—Kekeliruan mempengaruhi terutama diskursus metafisik, dan contoh-contoh yang kukemukakan ditukil dari spekulasi-spekulasi musykil Locke, Hume, Descartes, Berkeley, Reid, dan penulis-penulis sejenis. Tapi dalam banyak kasus lain, dan agak berbeda, bahasa mengimplikasikan sebuah ketunggalan, dan kita menisbatkan implikasi tersebut pada kerusakan spekulasi-spekulasi dan pencarian-pencarian kita yang paling familiar. Diskursus saat ini akan diarahkan pada pembeberan keburukan dalam samaran baru ini.
§3.—
Di alam kita mencari unit/satuan yang eksis dalam bahasa saja.
Aku sedang berbicara, aku sedang berdiri, beberapa orang hadir. Masing-masing pernyataan ini adalah kebenaran; tapi jika kita mencari kebenaran itu sendiri di antara kebenaran-kebenaran ini, meyakininya sebagai sebuah satuan, maka kita sedang mencari di alam apa yang sekadar buatan bahasa. “Apa itu kebenaran?” kata Pilatus. Dia menyangka itu sebuah satuan, dan karenanya timbul kesulitan pertanyaan tersebut. Semua hal yang kita sebut kebenaran memiliki karakteristik umum tertentu; sebagaimana salju, garam, perak, dan kaca memiliki karakteristik tertentu, yang memberi mereka hak atas sebutan putih; tapi jika kita ingin memastikan makna kata putih dalam kasus apapun, kita harus memeriksa objek yang diterapkan kata putih; dan jika kita ingin tahu makna kata kebenaran dalam kasus apapun, kita harus memeriksa keadaan yang diterapkan kata tersebut. Ketunggalan seribu putih bersifat verbal; dan ketunggalan seribu kebenaran bersifat verbal. Satuan adalah ciptaan bahasa; karenanya timbul falasi, ambiguitas, dan kesulitan ketika kita mencari satuan yang ekuivalen di alam.
§4.—
Grup-grup eksistensi dan relasi alam dapat dianggap satuan, tapi kita harus mengestimasi ketunggalan mereka berdasarkan pengalaman inderawi kita dan bukan berdasarkan implikasi bahasa; alam bukan bagian dari bahasa kita.
Suhu adalah panas, dingin, hangat kuku, membekukan, melelehkan, membakar, dll. Suhu seolah sebuah satuan, tapi contoh-contoh ini menunjukkannya beranekaragam. Haruskah kita menafsirkan ketunggalan suhu berdasarkan keanekaragaman alam, atau haruskah kita mengestimasi panas, dingin, hangat kuku, membekukan, dll, berdasarkan ketunggalan kata suhu? Kita memilih jalan kedua, dan secara falasis mengacaukan diri kita untuk menemukan, dalam panas, dingin, hangat kuku, dll, satuan yang eksis dalam bahasa saja. Panas, dingin, hangat kuku, dll, dapat dianggap satuan; tapi kita harus mengestimasi ketunggalan mereka berdasarkan apa yang kita temukan di alam dan bukan berdasarkan implikasi bahasa. Ketunggalan nama adalah buatan bahasa. Ketunggalan fenomena-fenomena adalah kesamaan yang menyebabkan kita menggolongkan mereka di bawah satu nama.
§5.—
Ketunggalan alam adalah berbeda dalam kasus-kasus berbeda, tapi ketunggalan yang diimplikasikan oleh bahasa selalu lengkap.
Kesehatan sebuah negara adalah sebuah satuan dalam bahasa sebagaimana kesehatan Thomas. Di alam, ketunggalan kedua kasus tidaklah sama. Bahkan kesehatan umum Thomas selama satu tahun kurang merupakan sebuah satuan di alam dibanding kesehatannya pada saat ini. Ketunggalan yang bahasa implikasikan selalu utuh; sementara alam menghadirkan hanya hampiran-hampiran berbeda untuk ketunggalan sederhana. Keasinan samudera adalah sebuah satuan dalam bahasa, dan keasinan suatu tetes samudera adalah satu satuan lain; tapi ketunggalan pada tetes lebih unik daripada pada samudera. Ketunggalan sebuah balatentara adalah sebuah satuan dalam bahasa sebagaimana ketunggalan Napoleon yang mengkomandonya; sementara di alam ketunggalan mereka sangat tidak sama.
§6.—Dalam kasus-kasus ini, pengalaman menetralisir ketunggalan yang diimplikasikan; tapi delusinya halus, di mana kita tidak bisa secara gamblang membandingkan keanekaragaman alam dengan ketunggalan bahasa; sebagai contoh, kebijaksanaan adalah sebuah satuan dalam bahasa sebagaimana bulan. Aksi-aksi tak terhitung, dll, yang dinamai kebijaksanaan memiliki homogenitas yang membuat satu nama dapat diterapkan pada mereka semua; tapi menyandangkan ketunggalan nama pada aksi-aksi tak terhitung ini sama dengan melakukan kekeliruan yang aku sangat ingin pertunjukkan: yaitu menafsirkan alam berdasarkan bahasa, padahal kita seharusnya menafsirkan bahasa berdasarkan alam.