Skip to content
Sinyal Peradaban Android – Relift Media

Sinyal Peradaban Android Cerita fiksi sci-fi

author _Richard Wilson_; date _1957_ genre _Sci-Fi_; category _Cerpen_; type _Fiksi_ Dari dekat, jelas sekali mereka adalah android. Tapi mereka dibuat secara luar biasa. Mereka tidak melakukan gerakan tersentak-sentak atau ekspresi hampa yang menjadi ciri percobaan-percobaan Bumi. Kapten memperhatikan apa yang Ernest Hotaling tulis pada slip kertas.
Warna pipi cinta sejatiku Akan berubah kelabu dalam seminggu.
Kapten membacanya dan meledak. “Omong-kosong macam apa ini?” “Tentu saja itu tidak akan berima dalam terjemahan har­fiah,” kata Ernest ringan. “Tapi itulah artinya.” “Sajak jenaka!” seru kapten. “Inikah pesan masa itu? Ini­kah rahasia peradaban hilang itu?” “Ada yang lain-lain juga,” kata Ernest. Dia adalah psikolog-linguis kru. “Awal-awal kau pasti menyangka mereka samar. Mereka tidak dengan sengaja meninggalkan pesan apapun untuk kita.” Ernest menyortir carik-carik kertasnya dan memilih satu:
Sekali, dua kali, mereka memperingatkanku. Celaka! ketidakacuhanku menjadikanku bumbu.
“Rasanya ada sesuatu di situ,” kata Ernest. Kapten mendengus. “Tidak, sebetulnya,” tegas Ernest. “Hawa pesimisme—bah­kan kebinasaan—mengalir dalam kata-kata ini. Ambil yang satu ini, contohnya:
“Dalam otakku musik bernyanyi: Kupikir aku akan gila lagi.”
“Nah, itu mulai terasa masuk akal,” kata Rosco, kepala komunikasi. “Itu bertalian dengan apa yang Doc Braddon temukan.” Kapten memperhatikan para teknisinya dengan tajam, seolah-olah mencurigai sebuah banyolan. Tapi mereka serius. “Baiklah,” kata kapten. “Itu membuatku bingung, tapi aku cuma penjelajah luar angkasa sederhana. Kalian-lah pakar. Aku akan pergi ke kabin dan berkomunikasi dengan peti miras. Bila kalian dapatkan sesuatu yang bisa kupahami, beritahu aku. ‘Kupikir aku akan gila lagi.’ Hah! kupikir aku akan mabuk-mabukan.”
Apa yang sedang dipelajari oleh para teknisi kapal riset Pringle adalah kenapa kaum Planetoid S743 menjadi debu. Mulanya mereka berpikir mereka sedang datang ke se­buah planet yang hidup, meski kecil. Ada cahaya-cahaya pada sisi malamnya dan pergerakan di jalan-jalannya. Tapi ketika mendarat dan menjelajah, mereka hanya me­nemukan serbuk di tempat-tempat di mana semestinya ada orang. Ada tumpukan serbuk kelabu halus di jalan-jalan, di kompartemen kemudi mobil-mobil kecil—yang awet sem­purna—dan bertebaran di kendaraan-kendaraan besar yang terlihat seperti bus. Ada serbuk di rumah-rumah. Di satu rumah, mereka me­nemukan setumpuk abu kelabu di depan kompor masak yang masih hangat, dan setumpuk lain di sebuah kursi dan di lantai kolong kursi. Seolah-olah seorang wanita dan pria yang dihidanginya makanan telah raib puuf, seketika. Anggota kru yang berjaga dan melaporkan cahaya-cahaya itu mengatakan belakangan semua itu mungkin gangguan atmosferik. Kapten sendiri melihat pergerakan di jalan-jalan; dia mempertahankan sikap bisu yang bermartabat. Itu adalah planet kecil yang sangat maju dan bangunan-bangunannya luar biasa tua. Cuaca memukul mereka, mem­bundarkan pinggiran mereka dan melunakkan warna me­reka, tapi mereka kokoh seperti baru dibangun minggu lalu. Semua kota di planet kecil itu mirip. Dan semuanya mati. Pringle terbang di atas selusin mereka, kemudian kembali ke kota besar dekat dataran di mana kapal ini turun semula. Bangunan tertinggi di setiap kota memiliki ornamen ter­lalu banyak dibanding yang lain-lain. Para periset ber­argumen ini adalah istana, atau pusat pemerintahan. Tiap-tiap bangunan ini memiliki jaringan pipa logam di puncak­nya. Di mana terdapat jarak besar di antara kota-kota, di situ menara-menara tinggi menjulang dari dataran atau ber­tengger di puncak gunung, masing-masing dengan jaringan logam serupa di puncaknya. Kepala komunikasi menebak bahwa mereka adalah me­nara radio-video, tapi ternyata dia salah. Tidak ada perangkat radio atau televisi di manapun, atau apapun serupa itu. Tetap saja, sudah jelas mereka adalah sejenis alat komu­nikasi. Doc Braddon mendapat separuh jawaban dari sedikit debu kelabu yang dia “otopsi”. Debu itu ditemukan di sebuah gundukan rapi di dasar sebuah wadah logam besar di lantai dua sebuah hunian berukuran sedang. Doc berteori, salah satu dari orang-orang itu sedang melakukan semacam mandi tanpa air di wadah tersebut ketika maut debu datang. Oleh karena itu sisa-sisanya lengkap, tidak berserakan atau bercampur baur seperti kebanyakan yang lain. Doc menyortir partikel-partikel sebisa mungkin dan me­nemukan dua tipe, satu tak diragukan lagi anorganik. Dia berunding dengan Rosce mengenai residu anorganik. Rosco berpikir ini mungkin sisa-sisa sebuah transceiver pararadio kecil. Mungkin setiap orang ini membawa-bawanya, atau di­pasang ke dalam tubuhnya. “Kita hanya menebak mereka adalah orang,” kata Doc hati-hati, “tapi rasanya aman untuk mengasumsikan itu, karena kita menemukan debu di setiap tempat di mana orang-orang diduga berada. Yang kita butuhkan adalah mayat utuh.” Sementara patroli-patroli mencari jasad-jasad, Rosco menguji teorinya dengan mengirim sinyal radio dari salah satu menara dan memperhatikan reaksi lemah pada debu. “Jika kita bisa asumsikan mereka adalah orang,” kata Rosco, “mereka tampaknya berkomunikasi jarak jauh melalui radio yang dipersonalisasi. Mungkin lewat mekanisme yang dipasang ke dalam tengkorak. Apakah itu berarti tidak ada bahasa tertulis, Ernest?” Ernest Hotaling mengangkat bahu. “Belum tentu. Aku berpikir mereka mungkin menyimpan suatu jenis catatan. Mereka mungkin menulis, atau merekam—atau bahkan me­ngetrik batu.” Dia meminta letnan memperluas pencariannya. “Bawakan aku apapun yang terlihat seperti buku, atau perkamen, atau mikrofilm, atau pita. Jika diketrik pada batu,” tambahnya menyeringai, “aku akan datangi.” Sementara itu mereka mencetak film yang telah bekerja otomatis sejak planetoid itu masuk dalam jarak fotoradar kapal. Film mengkonfirmasi apa yang dilaporkan penjaga—ada cahaya-cahaya pada sisi malam. Lebih jauh, salah satu dari strip-strip sensitif di sisi itu menunjukkan bahwa sinyal-sinyal yang keluar dari puncak-puncak menara dalam arus stabil meningkat hebat saat Pringle mendekat. Lalu, saat kapal bertambah dekat, mereka berhenti sama sekali. Di saat yang sama, cahaya-cahaya pada sisi malam planetoid itu padam. Film menunjukkan per­gerakan jalan yang dilihat kapten juga berhenti pada saat itu. Ernest mencoba menganalisa sinyal-sinyal yang direpro­duksi pada film. Dia tidak begitu sukses. Jika mereka merep­resentasikan sebuah bahasa, akan makan waktu bertahun-tahun sebelum dia bahkan bisa menebak apa maknanya. Satu-satunya hal yang dia tahu pasti adalah bahwa sinyal-sinyal itu, persis sebelum mereka padam, menjadi seribu kali lebih kuat.
Judul asli : Deny the Slake<i=16RnUbyu_pQE7CkRdgUkxJiIeo1NaR7Df 341KB>Deny the Slake
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Mei 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Sinyal Peradaban Android

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)