“Mesin paham nilai riil jika kau mau gunakan istilah itu. Nah, kau menulis ‘mendapat gaji’. Tentunya kau paham itu tidak menunjukkan pemasukan bersihmu sesudah pajak. Atau seseorang bakal melayangkan gugatan hukum terhadapmu dan berhasil.”
Pemuda dan pemudi itu ragu-ragu di depan gedung batu pendek. Dia merasa gelisah dan janggal hingga bahunya teringsut dan rahangnya naik; sementara si gadis menempel takut-takut di belakang.
“Tidakkah kau takut, Jon?” tanyanya.
“Tidak. Aku tidak. Aku cuma sedang melihati.” Tangannya menariknya ke depan, sejajar dengannya.
Di setiap sisi, menjulang gedung-gedung kantor besar, bank-bank, dan hotel-hotel, masing-masing berusaha melampaui yang lain dengan mengembalikan laba lebih besar per kaki persegi ruang tanah.
Hanya gedung pendek di distrik bisnis itu yang kelihatannya tak memiliki lantai dua.
Itu dibuat kerdil oleh tetangga-tetangganya. Itu mengisap keutamaan superior dari mereka dengan berbentuk lain. Itu seolah berkata, “Lihat, aku tak harus berbagi nasib dengan siapapun.”
“Aku mungkin datang dari sisi pelabuhan ruang angkasa yang salah, tapi aku akan menjadi seseorang,” kata si pemuda hampir garang. “Apa kau tak percaya padaku?”
Si gadis terlihat luar biasa cantik jelita saat menepuk lengannya. “Tentu saja aku percaya, sayang. Dan aku sudah bilang kita akan menikah begitu kau membeli dokumen kewarganegaraan kelas satumu.”
Dia mendengus. “Kita akan sudah paruh baya saat aku menabung uang sebanyak itu. Aku menginginkanmu sekarang.”
“Oh, Jon.” Dia tersipu manis. “Mama bilang...”
“Aku hafal mamamu.” Dia sudah sepantasnya sinis. “Yang dia bicarakan cuma kedudukan sosial dan jaminan. Kewarganegaraan dengan pensiun kecilnya adalah investasi buruk.”
“Tapi itu terjamin.”
“Cih. Dengar, aku akan menjadi seseorang. Aku akan mandiri dan ketika aku membeli posisi, itu adalah jabatan gubenur. Terus aku akan mengemudikan balon awan ungu. Dan mesin sibernetik akan buktikan itu.”
“Bagaimana kalau mesinnya tak memberi jawaban tepat,” tanggapnya.
“Mesin itu tak pernah membuat kesalahan.”
“Bagaimana kau bisa mandiri?” tanyanya. “Segalanya terencana sekarang.”
“Aku akan masuk bisnis real estat.”
Dia tampak cemas. “Itu...itu spekulatif.”
“Persis,” katanya penuh kemenangan. “Dan mamamu tak bisa berbuat apa-apa soal itu. Aku menyimpan janji tertulisnya di sini.”
Dia menepuk sakunya dan menuntun sang gadis ke dalam gedung. Pintu kuningan besar berayun terbuka saat mereka mendekat, menyingkap sebuah ruangan besar yang hampir mengisi seluruh bangunan. Di sekeliling dinding terdapat ceruk-ceruk kecil bertirai dan di tengah-tengah ruangan ada balok kuningan raksasa, bermesin mulus dan tanpa retak.
“Ada yang bisa kubantu?” tanya seorang pelayan berseragam.
Rasanya ganjil sibernetik besar kabupaten itu dilayani oleh orang biasa. Tentu yang memimpin semestinya seorang mahasiswa pascasarjana dari Corporate University, tak kurang seorang Ph.D. “Bagaimana cara bertanya padanya?” tanya Jon sambil melihati balok kuningan. Si penjaga tersenyum. “Apa pertanyaanmu?” “Kukira semua pertanyaan bersifat rahasia.” “Boleh seperti itu kalau kau mau. Pilih saja salah satu dari stan-stan itu, masukkan kreditmu ke dalam satu slot dan ejakan pertanyaanmu pada teleper. Namun, jika pertanyaannya tidak cukup definitif, kau mungkin akan mendapat jawaban yang tidak memberitahukan apa yang kau ingin tahu. Tidak ada pengembalian dana.” “Kami cuma ingin tahu berapa banyak uang yang akan Jon hasilkan saat dia paruh baya,” sela Alis buru-buru. “Well, itu menggambarkan apa yang kumaksud,” kata si penjaga. “Kau mesti utarakan pertanyaanmu dengan lebih baik.” “Apa maksudmu lebih baik?” tanya Jon. “Sekarang masih pagi, mungkin aku akan punya waktu untuk membantu kalian,” kata penjaga sambil menengok sekeliling. “Ini sudah lewat tanggal satu dan perusahaan-perusahaan besar sudah memiliki rencana yang disetujui.” Jon tampak ragu. “Well, pertama-tama kau tidak merinci apa yang Jon akan hasilkan ketika dia paruh baya. Anggap saja dia bekerja di pabrik boneka dan kau mendapatkan jawaban, ‘Enam ribu lengan per hari.’ Apa itu akan membantumu?” “Kami akan katakan kredit.” “Kalau begitu, mesin mungkin akan berkata, ‘Nihil,’ karena kau tidak betul-betul menghasilkan kredit kecuali jika kau bekerja di arta yasa. Mungkin maksudmu ‘Mendapat gaji’?” “Ya,” kata Alis. “Itu dia.” Penjaga batuk untuk menutupi rasa unggulnya atas anak-anak kecil sederhana ini. “Kau mesti memilih waktu spesifik. Kalau tidak, mesin mungkin akan memberi jawaban pendapatan total selama paruh bayamu.” “Kami akan memilih tahun tertentu,” kata Jon. “Well, tuliskan pertanyaanmu dulu dan kemudian pilih stan.” “Itu mungkin yang terbaik,” Jon menyerah dengan agak enggan. “Oh, ya,” kata Alis. “Kau tak punya cukup uang untuk menanyakan satu pertanyaan lain, Jon.”
Rasanya ganjil sibernetik besar kabupaten itu dilayani oleh orang biasa. Tentu yang memimpin semestinya seorang mahasiswa pascasarjana dari Corporate University, tak kurang seorang Ph.D. “Bagaimana cara bertanya padanya?” tanya Jon sambil melihati balok kuningan. Si penjaga tersenyum. “Apa pertanyaanmu?” “Kukira semua pertanyaan bersifat rahasia.” “Boleh seperti itu kalau kau mau. Pilih saja salah satu dari stan-stan itu, masukkan kreditmu ke dalam satu slot dan ejakan pertanyaanmu pada teleper. Namun, jika pertanyaannya tidak cukup definitif, kau mungkin akan mendapat jawaban yang tidak memberitahukan apa yang kau ingin tahu. Tidak ada pengembalian dana.” “Kami cuma ingin tahu berapa banyak uang yang akan Jon hasilkan saat dia paruh baya,” sela Alis buru-buru. “Well, itu menggambarkan apa yang kumaksud,” kata si penjaga. “Kau mesti utarakan pertanyaanmu dengan lebih baik.” “Apa maksudmu lebih baik?” tanya Jon. “Sekarang masih pagi, mungkin aku akan punya waktu untuk membantu kalian,” kata penjaga sambil menengok sekeliling. “Ini sudah lewat tanggal satu dan perusahaan-perusahaan besar sudah memiliki rencana yang disetujui.” Jon tampak ragu. “Well, pertama-tama kau tidak merinci apa yang Jon akan hasilkan ketika dia paruh baya. Anggap saja dia bekerja di pabrik boneka dan kau mendapatkan jawaban, ‘Enam ribu lengan per hari.’ Apa itu akan membantumu?” “Kami akan katakan kredit.” “Kalau begitu, mesin mungkin akan berkata, ‘Nihil,’ karena kau tidak betul-betul menghasilkan kredit kecuali jika kau bekerja di arta yasa. Mungkin maksudmu ‘Mendapat gaji’?” “Ya,” kata Alis. “Itu dia.” Penjaga batuk untuk menutupi rasa unggulnya atas anak-anak kecil sederhana ini. “Kau mesti memilih waktu spesifik. Kalau tidak, mesin mungkin akan memberi jawaban pendapatan total selama paruh bayamu.” “Kami akan memilih tahun tertentu,” kata Jon. “Well, tuliskan pertanyaanmu dulu dan kemudian pilih stan.” “Itu mungkin yang terbaik,” Jon menyerah dengan agak enggan. “Oh, ya,” kata Alis. “Kau tak punya cukup uang untuk menanyakan satu pertanyaan lain, Jon.”
Judul asli | : | The Question<i=1IMIcJtSJaaTtNGZFs7ijlAtCjQX3JedW 241KB>The Question (1953) |
Pengarang | : | Lucius Daniel |
Penerbit | : | Relift Media, Mei 2023 |
Genre | : | Sci-Fi |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |