“Walikota yang terhormat... Kau sudah tahu permintaan terakhirku... Tapi kau bersikeras tak mau menuruti permintaanku. Baiklah, jika ini tidak dilakukan dalam satu minggu ke depan, aku berjanji kau akan mati... Bersama dengan setiap orang di kota kotormu.”
“MEMANGGIL DR. CAMBRIDGE... MEMANGGIL DR. CAMBRIDGE... MELAPOR KE RUANG NOMOR SATU... RUANG NOMOR SATU...” Pengeras suara di rumahsakit terbesar kota mendengungkan pesan.
“Hmmmm, ruang nomor satu. Pasti seseorang yang penting...mungkin Gubernur mampir untuk menghabiskan liburannya dengan mengorbankan kota... Aku penasaran...?” Dr. Cambridge, alias Dr. Kegelapan, tapi tak dikenal oleh siapapun kecuali dirinya sendiri, bergegas menyusuri lorong putih panjang menuju ruang besar di ujung koridor... Nomor Satu. Dia mengetuk pelan.
“Oh, kau rupanya, Dr. Cambridge,” senyum perawat, “silakan masuk.”
“Terimakasih, Suster.” Dia cepat-cepat menyeberangi ruangan untuk melihat siapa di balik sekat putih berkilat yang menghalangi pandangan dari pintu. Dr. Cambridge terhenti.
“Walikota Fitzsimmons! Kau...dari semuanya! Well, aku tak pernah mengira akan menjumpai kesempatan di mana kau menghabiskan hari sakit di rumahsakitku...atau rumahsakit manapun bahkan.” Dr. Cambridge terus-terang kaget. “Kuharap ini tidak gawat!”
“Itu masih harus dilihat, Dokter...” Walikota Fitzsimmons tersenyum lemah. “Aku menderita kekalutan mental...bekerja terlalu keras, sepertinya.”
Dr. Cambridge, kepala rumahsakit terbesar di distrik metropolitan, mengamati muka pucat di hadapannya...tak habis pikir bagaimana seorang pria dinamis seperti itu bisa tergoncang begitu...seorang pria yang selalu bekerja keras. Seorang pria yang belum pernah menunjukkan kelemahan sedikitpun.
“Suster, kau boleh pergi sekarang.” Dr. Cambridge berpaling pada orang sakit di depannya. “Walikota...kita sudah mengalami banyak hal bersama di masa lalu. Sepertinya ini lebih rumit dari kelihatannya. Coba ceritakan apa yang sebetulnya menyusahkanmu!”
Dengan keluarnya perawat dari ruangan, Walikota duduk tegak di ranjang dan memendam kepala dalam kedua tangannya.
“Dokter...aku sudah menjadi korban seorang pemeras anonim selama bertahun-tahun. Dia menggunakan jabatanku untuk melaksanakan tujuan jahatnya...seperti yang dia lakukan kepada banyak orang lain yang dipekerjakan kantor walikota. Sebelumnya aku selalu takut untuk membeberkannya...tapi ancaman terakhir ini sangat besar...di samping permintaannya, jadi aku menyerahkan semuanya ke Komisioner Polisi. Aku sudah selesai, kurasa, sejauh tugasku...tapi aku masih bisa berjuang sebagai seorang warga!”
Judul asli | : | The Murder of a City<i=13A9kaWN7qoCA5V6feh3BzRHq_eVZpn1Z 322KB>The Murder of a City (1940) |
Pengarang | : | Ray Gill |
Penerbit | : | Relift Media, Juli 2022 |
Genre | : | Kriminal |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |