Skip to content
Dialog Pastor dan Ateis Sekarat – Relift Media

Dialog Pastor dan Ateis Sekarat Cerita fiksi religi

author _Marquis de Sade_; date _1782_ genre _Religi_; category _Drama_; type _Fiksi_ Kawanku, nafsu birahi adalah yang paling kuelukan di antara semua kepunyaanku. Sepanjang hayatku, aku telah membungkuk di hadapan berhala-berhalanya dan selalu berharap mengakhiri hidupku dalam dekapannya. Waktuku kian dekat. Pastor: Nah, karena sekarang kau sedang sakaratulmaut, di mana selubung ilusi tersibak hanya untuk menghadapkan setiap manusia terpedaya dengan perhitungan kesalahan dan amal jahatnya, apa kau, anakku, sungguh-sungguh bertobat atas banyak dosa yang disebabkan oleh kelemahan dan kerapuhan manusia? Ateis Sekarat: Ya, aku memang bertobat. Pastor: Maka, dalam sisa waktu singkat yang kau punya, manfaatkanlah penyesalan tepat waktu ini untuk memohon absolusi umum atas dosa-dosamu, percaya bahwa hanya dengan menghormati sakramen penitensi paling melegakan dan kudus kau bisa mengharap ampunan di tangan Tuhan Maha Kuasa, Bapa Kekal kita. Ateis Sekarat: Aku tidak lebih memahamimu daripada kau memahamiku. Pastor: Kenapa? Ateis Sekarat: Aku bilang aku bertobat. Pastor: Aku sudah dengar. Ateis Sekarat: Ya, tapi kau tak paham maksudku. Pastor: Tapi penafsiran lain apa...? Ateis Sekarat: Penafsiran yang akan kuberikan sekarang. Aku diciptakan oleh Alam dengan selera paling tajam dan nafsu paling kuat dan diletakkan di bumi ini dengan tujuan semata-mata meredakan keduanya dengan menyerah pada mereka. Mereka adalah komponen diri terciptaku dan tidak lebih dari bagian-bagian mekanis yang diperlukan untuk berfungsinya tujuan-tujuan dasar Alam. Atau kalau kau lebih suka, mereka adalah efek-efek kebetulan yang esensial bagi rencana-Nya untukku dan selaras sama sekali dengan hukum-Nya. Aku hanya bertobat karena tak pernah secukupnya mengakui kemahakuasaan Alam dan penye­salanku semata-mata karena aku kurang memanfaatkan kemampuan-kemampuan itu, yang jahat di matamu tapi biasa saja di mataku, yang Ia berikan padaku untuk dipakai melayani-Nya. Aku kadang melawan-Nya, dan sepenuh hati menyesal untuk itu. Aku dibutakan oleh kerancuan doktrin-doktrinmu yang terpaksa kuambil untuk memerangi keras­nya hasrat-hasrat yang ditanam dalam diriku oleh kekuatan yang jauh lebih berilham ilahi, dan sekarang aku bertobat telah berbuat itu. Aku memetik bunga-bunga padahal bisa saja mengumpulkan panen buah matang yang jauh lebih banyak. Itulah sebab penyesalanku yang sebenarnya; hormati aku secukupnya untuk tidak mengaitkan yang lain padaku. Pastor: Alangkah buruk keadaan yang dibawakan oleh kesalah­an-kesalahanmu! Alangkah tersesat dirimu oleh sofisme semacam itu! Kau nisbatkan seluruh kekuatan Pencipta pada dunia ciptaan! Apa kau tak mengerti, kecenderungan-kecenderungan malang yang telah menyesatkan langkahmu tidak lebih dari efek-efek Alam rusak yang kepadanya kau nisbatkan kemahakuasaan? Ateis Sekarat: Rupanya penalaranmu sekosong kepalamu. Aku harap kau akan berargumen lebih rasional atau, kalau tidak, biarkan aku mati dengan damai. Apa yang kau maksud dengan ‘Pencipta’? Apa yang kau pahami dengan ‘Alam rusak’? Pastor: Pencipta adalah Pengendali Semesta. Semua yang dicipta diciptakan oleh-Nya, segala sesuatu dibuat oleh tangan-Nya, dan ciptaan-Nya terpelihara sebagai efek sederhana dari kemahakuasaan-Nya. Ateis Sekarat: Well, Dia pasti orang yang hebat sekali! Kalau begitu, katakan kenapa orangmu ini, yang begitu kuasa, menjadikan Alam ‘rusak’, sebagaimana kau istilahkan. Pastor: Tapi apa manfaatnya buat manusia jika Tuhan tidak memberi mereka kehendak bebas? Apa manfaatnya pelak­sanaan kehendak bebas jika dalam hidup ini, memilih kebaikan tidak sama mungkinnya dengan menghindari keburukan?
Judul asli : Dialogue Between a Priest and a Dying Man
Dialogue Entre un Prêtre et un Moribond<i=1ZekAkvHxLX-NGF7h1zRv3-6VvgGPV4u1 310KB>Dialogue Between a Priest and a Dying Man<br/> Dialogue Entre un Prêtre et un Moribond
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Desember 2019
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Dialog Pastor dan Ateis Sekarat

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2019)