Emas dan perak adalah emisi alam; kertas adalah emisi seni. Nilai emas dan perak dipastikan oleh kuantitas yang alam hasilkan di bumi. Kita tidak bisa menjadikan kuantitas itu lebih banyak atau lebih sedikit daripada kenyataannya, dan karenanya nilainya (yang bergantung pada kuantitas) tidak bergantung pada manusia.
Setelah selesai dengan Laporan tersebut, kini aku beralih ke subjek ketiga dan terakhir—Uang Kertas.
Aku ingat seorang petani Jerman mengungkapkan sebanyak yang dibutuhkan oleh seisi subjek ini dalam beberapa patah kata: “
Uang adalah Uang dan Kertas adalah Kertas.” Semua rekaan manusia tidak bisa membuat keduanya kebalikannya. Alkemis mungkin akan berhenti bekerja, dan pemburu batu filsuf mungkin akan pergi istirahat, jika kertas bisa dimetamorfosa menjadi emas dan perak, atau dibuat memenuhi fungsi tersebut dalam semua kasus.
Emas dan perak adalah emisi alam; kertas adalah emisi seni. Nilai emas dan perak dipastikan oleh kuantitas yang alam hasilkan di bumi. Kita tidak bisa menjadikan kuantitas itu lebih banyak atau lebih sedikit daripada kenyataannya, dan karenanya nilainya (yang bergantung pada kuantitas) tidak bergantung pada manusia. Manusia tidak punya andil dalam pembuatan emas atau perak; yang bisa dilakukan oleh kerja keras dan akal bulusnya hanyalah mengumpulkannya dari tambang, menyulingnya untuk digunakan, dan memberinya cetakan, atau mencapnya menjadi koin.
Pencapannya menjadi koin sangat menambah kemudahannya tapi tidak menambah apa-apa pada nilainya. Ia saat itu tidak lebih bernilai daripada sebelumnya. Nilainya tidak terdapat pada cetakan tapi pada dirinya sendiri. Hilangkan cetakannya dan tetap saja nilainya sama. Ubah ia semaumu, atau timpa ia dengan musibah apapun yang bisa terjadi, tetap saja nilainya tidak berkurang. Ia punya kapasitas untuk tahan terhadap kecelakaan-kecelakaan yang menghancurkan benda-benda lain. Oleh karenanya, ia memiliki semua kualitas wajib yang bisa dimiliki oleh uang, dan merupakan bahan yang cocok untuk membuat uang; dan tidak ada bahan apapun, tanpa semua sifat itu, bisa cocok untuk fungsi uang.
Kertas, dianggap sebagai bahan untuk membuat uang, tidak memiliki satupun kualitas-kualitas wajib tersebut. Ia terlalu berlimpah, dan terlalu mudah diraih. Ia bisa didapatkan di manapun, dan dengan harga remeh.
Ada dua cara aku akan meninjau kertas.
Satu-satunya kegunaan wajar untuk kertas, di bidang uang, adalah sebagai medium untuk menulis nota/surat promes (sanggup bayar) dan kewajiban pembayaran dalam bentuk sejenis. Selembar kertas, ditulis dan ditandatangani demikian, bernilai sebesar jumlah yang untuknya ia diberikan, jika orang yang memberikannya mampu membayar itu; karena, dalam kasus ini, hukum akan mewajibkannya. Tapi jika dia tidak berharta sama sekali, nota kertas itu tidak bernilai sama sekali. Oleh karenanya, nilai nota tersebut bukan terdapat pada nota itu sendiri, sebab ia hanyalah kertas dan promes, tapi pada orang yang diwajibkan menebusnya dengan emas atau perak.
Kertas, yang beredar dengan cara ini dan untuk fungsi ini, terus-menerus menunjuk ke tempat dan orang di mana dan oleh siapa uang harus dimiliki, dan akhirnya menemukan rumahnya; dan, boleh dikatakan, membuka kunci peti milik pemiliknya dan membayar pembawanya.
Tapi ketika sebuah Majelis berusaha menerbitkan kertas
sebagai uang, seluruh sistem keamanan dan kepastian dijungkirbalikkan dan kekayaan dibuat mengambang. Nota kertas yang diberikan dan diterima antarindividu sebagai promes/janji pembayaran adalah satu hal, tapi kertas yang diterbitkan oleh Majelis
sebagai uang adalah hal lain. Itu seperti menempatkan hantu sebagai ganti manusia; itu lenyap saat dipandang dan tak ada yang tersisa selain udara.
Uang, ketika dianggap sebagai buah dari ketekunan bertahun-tahun, sebagai ganjaran dari kerja-keras, keringat, dan jerih-payah, sebagai mahar janda dan jatah warisan anak, dan sebagai sarana memperoleh barang-barang kebutuhan dan meringankan penderitaan hidup dan menjadikan usia lanjut sebagai masa istirahat, mengandung sesuatu yang sakral yang tidak bisa dijadikan main-main atau dipercayakan kepada gelembung udara mata uang kertas.
Dengan wewenang atau otoritas apa sebuah Majelis berusaha membuat uang kertas, hal ini sulit dikatakan. Ia tidak mendapat wewenang dari Konstitusi, sebab Konstitusi tidak bersuara tentang subjek ini. Itu salah satu dari hal-hal yang rakyat tidak delegasikan, dan yang, jika mereka pernah bermajelis, tidak bakal mereka delegasikan. Oleh karenanya, itu adalah pengembanan wewenang yang tidak dikuasakan kepada sebuah Majelis, dan yang mungkin kelak akan menjadi sarana menghukum beberapa dari mereka.
Aku akan sebutkan beberapa keburukan uang kertas dan menyudahi dengan menawarkan cara-cara untuk mencegahnya.
Salah satu keburukan uang kertas adalah bahwa itu mengubah seisi negeri ini menjadi
stockjobber. Kegentingan nilainya dan ketidakpastian nasibnya terus-menerus beroperasi siang dan malam untuk menghasilkan akibat destruktif ini. Tidak mengandung nilai riil, ia bertumpu pada kebetulan, keplin-planan, dan kesepakatan, dan berhubung sebagian pihak berkepentingan untuk mendepresiasi nilainya dan sebagian lain berkepentingan untuk menaikkan nilainya, terjadilah perekaan terus-menerus yang menghancurkan moral negeri ini.
Rasanya ngeri melihat dan rasanya pedih mengingat betapa prinsip-prinsip keadilan dilepas melalui emisi kertas semasa perang. Pengalaman yang didapat kala itu mesti menjadi peringatan bagi suatu Majelis bagaimanapun mereka mencoba-coba membuka pintu berbahaya seperti itu lagi.
Terkait kisah romantis jika bukan munafik, bahwa orang-orang berbudi luhur tidak butuh emas dan perak dan bahwa kertas akan bekerja sama baiknya, itu tak perlu sangkalan lain selain pengalaman yang sudah kita lihat. Kendati beberapa orang bermaksud baik mungkin cenderung memandangnya dalam perspektif ini, sudah pasti pemain curang selalu berbicara dalam bahasa ini.
Ada sekelompok orang yang sibuk melakukan pembelian dengan kredit, dan membeli perkebunan tanpa punya uang untuk membayarnya; dan setelah melakukan ini, langkah mereka selanjutnya adalah mengisi suratkabar-suratkabar dengan paragraf-paragraf tentang kelangkaan uang dan perlunya emisi kertas, kemudian menjadikannya alat pembayaran sah dengan dalih menopang pengakuan terhadapnya; dan ketika terbit, mendepresiasinya secepat yang mereka bisa, membelinya banyak-banyak dengan harga murah dan menipu kreditor mereka; dan ini adalah sejarah ringkas skema-skema Uang Kertas.
Tapi mengapa, sejak kebiasaan universal dunia menetapkan uang sebagai medium paling mudah untuk perdagangan dan perniagaan, kertas lebih dipilih dibanding emas dan perak? Produksi-produksi alam tentu sama murninya dengan produksi-produksi seni; dan dalam kasus uang, mereka lebih murni secara berlimpah, jika bukan secara tak terbatas. Kecintaan pada emas dan perak mungkin menghasilkan pendambaan, tapi pendambaan, ketika tidak bersambung dengan ketidakjujuran, tidak sepenuhnya keasusilaan. Itu adalah kehematan yang ekstrim.