
Sehat Sempurna! Apa kau punya gambaran apa maksud ungkapan ini? Bisakah kau membayangkan bagaimana perasaanmu jika setiap organ di tubuhmu berfungsi sempurna? Mungkin kau bisa kembali ke suatu hari di masa mudamu, saat kau bangun pagi-pagi sekali dan pergi jalan-jalan, dan semangat matahari terbit masuk ke dalam darahmu, dan kau berjalan lebih cepat, dan menarik nafas dalam, dan tertawa nyaring karena semata-mata bahagia hidup di dunia sedemikian indah. Dan sekarang kau menjadi tua—dan apa yang akan berikan demi rahasia perasaan agung itu? Apa yang akan kau katakan jika diberitahu bahwa kau bisa mendatangkannya kembali dan menyimpannya, bukan hanya untuk pagi hari, tapi juga untuk siang dan malam hari, dan bukan sebagai sesuatu yang kebetulan dan misterius, tapi sebagai sesuatu yang kau sendiri ciptakan, dan yang kau kuasai sepenuhnya? Ini bukan pengenalan sebuah alat baru dalam iklan obat paten. Aku tak menjual apa-apa, dan tak mematenkan proses apa-apa. Sederhananya, selama sepuluh tahun aku telah mempelajari kesehatan buruk diriku, dan para pria dan wanita di sekelilingku. Dan aku sudah temukan penyebab dan obatnya. Aku tidak hanya menemukan kesehatan bagus, tapi kesehatan sempurna; aku menemukan kondisi eksistensi baru, potensialitas hidup baru; perasaan ringan dan bersih dan gembira, yang ternyata ada dalam tubuh manusia. “Aku suka bertemu denganmu di jalan,” kata seorang teman tempo hari. “Kau berjalan seolah-olah itu begitu asyik!” Aku menengok dunia di sekelilingku, dan hampir setiap kenalanku sedang sakit. Aku bisa sebutkan satu demi satu seratus pria dan wanita yang sedang melakukan pekerjaan vital untuk kemajuan dan memiliki kendala kejam berupa penderitaan fisik. Sebagai contoh, aku sedang bekerja untuk keadilan sosial, dan aku punya rekan-rekan yang bantuannya dibutuhkan setiap jam, dan mereka sakit! Dalam koran-koran seminggu pada musim semi lalu, aku membaca bahwa yang satu mati karena masalah ginjal, yang lain dirawat di rumah sakit karena gangguan syaraf, dan yang ketiga sakit karena keracunan ptomaine/makanan. Dan dalam korespondensiku aku diberitahu bahwa seorang teman akrabku yang lain memiliki waktu hidup tinggal setahun; seorang pria heroik lain menderita kegelisahan, mendambakan kematian; dan yang ketiga tersiksa oleh migrain. Dan tidak ada satupun dari orang-orang ini yang tidak bisa kuobati seandainya aku merawatnya selama beberapa pekan; tak satupun dari mereka yang tidak bakal berjalan di jalan raya “seolah itu begitu asyik”! Di sini aku bermaksud menceritakan penemuan kesehatanku, dan aku tidak akan membuang-buang banyak waktu dengan meminta maaf atas keintiman cerita ini. Aku tidak senang bercerita tentang sakit kepalaku atau membahas perut kacauku. Aku tidak bisa mengambil kasus selain milikku sendiri, karena tidak ada kasus yang bisa kubicarakan dengan kewenangan demikian. Tentu aku bisa saja menulis tentangnya secara abstrak, dalam ungkapan terselubung. Tapi bila demikian, ceritanya akan kehilangan sebagian besar sifat meyakinkannnya, dan karenanya kegunaannya. Aku bisa saja menceritakannya tanpa membubuhkan namaku. Tapi ada banyak sekali orang yang telah membaca buku-bukuku dan akan mempercayai apa yang kukatakan, yang tidak mau repot-repot membaca sebuah artikel tanpa nama. Tn. Horace Fletcher telah memberi kita teladan dalam hal ini. Dia menulis beberapa volume tentang pencernaannya, dengan hasil berjuta-juta orang telah tertolong. Dengan cara yang sama aku bermaksud mencatat kasusku. Pembaca akan mendapati itu kasus tipikal, sebab aku melakukan hampir setiap kesalahan yang bisa dilakukan seseorang, dan mencoba setiap obat, lama dan baru, yang siapapun sodorkan kepadaku. Aku menghabiskan masa kecilku di sebuah keluarga berada, di mana makan enak dianggap sebagai keanggunan sosial dan perhatian utama dalam hidup. Kami memiliki seorang wanita kulit berwarna untuk menyiapkan makanan, dan seorang lagi menyajikannya. Dianggap tak patut anak-anak meminum miras, tapi mereka mendapat roti panas tiga kali sehari, dan mereka diizinkan menikmati ayam goreng dan kuah pekat dan pastri, keik buah dan permen dan es krim. Setiap Minggu aku melihat meja kakekku berisi daging sapi panggang di satu ujung, dan sepasang ayam di ujung lain, dan ham dingin di satu sisi; saat Natal dan Thanksgiving, energi seisi rumah ditujukan pada persiapan makanan lezat. Dan di kemudian hari, saat aku datang ke New York, aku menganggap perlu untuk memiliki makanan semacam itu; bahkan ketika aku menjadi mahasiswa miskin, hidup dengan empat dolar per pekan, aku membelanjakan lebih dari tiga untuk makanan. Aku pemuda aktif dan lumayan sehat; di usia 20 aku ingat pernah berkata bahwa aku tidak mengalami sakit serius seharipun dalam 14 tahun. Lalu aku menulis novel pertamaku, bekerja 16 atau 18 jam sehari selama beberapa bulan, berkemah, dan hidup terutama dari wajan. Pada akhirnya aku jadi bermasalah serius dengan dispepsia; dan itu semakin buruk tahun berikutnya, setelah buku kedua. Aku menemui seorang dokter, yang memberiku suatu cairan merah, yang secara ajaib meredakan akibat-akibat dari melakukan kerja keras otak sesudah makan. Aku terus begitu selama satu atau dua tahun berikutnya, dan kemudian aku menemukan ternyata makanan yang dicerna secara artifisial tidak dibuang dari sistemku dengan cukup teratur. Jadi aku pergi ke seorang dokter lain, yang memberi penyakitku sebuah nama lain, dan memberiku sebuah obat lain, dan mengulur waktu perhitungan sedikit lebih lama.
Judul asli | : | The Fasting Cure: Preface, Perfect Health<i=1rUPLJ4rapv4eXAxWuW6tBPlMUT6asVjx 270KB>The Fasting Cure: Preface, Perfect Health (1911) |
Pengarang | : | Upton Sinclair |
Penerbit | : | Relift Media, Februari 2025 |
Genre | : | Medis |
Kategori | : | Nonfiksi, Memoir |