Skip to content
Puasa Sebagai Obat – Relift Media

Puasa Sebagai Obat Bacaan non-fiksi medis

author _Upton Sinclair_; date _1911_ genre _Medis_; category _Memoir_; type _Nonfiksi_ Aku sangat lapar untuk hari pertama—jenis lapar tak sehat dan rakus yang dikenal oleh semua penderita dispepsia. Aku lapar sedikit di pagi kedua, dan sesudah itu, yang membuatku sangat heran, tidak lapar sama sekali—tidak lebih tertarik pada makanan dibanding jika aku tak pernah tahu rasanya. Dalam Cosmopolitan Magazine edisi Mei 1910 dan dalam Contemporary Review (London) edisi April 1910, aku menerbitkan sebuah artikel tentang pengalamanku ber­puasa. Aku sudah menulis banyak sekali artikel majalah, tapi tak pernah yang menarik perhatian sebanyak ini. Di hari per­tama majalah masuk kios, aku menerima sebuah telegram dari seseorang di Washington yang sudah mulai berpuasa dan butuh anjuran; dan setelah itu aku menerima sepuluh atau dua puluh surat setiap hari dari orang-orang yang ber­tanya atau menceritakan pengalaman. Pada saat menulis ini, delapan bulan sudah berlalu, dan banjir surat belum juga berhenti. Para redaktur Cosmopolitan juga bilang mereka tak pernah menerima begitu banyak surat tentang sebuah artikel sepanjang pengalaman mereka. Yang lebih signifikan adalah jumlah laporan yang mulai dimuat dalam kolom-kolom berita koran di seluruh pelosok negeri ini, menceritakan orang-orang yang berpuasa. Dari berbagai sumber aku me­nerima kira-kira lima puluh kliping demikian, dan sedikit saja yang mengabarkan manfaat untuk si pelaku puasa. Sebagai konsekuensi dari minat ini, aku diminta oleh Cosmopolitan untuk menulis sebuah artikel lain, yang terbit dalam edisi Februari 1911. Buku ini tersusun dari dua artikel tersebut, dengan tambahan beberapa catatan dan ulasan, dan beberapa bagian dari artikel-artikel yang dikontribusikan kepada majalah Physical Culture, di mana aku adalah anggota staf editorialnya. Niatku pertama-tama adalah untuk menyu­sun materi ini ke dalam kesatuan terhubung, tapi begitu membaca ulang artikel-artikel itu aku putuskan lebih baik menerbitkan mereka apa adanya. Gaya jurnalistik ada keung­gulannya; dan pengulangan mungkin dapat dimaafkan da­lam kasus sebuah topik yang sangat baru bagi hampir setiap orang. Dalam buku ini aku mereproduksi beberapa foto diriku sendiri yang dimuat dalam artikel-artikel majalah. Biasanya orang tidak mencetak gambarnya dalam buku-bukunya sen­diri; tapi ketika menyangkut puasa, ada banyak “peragu”, dan kita mendengar bahwa “melihat sama dengan percaya”. Dua foto diriku yang dimuat sebagai gambarmuka memberi bukti penyembuhan fisik yang betul-betul luar biasa; dan pembaca bisa percayai kata-kataku bahwa tidak ada dalam gaya hidup­ku yang bisa menjelaskan itu, kecuali tiga puasa, dengan total tiga puluh hari. Ada satu hal lain yang harus disebutkan. Beberapa tahun lalu aku menerbitkan sebuah buku berjudul “Good Health”, ditulis bersama seorang teman. Aku tak bisa ungkapkan pan­danganku sendiri seutuhnya dalam buku itu, dan pada poin-poin tertentu yang kuperselisihkan dengan rekanku aku jadi berselisih lebih jauh lagi sejak saat itu. Buku itu mengandung banyak sekali informasi bermanfaat; tapi pengalaman bela­kangan telah meyakinkanku bahwa pandangan buku itu ter­hadap subjek yang maha penting, yaitu diet, adalah keliru. Pendapatku saat ini sudah kusampaikan dalam buku ini. Aku mengatakan ini bukan untuk meminta maaf atas inkonsis­tensi, tapi untuk mencatat sebuah perkembangan. Di masa itu aku mempercayai sesuatu, karena orang lain memberi­tahuku; hari ini aku mengetahui sesuatu yang lain, karena aku sudah mencobanya pada diriku sendiri. Tujuanku menerbitkan buku ini ada dua: pertama, untuk menjadi rujukan bagi orang-orang, sehingga aku tak perlu menjawab setengah lusin “surat puasa” setiap hari selama sisa hidupku; dan kedua, berharap menarik cukup perhatian pada subjek ini untuk menarik beberapa ilmuwan dalam me­lakukan penyelidikan riil terhadapnya. Hari ini kita menge­tahui fakta-fakta tertentu tentang apa yang dinamakan “autointoksikasi”; kita mengetahuinya karena Metchnikoff, Pawlow, dan lain-lain sudah melakukan pemeriksaan menye­luruh terkait subjek ini. Aku percaya subjek puasa sama pen­tingnya. Aku sudah menyatakan fakta-fakta tentang diriku sendiri dalam buku ini; dan aku mengutip banyak surat yang sungguh-sungguh dan tak bisa dibantah. Kesembuhan yang mereka catat sama sekali tak ada presedennya, menurutku. Pembaca akan menemukan dalam buku ini (hal 63) sebuah tabulasi hasil dari 277 kasus puasa. Dalam jumlah kasus putus asa ini, hanya ada kira-kira setengah lusin kegagalan pasti dan tak terjelaskan. Tentu saja para ahli medis dan ilmuwan tidak bisa terus menutup mata terhadap fakta sevital ini. Aku tidak mengaku penemu obat puasa. Subjek ini diba­has oleh Dr. E. H. Dewey dalam buku-buku yang diterbitkan 30 atau 40 tahun silam. Untuk pembaca yang mau menye­lidiki lebih jauh, aku sebutkan buku-buku berikut, yang sudah kubaca dengan penuh perhatian dan penuh manfaat. Walaupun aku merekomendasikan mereka, tentu saja aku tidak sependapat dengan segala sesuatu yang ada di dalam­nya: “Fasting for the Cure of Disease” oleh Dr. L. B. Hazzard; “Perfect Health” oleh C. C. Haskell; “Fasting, Hydrotherapy and Exercise” oleh Bernarr Macfadden; “Fasting, Vitality and Nutrition” oleh Hereward Carrington. Juga akan kutambah­kan bahwa Tn. C. C. Haskell, dari Norwich, Conn., mengada­kan sekolah korespondensi yang mengupas subjek puasa, dan bahwa pasien-pasien berpuasa dirawat di Bernarr Macfad­den’s Healthatorium, 42d Street and Grand Boulevard, Chicago, Ill., dan oleh Dr. Linda B. Hazzard, dari Seattle, Washington.
Sehat Sempurna! Apa kau punya gambaran apa maksud ungkapan ini? Bisa­kah kau membayangkan bagaimana perasaanmu jika setiap organ di tubuhmu berfungsi sempurna? Mungkin kau bisa kembali ke suatu hari di masa mudamu, saat kau bangun pagi-pagi sekali dan pergi jalan-jalan, dan semangat matahari terbit masuk ke dalam darahmu, dan kau berjalan lebih cepat, dan menarik nafas dalam, dan tertawa nyaring karena semata-mata bahagia hidup di dunia sedemikian indah. Dan sekarang kau menjadi tua—dan apa yang akan berikan demi rahasia perasaan agung itu? Apa yang akan kau katakan jika diberitahu bahwa kau bisa mendatangkannya kembali dan menyimpannya, bukan hanya untuk pagi hari, tapi juga untuk siang dan malam hari, dan bukan sebagai sesuatu yang kebetulan dan misterius, tapi sebagai sesuatu yang kau sen­diri ciptakan, dan yang kau kuasai sepenuhnya? Ini bukan pengenalan sebuah alat baru dalam iklan obat paten. Aku tak menjual apa-apa, dan tak mematenkan proses apa-apa. Sederhananya, selama sepuluh tahun aku telah mempelajari kesehatan buruk diriku, dan para pria dan wanita di sekelilingku. Dan aku sudah temukan penyebab dan obatnya. Aku tidak hanya menemukan kesehatan bagus, tapi kesehatan sempurna; aku menemukan kondisi eksis­tensi baru, potensialitas hidup baru; perasaan ringan dan bersih dan gembira, yang ternyata ada dalam tubuh manusia. “Aku suka bertemu denganmu di jalan,” kata seorang teman tempo hari. “Kau berjalan seolah-olah itu begitu asyik!” Aku menengok dunia di sekelilingku, dan hampir setiap kenalanku sedang sakit. Aku bisa sebutkan satu demi satu seratus pria dan wanita yang sedang melakukan pekerjaan vital untuk kemajuan dan memiliki kendala kejam berupa penderitaan fisik. Sebagai contoh, aku sedang bekerja untuk keadilan sosial, dan aku punya rekan-rekan yang bantuannya dibutuhkan setiap jam, dan mereka sakit! Dalam koran-koran seminggu pada musim semi lalu, aku membaca bahwa yang satu mati karena masalah ginjal, yang lain dirawat di rumah sakit karena gangguan syaraf, dan yang ketiga sakit karena keracunan ptomaine/makanan. Dan dalam korespon­densiku aku diberitahu bahwa seorang teman akrabku yang lain memiliki waktu hidup tinggal setahun; seorang pria heroik lain menderita kegelisahan, mendambakan kematian; dan yang ketiga tersiksa oleh migrain. Dan tidak ada satu­pun dari orang-orang ini yang tidak bisa kuobati seandainya aku merawatnya selama beberapa pekan; tak satupun dari mereka yang tidak bakal berjalan di jalan raya “seolah itu begitu asyik”! Di sini aku bermaksud menceritakan penemuan keseha­tanku, dan aku tidak akan membuang-buang banyak waktu dengan meminta maaf atas keintiman cerita ini. Aku tidak senang bercerita tentang sakit kepalaku atau membahas perut kacauku. Aku tidak bisa mengambil kasus selain milik­ku sendiri, karena tidak ada kasus yang bisa kubicarakan dengan kewenangan demikian. Tentu aku bisa saja menulis tentangnya secara abstrak, dalam ungkapan terselubung. Tapi bila demikian, ceritanya akan kehilangan sebagian besar sifat meyakinkannnya, dan karenanya kegunaannya. Aku bisa saja menceritakannya tanpa membubuhkan namaku. Tapi ada banyak sekali orang yang telah membaca buku-bukuku dan akan mempercayai apa yang kukatakan, yang tidak mau repot-repot membaca sebuah artikel tanpa nama. Tn. Horace Fletcher telah memberi kita teladan dalam hal ini. Dia menulis beberapa volume tentang pencernaannya, dengan hasil berjuta-juta orang telah tertolong. Dengan cara yang sama aku bermaksud mencatat kasusku. Pembaca akan mendapati itu kasus tipikal, sebab aku melakukan hampir setiap kesalahan yang bisa dilakukan seseorang, dan men­coba setiap obat, lama dan baru, yang siapapun sodorkan kepadaku. Aku menghabiskan masa kecilku di sebuah keluarga berada, di mana makan enak dianggap sebagai keanggunan sosial dan perhatian utama dalam hidup. Kami memiliki seorang wanita kulit berwarna untuk menyiapkan makanan, dan seorang lagi menyajikannya. Dianggap tak patut anak-anak meminum miras, tapi mereka mendapat roti panas tiga kali sehari, dan mereka diizinkan menikmati ayam goreng dan kuah pekat dan pastri, keik buah dan permen dan es krim. Setiap Minggu aku melihat meja kakekku berisi daging sapi panggang di satu ujung, dan sepasang ayam di ujung lain, dan ham dingin di satu sisi; saat Natal dan Thanks­giving, energi seisi rumah ditujukan pada persiapan makan­an lezat. Dan di kemudian hari, saat aku datang ke New York, aku menganggap perlu untuk memiliki makanan semacam itu; bahkan ketika aku menjadi mahasiswa miskin, hidup dengan empat dolar per pekan, aku membelanjakan lebih dari tiga untuk makanan. Aku pemuda aktif dan lumayan sehat; di usia 20 aku ingat pernah berkata bahwa aku tidak mengalami sakit serius seharipun dalam 14 tahun. Lalu aku menulis novel pertama­ku, bekerja 16 atau 18 jam sehari selama beberapa bulan, berkemah, dan hidup terutama dari wajan. Pada akhirnya aku jadi bermasalah serius dengan dispepsia; dan itu se­makin buruk tahun berikutnya, setelah buku kedua. Aku me­nemui seorang dokter, yang memberiku suatu cairan merah, yang secara ajaib meredakan akibat-akibat dari melakukan kerja keras otak sesudah makan. Aku terus begitu selama satu atau dua tahun berikutnya, dan kemudian aku menemu­kan ternyata makanan yang dicerna secara artifisial tidak dibuang dari sistemku dengan cukup teratur. Jadi aku pergi ke seorang dokter lain, yang memberi penyakitku sebuah nama lain, dan memberiku sebuah obat lain, dan mengulur waktu perhitungan sedikit lebih lama.
Judul asli : The Fasting Cure: Preface, Perfect Health<i=1rUPLJ4rapv4eXAxWuW6tBPlMUT6asVjx 270KB>The Fasting Cure: Preface, Perfect Health
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Februari 2025
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Puasa Sebagai Obat

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2025)