Mengapa mereka ada di tempat ini begitu lama sesudah pengasingan? Karena mereka sedang menunggu penebusan dari hukum Musa. Misi akbar Kristus adalah “menebus Israel”. “Aku tidak diutus kecuali kepada domba-domba yang hilang dari keluarga Israel!”.
Pusat-pusat Pembelajaran kita yang paling masyhur—Universitas, Perguruan Tinggi, Sekolah, dll—sudah berabad-abad ini dihinakan oleh ketidakmampuan mereka untuk memecahkan dua pertanyaan penting dan vital: 1) Di manakah Sepuluh Suku Israel yang Hilang? 2) Siapa Leluhur asli bangsa Anglo-Saxon?
Tujuanku tampil secara mencolok di hadapan negeri ini adalah untuk membuktikan bahwa bangsa Anglo-Saxon identik dengan Sepuluh Suku yang Hilang; dan guna melakukan ini, aku hendak memajukan 47 Identifikasi jelas dan tegas, yang akan ditopang oleh 500 bukti Kitab Suci.
Kita tak usah menggali sejarah awal Israel. Pembaca harusnya tahu bahwa Kedua Belas Suku dulunya bersatu di bawah satu raja, dan kemudian menjadi terbelah ke dalam dua kerajaan—Wangsa Israel di bawah Raja Yerobeam, dan Wangsa Yudah di bawah Raja Rehobeam. Sejak saat itu mereka terpisah. Penting sekali mencamkan perpisahan ini, sebab gara-gara masyarakat kita umumnya tidak mengingat fakta ini, begitu banyak kekeliruan dibuat, dan nubuat-nubuat Alkitab jadi disalahpahami. Ketika Tuhan, dalam nubuat, berbicara kepada Wangsa Israel, Dia tidak merujuk kepada kaum Yahudi; dan ketika Dia merujuk kepada Yudah, itu umumnya berbeda dari Israel. Tapi kesalahan paling umum di kalangan penstudi Alkitab adalah mengira bahwa ketika Tuhan berbicara kepada Wangsa Israel, Dia selalu merujuk kepada kaum Yahudi. Bahkan di kalangan mereka sendiri, ketika seorang bani Israel dibicarakan, langsung disimpulkan bahwa yang dirujuk adalah seorang Yahudi. Setiap orang Yahudi pandai akan siap mengakui bahwa Kesepuluh Suku kini tidak ada di antara kaum mereka. Seorang cendekiawan Yahudi berkata padaku baru-baru ini bahwa bukan saja kaum Yahudi tahu Suku-suku ini hilang, tapi mereka juga kukuh percaya bahwa, di manapun mereka berada, seorang keturunan David sedang memerintah atas mereka. Wangsa Yudah terdiri dari Dua Suku, yaitu Yudah dan Lewi. Kedua ini adalah orang-orang Yahudi masa sekarang. Mereka tak pernah hilang; Yang Maha Kuasa berkeinginan mereka dikenal oleh semua orang ke manapun mereka pergi.
Pada waktu perpisahan, dan hingga Pengepungan Yerusalem di bawah Titus, Wangsa Yudah berisi Suku Benyamin. Tapi Suku tersebut berpisah dari Yudah sebelum pengepungan, berkat nubuat yang memerintah mereka untuk berbuat demikian (Yeremia vi:1), sehingga Benyamin kini tidak bersama orang-orang Yahudi. Bahkan, hampir tak terampuni jika menyebut kaum Yahudi sebagai mencakup Yudah dan Benyamin, meski itu kekeliruan yang umum dibuat.
Istilah Efraim sinonim dengan Israel, dan mencakup Kesepuluh Suku sebagai kaum terkonsolidasi. Manasye adalah Suku ketiga belas, diputuskan oleh Yang Maha Kuasa akan menjadi sebuah kaum besar—yakni sebuah kebangsaan berbeda; meski demikian Efraim akan “lebih besar darinya” (Kejadian xlviii:19), dengan kata lain sebuah kebangsaan berbeda dari Manasye, sehingga mengikutkan Manasye sebagai salah satu dari Sepuluh Suku membuktikan kejahilan. Efraim dan Manasye pasti dua bangsa berbeda, meski dari leluhur yang sama. Oleh karenanya, dalam mencari Israel yang Hilang, kita tidak usah berurusan dengan Manasye untuk saat ini.
Orang-orang Yahudi adalah “dari Israel”, karenanya murni orang bani Israel, tapi orang-orang dari Sepuluh Suku tidak pernah menjadi orang Yahudi. Ini adalah pembedaan penting untuk dicamkan. Kitab suci sering menyebutkan Yudah di bawah istilah bani Israel, khususnya Nabi Yehezkiel; tapi ketika istilah ini diterapkan pada Yudah, dan kita jadi perlu membedakan Sepuluh Suku darinya, itu dilakukan dengan menggunakan istilah-istilah “seluruh Israel”, “seluruh Wangsa Israel”, “Wangsa Israel secara keseluruhan”. Istilah-istilah ini adalah hak cipta untuk Israel dan tak pernah diterapkan pada Yudah.
Pada masa sekarang, Sepuluh Suku mewarisi segolongan nubuat yang sama sekali berbeda daripada nubuat-nubuat yang kini berlaku pada kaum Yahudi. Dengan memeriksa beberapa dari nubuat itu, kita tidak mungkin tidak melihat pembedaan ajaib kedua Wangsa, sebab nubuat-nubuat yang berlaku pada Yudah kita tahu sungguh-sungguh tergenapkan di antara orang-orang Yahudi hari ini. Logis belaka untuk menyimpulkan bahwa nubuat-nubuat yang diberikan tentang Israel juga pasti, di masa kita sendiri, sedang tergenapkan dengan sama-sama tegas dan harfiah. Karenanya, kami mengundang pembaca (dengan maksud khusus agar pembedaan Israel dari Yudah tercamkan sebagaimana mestinya dalam pikiran) untuk memeriksa gambaran-gambaran berikut, yang menandai betul kontras kuat yang diperoleh dari masing-masing. Rujukan Kitab Suci semuanya dari para Nabi, dan masing-masing berlaku pada setiap Wangsa selama masa pengasingan mereka—yakni setiap golongan [nubuat] pasti tergenapkan sezaman dengan satu sama lain; oleh karenanya, sementara Israel diberkati, Yudah di saat yang sama pasti dikutuk.