“Seperti sepapan kayu hanyut, Yang terombang-ambing di samudera luas, Dengan papan lain berjumpa, Bertemu—bersentuhan—berpisah lagi; Begitu pula, terombang-ambing, dan hanyut, senantiasa Di laut kehidupan yang resah, Orang-orang bertemu, dan bersapa, dan berputus, Berpisah selamanya.”Ini sudah pasti bukan sajak sebuah kaum primitif; bait-bait ini bukan cadelan sayup bayi-bayi ras kita; tidakkah perlu waktu untuk membiasakan akal India dengan tamsil-tamsil serumit ini? Sajak ini bakal tidak terasa kekanakan andai Tennyson yang menulisnya; itu menarik kesadaran sama dalamnya seperti “Hymn in the Vale of Chamounix” karya Coleridge, dan bahkan bakal dibandingkan dengan “Peter Bell” karangan si penyair agung Distrik Lake. Jika kaum ini begitu tua 3400 tahun lampau, kapan mudanya? Kita mulai percaya, bersama Bailly, akan eksistensi “ce peuple ancien qui nous a tout appris, excepté son nom et son existence”. Maka, akan menarik untuk kita lirik keadaan sains di kalangan para pendahulu kita ini. Tapi mari kita ingat bahwa kita sedang menerapkan uji keras ketika membandingkan progres mereka dengan sains masa kini. Mari kita ingat bahwa baru dalam seratus tahun ini kekembalian komet-komet diprediksikan; bahwa pengetahuan kita tentang susunan matahari didapat sejak 1859; bahwa Newton meninggal baru 147 tahun; dan bahwa Largange dan Laplace hidup dan bekerja di abad kita sendiri. Ketika kita pertimbangkan seperti apa astronomi tanpa ketiga orang besar ini—dengan kata lain, seperti apa astronomi beberapa tahun lalu saja—kita lebih siap untuk mengapresiasi studi-studi yang meletakkan fondasi-fondasi lampau kemenangan mereka. Akan mustahil, dalam batas-batas moderat, untuk menentukan nilai astronomi India, seberapa menarik pun usaha itu, sebab kita bakal langsung memasuki ranah yang dapat diperdebatkan, dan berada di tengah-tengah para narasumber hebat yang berkonflik. Bailly, Delambre, Bentley, Davis, Hunter, Sir William Jones, dan lain-lain, memiliki kepercayaan beragam, seringkali bertentangan. Sebagian partisan kepada ilmuwan-ilmuwan Yunani, sebagian kepada ilmuwan-ilmuwan Arab, yang lain kepada ilmuwan-ilmuwan India dari masa lampau. Tapi, untungnya, beberapa buku manuskrip orisinil bangsa India telah turun kepada kita; di antaranya berbagai risalat lengkap tentang matematika, dan mereka ini otentik dan berusia sangat tua. Persisnya seberapa tua, sulit untuk dipastikan. Bailly, seorang partisan India, menerima taksiran sebesar-besarnya; Delambre, seorang pencela sains India dan penyokong Yunani percaya bahwa risalat terpenting di antara mereka ditulis sekitar 1114 M; sementara penerjemah manuskrip ini, Colebrooke, seorang cendekiawan Sanskerta terkemuka, menetapkan tahun penulisan 1150 M. Risalat ini, “Lílívatí” karya Bháscara Achárya, diduga adalah sebuah kompilasi, dan ada alasan-alasan untuk percaya sebagian darinya ditulis sekitar 628 M. Bagaimanapun keadaannya, itu sangat menarik, dan tahunnya cukup lampau untuk memberikan kepurbakalaan terhormat kepada matematika India.
| Judul asli | : | Early Hindoo Mathematics<i=1t0vR9b9d0hRL4HrsAAzIOuM2m837RjQU 318KB>Early Hindoo Mathematics |
| Tahun | : | 1873 |
| Pengarang | : | Edward Singleton Holden |
| Penerbit | : | Relift Media, Juli 2024 |
| Genre | : | Sains |
| Kategori | : | Nonfiksi, Esai |
Unduh
Matematika Hindu Kuno.pdf
Koleksi Sastra Klasik (2024)