Kemurnian hubungan rumahtangga
Kesakralan ikatan keluarga adalah syarat kesehatan jasmani maupun kekuatan moral bangsa-bangsa. Keluarga adalah persemakmuran mini, di mana keselamatan persemakmuran lebih besar bergantung pada integritasnya. Itu adalah petak benih seluruh moralitas. Dalam hubungan anak dengan orangtuanya, sentimen takzim ditanamkan—esensi seluruh kesalehan, seluruh idealisme; juga kebiasaan patuh pada otoritas sah, yang merupakan ciri sangat berharga dalam karakter warga setia. Dalam kebersamaan kakak-beradik, rasa hormat terhadap hak-hak orang setaraf ditanamkan secara praktis, yang tanpanya komunitas tak bisa eksis. Hubungan antara saudara dan saudari melahirkan sentimen keksatriaan—tenggang rasa terhadap hak-hak orang yang lebih lemah, dan ini merupakan dasar keluhuran budi dan setiap kualitas murah hati dan lembut yang memuliakan umat manusia. Takzim terhadap yang lebih tinggi, hormat terhadap yang setaraf, dan tenggang rasa terhadap yang lebih rendah—ketiga ini merupakan tri-tunggal Kebajikan-kebajikan yang tertinggi. Apapun yang agung dan baik dalam institusi-institusi dan kebiasaan-kebiasaan umat manusia merupakan penerapan sentimen-sentimen yang mengambil nutrisinya dari tanah keluarga. Keluarga adalah sekolah tugas-tugas. Tapi ia memiliki keunggulan khusus ini: bahwa di kalangan orang-orang yang dipertautkan oleh ikatan kasih-sayang kuat ini, tugas didirikan di atas cinta. Atas alasan ini, ia menjadi tipikal moralitas sempurna dalam semua hubungan kehidupan, dan kita mengungkapkan kedambaan-kedambaan termulia hati manusia bila kita berbicara tentang masa mendatang di mana seluruh umat manusia akan dipersatukan “sebagai satu keluarga”. Nah, keunggulan kaum Yahudi dalam hal kemurnian rumahtangga akan hampir tidak diperdebatkan. “Dalam hal ini mereka menonjol seperti tanjung curam dalam sejarah masa lalu, luar biasa dan tak terhampiri,” kata filsuf Trendelenburg. Menurut ketentuan Kode Musaik, kejahatan perzinaan dihukum dengan hukuman mati. Arahan-arahan paling detil diberikan menyangkut pakaian para imam dan orang awam, dalam rangka mengendalikan kebirahian keinginan. Skala pernikahan-pernikahan terlarang diperlebar secara luas dengan maksud yang sama. Hampir seluruh suku Benjamin dimusnahkan untuk menebus perkosaan terhadap kebajikan feminin yang diperbuat di dalam perbatasannya. Putera yang tak patuh dirajam sampai mati di depan seluruh masyarakat. Bahwa suami dan isteri harus menjadi “seperti satu daging”, itu merupakan konsepsi yang kita temukan hanya di kalangan Yahudi. Gambaran ibu rumahtangga sejati yang dibeberkan kepada kita dalam Amsal berasal dari kalangan mereka—gambaran ibu rumahtangga yang menyatukan semua keanggunan dan kelemahlembutan wanita, yang di dalam lingkungannya berdiam kenyamanan dan keindahan, “yang suami dan putera-puteranya bangkit untuk memujinya”. Ikatan pernikahan dianggap begitu sakral sampai-sampai digunakan secara bebas oleh para nabi untuk mendeskripsikan hubungan antara Tuhan dan kaum pilihan tersebut. Jehovah dijuluki suami kaum tersebut. Israel adalah pasangan sejati dan setia-Nya. Anak-anak Israel adalah anak-anak-Nya. Penyembahan dewa-dewa palsu dinamai dengan kata Ibrani yang berarti keserongan suami-isteri. Ciri kehidupan Yahudi ini tetap sama-sama menonjol di masa-masa kemudian. Di zaman Talmud, pernikahan disebut Hillula—lagu pujian! Hari paling kudus, tanggal 10 bulan ketujuh, hari puasa dan penebusan dosa-dosa, dianggap sebagai kesempatan tepat untuk mengumpulkan kawula muda untuk tujuan memilih suami dan isteri. Pada hari itu gadis-gadis Yerusalem, berdandan dalam pakaian putih murni, pergi ke perkebunan anggur yang meliputi lereng perbukitan sebelah, sambil menari dan menyanyi sementara kumpulan pemuda datang menemui mereka dari lembah-lembah. “Anak muda, angkat matamu sekarang,” nyanyi gadis-gadis cantik di antara mereka, “dan pandang dia yang kau pilih.” “Jangan lihat pada kecantikan,” nyanyi gadis-gadis dari keluarga baik-baik, “tapi pada nasab kuno dan silsilah tinggi.” Terakhir, mereka yang tidak cantik dan tidak dari keluarga baik-baik menaikkan alunan, dan mereka bernyanyi begini: “Keanggunan itu khianat, dan kecantikan itu memperdaya; wanita yang bertakwa pada Tuhan saja yang sebaiknya dipuji.” Kepatutan proses tersebut di hari Penebusan dijustifikasi oleh pernyataan bahwa pernikahan itu sendiri merupakan aksi pemurnian spiritual. Nilai tinggi yang disematkan pada institusi keluarga digambarkan lebih jauh oleh banyak legenda lembut Talmud yang tak bisa kita ceritakan di sini. Sebuah gerbang terpisah, konon, disediakan di Kuil Sulaiman untuk digunakan oleh para pengantin pria; di depan gerbang tersebut mereka menerima ucapan selamat dari orang-orang yang berkumpul. Perayaan pernikahan pada hakikatnya adalah festival agama. Itu berlangsung tujuh hari. Hukum Talmud, yang biasanya begitu keras dalam tuntutannya, mengendorkan keketatannya demi kesempatan-kesempatan baik ini, dan menganjurkan kepada semua orang untuk bergembira dengan pihak yang bersukacita. Pada Sabbath pekan pernikahan, si suami muda disambut dengan kehormatan istimewa di sinagoge, dan liturgi kaum Yahudi zaman pertengahan dipadati kidung-kidung yang digubah untuk mengormati resepsi khidmat ini. Jika seluruh jemaat bersatu untuk memperbesar dan menyucikan penegakan sebuah rumahtangga baru, penjagaan kesuciannya dapat diserahkan dengan aman kepada kewaspadaan para penghuninya yang cemburu. Kasus-kasus keberlebihan sensual atau perilaku tak berbakti kepada orangtua sangat jarang di kalangan Yahudi hingga zaman modern. Betapapun buruk penampilan lahiriah rumah-rumah mereka, atmosfer moral yang merembesinya jarang tercemar. Jika ditanyakan, bagaimana bisa sebuah kaum selemah itu sanggup melawan maksud jahat musuh-musuhnya; bagaimana bisa sebuah bangsa, yang kehilangan tempat berkumpul, tanpa pusat politik atau keagamaan untuk mempererat persatuan mereka, dari dulu tidak kunjung terhapus dari muka bumi; kita jawab bahwa tungku adalah tempat berkumpul mereka dan pusat persatuan mereka. Di situ, atom-atom yang terpencar mendapatkan konsistensi yang cukup untuk menahan tekanan dunia. Ke situ mereka bisa datang untuk menciptakan kembali roh mereka yang robek dan koyak. Di situ adalah mata air kekuatan mereka.| Judul asli | : | Reformed Judaism<i=12vTeLe72OLamaymkm8HjJpzWDlpxtKHh 490KB>Reformed Judaism |
| Tahun | : | 1877 |
| Pengarang | : | Felix Adler |
| Penerbit | : | Relift Media, Januari 2024 |
| Genre | : | Religi |
| Kategori | : | Nonfiksi, Esai |
Unduh
Reformasi Yudaisme di Tengah Konservatisme Yahudi.pdf
Koleksi Sastra Klasik (2024)