Skip to content
Amerikanisme vs Imperialisme – Relift Media

Amerikanisme vs Imperialisme Bacaan non-fiksi politik

author _Andrew Carnegie_; date _1901_ genre _Politik_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Meskipun kita tergoda untuk menyalahi ikrar kita, seperti diprediksikan oleh musuh-musuh Republik kita di Eropa sana, aspirasi sebuah kaum akan kemerdekaan jarang terpadamkan. Ada banyak sekali orang Amerika, dan mereka ini yang terbaik, yang akan segera menentang penggunaan prajurit kita. Untuk beberapa alasan serius aku memandang pemi­likan-pemilikan di Timur jauh dipenuhi dengan ben­cana belaka bagi Republik ini. Namun, hanya satu dari alasan-alasan ini yang kini bisa dipertimbangkan—bahaya-bahaya perang dan dan bahaya desas-desus dan ancaman perang nyaris tak ada habisnya yang mempengaruhi semua bangsa yang berkepentingan pada Timur jauh. Jarang ada minggu berlalu tanpa membawakan laporan-laporan meresahkan tentang ancaman permusuhan, atau aliansi baru, atau perubahan aliansi, antara negara-negara besar yang mempersenjatai diri untuk pergumulan mendatang. Terutama persoalan Timur jauh inilah yang membuat setiap galangan kapal, galangan meriam, dan galangan lapis baja di dunia senantiasa sibuk siang dan malam, Minggu dan Sabtu, menempa mesin-mesin penghancur. Di kawasan itulah petir diduga akan datang; di sanalah badai akan pecah. Sekarang baru empat tahun sejak Jepang mengalahkan China dan menerima penyerahan sebagian teritori China, buah-buah kemenangan. Lalu muncul di kancah perpaduan Prancis, Rusia, dan Jerman, yang mengusir Jepang dari China. Rusia mengambil sebagian barang rampasan itu untuk dirinya sendiri, dan Jerman belakangan mengambil teritori dekat situ. Jepang tak dapat apa-apa. Britania, yang terkuat di antara semuanya, bersikap netral. Andai ia memutuskan membela Jepang, perang terbesar yang pernah dikenal akan sudah jadi akibat yang probabel; petir akan sudah menyam­bar. Andai persoalan diputuskan hari ini, sekarang dianggap probabel bahwa Britania bakal mendukung Jepang. Jerman memperoleh konsesi di China, dan Britania cepat-cepat tampil, menuntut Jerman agar mempertahankan “pintu terbuka” di seluruh teritorinya di China; tuntutan yang sama dilayangkan pada Rusia. Keduanya terpaksa setuju. Timur Jauh adalah ranjau dinamit, selalu rawan meledak. Ke dalam gudang amunisi ini AS hendak masuk dan ambil bagian dalam kontes mendatang. Jelas bahwa apa yang dila­kukan terhadap Jepang sehubungan dengan teritori China bisa saja dilakukan terhadap AS sehubungan dengan teritori­nya, Filipina, dan untuk alasan yang sama, yaitu bahwa diktator luar biasa kuat dan korban lemah tak berdaya. Kekuatan relatif negara-negara besar yang bersaing untuk menjadi kekaisaran di Timur jauh adalah sebagai berikut: Britania Raya memiliki 80 kapal perang kelas satu, total 581 kapal perang; Prancis memiliki 50 kapal perang kelas satu, dan total 403 kapal perang; Rusia memiliki 40 kapal perang kelas satu, total 286 kapal perang; Jerman memiliki 28 kapal perang kelas satu, total 216 kapal perang. Jepang akan segera setingkat dengan Jerman, dan akan lebih kuat di sana karena dekat dengan kancah aksi. AS hendak masuk ke zona bahaya dengan 18 kapal perang kelas satu dan total 81 kapal perang. Namun, kapal-kapal ini hampir tidak akan dihitung setengah dari jumlah tersebut, lantaran jaraknya yang lebih besar dari medan tempur. Rusia 8.000 mil, negara-negara Eropa lain sekitar 9.000 mil dari situ. AS 15.000 hingga 17.000 mil jauhnya via Tanjung dan via Selat; rute via Eropa sekitar 12.000 mil, tapi itu akan tak praktis pada masa perang, karena kapal-kapal Amerika yang pergi via Eropa akan berlalu tepat ke dalam perangkap musuh-musuh Eropa mereka. Balatentara bangsa-bangsa Eropa adalah sebagai berikut: tentara Jerman pada posisi damai berjumlah 562.352 orang, pada posisi perang 3.000.000 (dan penambahan besar dipe­rintahkan); tentara Prancis pada posisi damai 615.413, pada posisi perang 2.500.000; tentara Rusia pada posisi damai 750.944, pada posisi perang 2.512.143. Semua orang Prancis dan Jerman di atas usia 20, dan semua orang Rusia di atas usia 21, dikenai dinas militer. Mereka, nyatanya, adalah pertama-tama prajurit, lalu warga. Jelas AS tidak bisa menggugat persoalan apapun atau menentang tuntutan apapun dari salah satu rivalnya yang mengamankan netralitas negara-negara besar lain, sebagai­mana Prancis, Jerman, dan Rusia melakukannya terhadap Britania. AS tidak bisa berdiri sendirian. Apa yang “Saturday Review” katakan di sini benar:
Mari kita blak-blakan dan berkata terus-terang bahwa kita mengharapkan keuntungan bersama dalam kepen­tingan materil dari pendekat-dekatan ini. Para komi­sioner Amerika di Paris sedang melakukan tawar-menawar, entah mereka sadari atau tidak, di bawah kekuatan perlindungan AL Inggris, dan kita mengha­rapkan kompensasi materil untuk asistensi ini. Kita berharap AS akan memperlakukan Kanada dengan murah hati dalam urusan tarif, dan kita berharap kita akan diingat ketika AS mengambil Kepulauan Filipina, dan terutama kita mengharapkan asistensinya pada hari, yang sedang mendekat cepat, ketika masa depan China muncul untuk diselesaikan, sebab sang Imperia­lis muda telah memasuki jalan di mana ia akan memer­lukan seorang teman kuat, dan sebuah pertemanan langgeng antara kedua bangsa bisa diperoleh bukan melalui sentimentalitas berbusa di panggung-pang­gung publik, tapi melalui keunggulan timbal-balik dalam kepentingan materil yang kokoh.
Uskup Potter baru-baru ini menyatakan kita harus menjadi “cakar kucingnya Britania” jika kita terjun ke dalam gelanggang, dan itu benar. Dengan netralitas Britania, dan dengan itu saja, kita dimungkinkan mengambil FIlipina dari Spanyol. Kalau bukan karena itu, Prancis, Jerman, dan Rusia tak bakal menjauh, dan harga tersebut menuntut apa yang Presiden McKinley terpaksa bayarkan—“pintu terbuka”, yang mengamankan perdagangan barang-barang milik kita untuk Britania. Tak ada yang lebih signifikan daripada pernyataan Senator Davis, ketua Komite Senat untuk Hubungan Luar Negeri, yang kemampuan, pengaruh, dan kedudukannya sama-sama berwibawa. Dia berkata:
Aku menyukai traktat aliansi yang meliputi AS, Britania Raya, dan Jepang, untuk perlindungan semua kepentingan mereka di utara khatulistiwa. Seluruh dunia akan memiliki rasa takut, yang sinonim dengan rasa hormat, kepada kita.
Kita boleh berasumsi setelah ini bahwa benar bahwa, sebagaimana kita diizinkan oleh Britania untuk mengambil FIlipina dari Spanyol, begitu pula posisi kita di Timur bergan­tung pada dukungan atau aliansinya yang berketerusan—sebuah posisi yang agak menghinakan, boleh kubilang, untuk Republik ini. Tapi mari kita caritahu tentang aliansi-aliansi. Bisakah kita bergantung pada aliansi? Perpaduan kebangsaan berubah dengan kecepatan yang menggelisah­kan di Eropa. Prancis dan Britania, beraliansi, dulu melancar­kan Perang Krimea. Mereka mengambil Sevastopol sebagai­mana kita mengambil Manila. Bendera-bendera mereka berkibar bersama di sana, tapi mereka tidak mempertim­bangkan bahwa fakta tersebut memberi mereka hak untuk menuntut teritori. Hari ini Rusia dan Prancis beraliansi kuat melawan Britania dan bangsa-bangsa lain. Dulu Jerman memerangi Austria; hari ini mereka bersama-sama ada dalam Aliansi Tripel. Italia yang beraliansi dengan Prancis melancarkan pertempuran Solferino; hari ini Italia adalah anggota Aliansi Tripel melawan Prancis. Eropa adalah sebuah kaleidoskop, di mana aliansi-aliansi berubah, bubar, berpadu kembali, dan mengambil bentuk-bentuk lain dengan berlalu­nya peristiwa-peristiwa. Selama satu minggu terakhir per­musuhan sengit yang baru-baru ini eksis antara Jerman dan Britania, gara-gara intervensi Jerman di Transvaal, berubah, dan diumumkan bahwa “mereka bertemu dalam banyak poin dan berharap bekerjasama semakin banyak di masa men­datang”. Pagi ini pertanyaannya adalah, Akankah Prancis dan Jerman berpadu untuk suatu tujuan bersama? Ini bakal dianggap luar biasa beberapa saat lalu, tapi para negarawan akan ingat bahwa Jerman dan Prancis betul-betul berpadu dengan Rusia untuk mengusir Jepang dari China. Tidak ada aliansi, yang tampak paling tak kongruen sekalipun, yang tidak bisa dibangun, dan yang tidak akan dibangun, untuk memenuhi kepentingan atau ambisi bangsa-bangsa. Senator Davis rupanya puas dengan aliansi untuk negaranya dengan Britania dan Jepang. Andai dia memiliki aliansi hari ini, itu mungkin tidak bernilai untuk kertas yang dipakai untuk menuliskannya besok. Oleh karenanya, aku katakan, negarawan Amerika tak boleh menempatkan negaranya dalam suatu posisi yang tak bisa dipertahankan dengan hanya mengandalkan lengan kanan kuatnya. Lengannya saat ini tidak banyak untuk diandalkan; 81 kapal perangnya terlalu remeh untuk dima­sukkan ke dalam hitungan; dan adapun tentaranya—apalah arti 56.000 tentara regulernya? Sukarelawannya sedang dibubarkan. AL dan AD-nya bagus untuk satu hal saja—untuk ditangkap atau dihancurkan dengan mudah oleh kedua negara yang lebih kuat. Perlindungan Britania-lah, dan itu saja, yang kita harus andalkan di Timur jauh—sebuah benang tipis memang. Di atas pasir aliansi-aliansi yang bergeser kita harus meletakkan satu-satunya fondasi kita. Penulis tidak termasuk mereka yang percaya bahwa Republik ini tidak bisa menjadikan dirinya cukup kuat untuk berjalan seorang diri, dan untuk bertahan sendiri, dan untuk menjadi negara imperialnya sendiri, dan olehnya sendiri, dan bukan anak didik lemah dari sebuah negara imperial sung­guhan. Tapi dalam rangka menjadikannya sebuah negara imperial, ia harus melakukan yang dilakukan negara-negara imperial—ia harus menciptakan AL yang setara dengan AL negara besar lain manapun. Ia harus memiliki ratusan ribu pasukan reguler untuk bekerjasama dengan AL. Jika ia mencurahkan diri secara khusus dan terus-menerus untuk menciptakan AL yang setara dengan AL Britania, contohnya, yang akan ia butuhkan jika tidak ingin berada dalam kekuasaan negara-negara lebih kuat, itu akan berupa pekerjaan lebih dari 20 tahun, membangun 20 kapal perang per tahun; sampai sekarang AL kita telah menambah 6 saja per tahun. Dalam rangka mendapatkan orang-orang untuk mengawaki kapal-kapal ini, ia harus mengambil cara untuk mendidik mereka. Bahwa ia bisa melakukan ini, itu tak diragukan; bahwa orang Amerika di laut ataupun darat seti­daknya setara dengan orang dari bangsa manapun, itu tidak bisa disangkal. Lebih dari ini, aku tahu, pekerja Amerika, khususnya mekanik, sebagai paling terampil, paling serba bisa, di dunia—dan kemenangan di laut bergantung pada mekanik di bawah sebagaimana pada prajurit meriam di geladak, dan para prajurit meriam Amerika tidak memiliki tandingan. Aku tidak kaget kapal-kapal perang Amerika menenggelamkan kapal-kapal perang Spanyol tanpa korban jiwa. Aku menghabiskan musim dingin lalu di luar negeri antara orang-orang terkemuka bangsa-bangsa Eropa yang berkumpul di Cannes. Secara universal mereka memegang pendapat bahwa untuk sementara AL Spanyol akan unggul atas kita, walaupun diakui sumberdaya superior AS pasti akhirnya menjamin kemenangan. Aku bilang saat itu bahwa, kapanpun kapal perang di dunia berjumpa kapal perang AL Amerika, kapal perang lain itu bakal tenggelam ke dasar laut—karena dua alasan: pertama, kapal-kapal kami adalah yang teranyar dan peralatannya adalah yang terbaik, dan kedua, aku tahu tipe orang-orang yang ada di balik meriam-meriamnya. Jika Republik sampai turun dari cita-cita indus­trialnya dan hinggap ke level cita-cita perang Eropa, ia akan jadi yang tertinggi; aku tak ragu akan itu. Manusia yang dihasilkan oleh iklim merangsang ini adalah manusia paling lentur, paling sigap, paling serba bisa di antara semua manusia, dan kemampuan organisasi eksis pada manusia Amerika dalam kesempurnaan lebih hebat daripada manusia lain. Tapi yang kusampaikan adalah bahwa saat ini Republik ini adalah sarang industri, tanpa AL memadai dan tanpa prajurit; bahwa oleh karena itu ia harus memiliki pelindung; dan bahwa jika ia ingin memasuki Timur, ia tidak mungkin berupa sebuah negara imperial sama sekali dalam pengertian apapun. Imperialisme mengimplikasikan kekua­tan AL dan militer di belakangnya. Kekuatan moral, pendidi­kan, peradaban, bukanlah tulang punggung Imperialisme; ada kekuatan-kekuatan moral yang menghasilkan perada­ban tinggi, menghasilkan Amerikanisme. Fondasi untuk Imperialisme adalah kekuatan fisik brutal, memerangi manusia dengan kekuatan materil, kapal perang, dan artileri. Pengarang “A Look Ahead”, yang terbit pertama kali dalam “North American Review”, tak mungkin dicurigai me­musuhi penyatuan ras berbahasa Inggris. Itu telah menjadi mimpiku, dan itu salah satu gerakan yang bersemayam paling dekat dengan hatiku. Selama bertahun-tahun, sebuah bendera bersatu telah berkibar dari rumah musim panasku di tanah kelahiranku, Stars and Stripes dan Union Jack yang dijahit menjadi satu—bendera pertama jenis itu yang pernah dilihat. Bendera itu akan terus berkibar di sana dan angin akan terus meniup keduanya dari sisi ke sisi dalam pelukan cinta. Tapi aku tidak menyukai aliansi formal, seperti yang diinginkan oleh Senator Davis. Sebaliknya, aku mengandal­kan “aliansi hati”, yang untungnya eksis hari ini. Aliansi-aliansi kekuatan perang terbentuk dan bubar dengan persoalan-persoalan yang timbul dari waktu ke waktu. Patriotisme ras terletak lebih dalam dan tidak terganggu oleh gelombang-gelombang di permukaan. Era perasaan baik saat ini antara tanah lama dan tanah baru berarti bahwa rumah Shakespere dan Burns takkan pernah diinvasi tanpa dibela oleh kaum selain orang Britania kelahiran asli. Itu berarti sang raksasa anak, Republik ini, tidak akan diserang oleh perpaduan ras-ras lain dan didorong menuju kehan­curannya tanpa ada geraman dari singa tua yang akan menggoncang bumi. Tapi itu tidak mesti berarti bahwa tanah lama ataupun tanah baru mengikat dirinya sendiri untuk mendukung satu sama lain dalam semua rencananya, entah di dalam negeri ataupun di luar negeri, tapi bahwa Republik ini akan tetap teman semua bangsa dan tidak akan menjadi sekutu bangsa manapun; bahwa, karena hari ini bebas dari semua jeratan luar negeri, ia tidak akan berusaha mendu­kung Britania, yang memiliki jeratan-jeratan ini untuk diurusi. Contohnya, Rusia. Baru tahun lalu para negarawan terkemuka mendorong Britania ke dalam perang salib terha­dap negara tersebut. Mereka hendak mencegah ekspansi sahnya ke arah Pasifik—sah karena itu terletak di teritori berbatasan, yang Rusia bisa serap dan Rusianisasi, menjaga kekaisarannya tetap solid. Ia cukup pintar untuk tidak membiarkan barang-barang milik jauhnya terbuka untuk diserang. Rusia adalah teman AS dari semula. Ketika Lord Palmerston, Perdana Menteri Britania Raya, hendak meng­akui Selatan, Rusia mengirim armadanya ke New York. Rusia menjual Alaska kepada kita. Kita tak punya kepentingan berlawanan dengan kepentingan Rusia; kedua bangsa adalah satu-satunya dua bangsa besar di dunia yang kokoh, padat, kebal, karena masing-masing telah mengembangkan hanya teritori berbatasan, yang padanya rasnya sendiri bisa tum­buh. Bahkan dalam hal perdagangan dengan Rusia, ekspor kita sedang naik pesat luar biasa. Muatan-muatan kapal berupa lokomotif Amerika, jembatan baja Amerika, dan mesin listrik Amerika untuknya meninggalkan pesisir kita. Segala sesuatu yang di dalamnya negara kita unggul atau sedang menjadi unggul mengalir ke Rusia. Andaikata Bri­tania dan Rusia bentrok di Timur jauh dan kita memiliki aliansi dengan Britania, kita berperang melawan salah satu dari teman-teman terbaik kita. Saudari Republik Prancis dan Republik kita sendiri, sejak permulaannya, adalah teman dekat. Jasa-jasa yang Prancis berikan di Revolusi mungkin akan, tapi semestinya jangan pernah, dilupakan oleh orang Amerika. Bahwa beberapa kepentingan di Prancis bersimpati pada Spanyol, itu alami belaka. Dunia keuangan di Prancis memegang utang Spanyol. Agama Prancis adalah agama Spanyol. Musuh-musuh Repu­blik Prancis berpihak kepada monarki tersebut. Tapi ini bisa dikatakan tanpa khawatir akan kontradiksi, bahwa orang-orang yang memerintah Prancis adalah teman-teman Repu­blik kita, dan bahwa musuh-musuh kita di Prancis adalah juga musuh-musuh pemerintah Prancis. Aliansi dengan Britania dan Jepang akan menjadikan kita bisa-bisa musuh Prancis. Aku tidak bakal membuat aliansi yang mengakibat­kan itu. Aku tidak bakal membuat aliansi dengan negara besar manapun di bawah keadaan apapun yang terbayang­kan; aku bakal membuat Republik ini tetap teman semua negara besar. Itu adalah kebijakannya dari awal, dan semestinya tetap demikian. Ketika “dunia akan memiliki rasa takut, yang sinonim dengan rasa hormat, kepada kita,” seperti Senator Davis inginkan, itu bukan hari yang bagus untuk Republik ini. Ketaatan pada keinginan Washington menurutku lebih baik—bahwa kita mesti menjadi “teman semua bangsa”—perte­manan yang berfaedah alih-alih “rasa takut yang berfaedah”. Telah disebutkan kemungkinan perbedaan yang timbul antara pelindung dan anak walinya, tapi aku tak ingin dipahami menyimpan keyakinan bahwa perang sungguhan antara mereka bisa saja terjadi. Jauh dari itu, opiniku adalah bahwa perang sungguhan takkan pernah ada lagi antara kedua cabang ras berbahasa Inggris. Seandainya yang satu memiliki keluhan, yang lain akan menawarkan arbitrase, dan tidak mungkin eksis pemerintahan masing-masingnya yang menolak tawaran tersebut. Pemerintahan paling kuat yang pernah dikenal di Britania adalah pemerintahan Lord Salis­bury, ketika Presiden Cleveland sepatutnya menuntut arbi­trase dalam kasus Venezuela. Sebagaimana diketahui umum, pemerintahan Tn. Gladstone telah menyetujui arbitrase. Lord Salisbury, begitu berkuasa, tak mau mengakui persetujuan itu. Lord Salisbury menyangkal permintaan Presiden Cleve­land, dan apa akibatnya? Beberapa orang kurang informasi di AS percaya bahwa Lord Salisbury terpaksa mencabut peno­lakannya dan mengabulkan permintaan Presiden Cleveland karena sikap AS. Itu hanya separuh benar. Kekuatan-kekuatan pendukung Lord Salisbury di Britania memaksanya untuk membalik keputusan. Ini rahasia umum. Orang-orang paling dekat dan di sampingnya dalam kekuasaan yang memihak Presiden Cleveland bisa disebutkan; tapi telegraf-telegraf yang dipublikasikan mencukupi. Pewaris singgasana dan pewaris berikutnya mengirim telegraf bahwa mereka berharap dan percaya persoalan itu bakal diselesaikan secara damai. Bahwa di balik telegraf ini ada Ratu sendiri, teman abadi Republik kita, hal itu tidak usah diragukan. Ide perang sungguhan antara Britania Raya dan Republik AS bisa ditolak sebagai sesuatu yang tak perlu diperhitung­kan; tapi yang dikhawatirkan adalah ini: netralitas Britania—yang sampai hari ini diharapkan oleh negara-negara besar lain—bilamana anak walinya menyakiti perasaan, atau, sebagaimana ia sangka, tidak tahu terimakasih, dan tidak membalas secara penuh atas perlindungan yang diberikan kepada si lemah, seperti sudah kami katakan. Tak butuh permusuhan aktif Britania Raya untuk menggagalkan Jepang dan mengusirnya dari barang-barang miliknya, tapi sekadar keputusannya untuk tidak turut campur atas nama Jepang. Seandainya Jepang memiliki manfaat-manfaat memuaskan untuk ditawarkan kepada Britania, ia mungkin akan sudah mendapat dukungan Britania. Tawar-menawar memuaskan­lah yang menjadi dasar pendirian aliansi-aliansi di Eropa; setiap bangsa Eropa memiliki harganya, dan setiap dari mereka memiliki sesuatu yang diidamkan oleh yang lain. Prancis bisa memberi Britania kebebasan bergerak di Mesir. Jerman bisa menyetujui akuisisi Delagoa Bay oleh Britania dan mengakhiri masalah-masalahnya di Transvaal. Ini sesu­atu yang Britania sangat idamkan. Rusia bisa memberi Bri­tania perbatasan yang diinginkan di India. Bangsa-bangsa ini semuanya memiliki kepentingan dan keinginan berkorelasi, tak seorangpun bisa memprediksi aliansi apa yang akan diakhiri dan aliansi apa yang akan dibuat—itu hanya seolah kepentingan diri. AS tidak memiliki posisi ini. Ia tak memiliki banyak barang yang diinginkan untuk ditawarkan sebagai tukaran dengan aliansi, dan kemungkinan besar ia bakal dikorbankan demi tujuan rival-rival kuatnya—setidaknya dia mungkin dikorbankan, karena ia tak berdaya. Ketika seorang negarawan memelihara posisi dan kepen­tingan negaranya, tugas seriusnya berurusan bukan dengan hal-hal di masa depan tapi dengan hal-hal di masa kini. Mimpi—mungkin tak ada yang lebih memperturutkannya daripada penulis—tentang penyatuan ras berbahasa Inggris, bahkan mimpi mempesona itu harus diakui hanya sebagai sebuah mimpi. “Parlemen Manusia, Federasi Dunia”, kita tahu akan datang. Evolusionis tak pernah ragu tentang realisasi cita-cita tertinggi dari operasi tendensi di dalam diri kita itu, bukan kita sendiri, yang menghasilkan kebajikan. Tapi dia bukan negarawan—dia hanya pemimpi—yang membiarkan harapan-harapannya menghadapi fakta-fakta, dan dia yang mengusulkan bahwa AS, sebagaimana hari ini, akan mema­suki pergulatan mendatang di Timur jauh (tergantung pada suatu aliansi yang bisa dibuat dengan satu atau semua negara besar), dia tampaknya tidak cocok untuk membentuk kebijakan atau mengurus takdir-takdir Republik kita. Pertimbangkan saja posisinya, kokoh, padat, kebal. Jika semua pasukan AL berpadu untuk menyerangnya, apa balasannya? Ia akan memenuhi pelabuhan-pelabuhannya dengan ranjau; ia akan menarik kapal-kapal perangnya ke belakang mereka, siap menyerbu tergantung ada peluang bagus untuk menyerang. Tapi ia akan berbuat lebih dari ini dalam langkah ekstrim: ia akan menutup pelabuhan-pela­buhannya—beberapa tongkang bermuatan akan melakukan apa yang diperlukan—dan semua negara besar di dunia akan tunadaya untuk merugikannya secara serius. Hanya ling­karan pinggir yang akan kesusahan; kekaisaran besar di dalam hampir tidak akan merasakan serangan. Kerugian yang akan ia timpakan pada negara-negara besar utama dengan menutup pelabuhan-pelabuhannya akan jauh lebih serius daripada yang ditimpakan padanya, karena non-eksportasi bahan pangan dan katun akan berarti kelaparan dan kesukaran bagi Britania dan merugikannya lebih besar daripada kalah tempur. Bahkan di Prancis dan Jerman, akibat-akibat non-eksportasi akan lebih serius daripada efek-efek perang biasa. Hanya soal waktu singkat sebelum negara-negara besar mengakui betapa sia-sianya upaya mereka untuk merugikan secara serius Republik berdikari ini, yang perkebunannya di sini aman di dalam pagar keliling. Kekayaan nasional tidak akan tumbuh sama cepatnya pada saat blokade, tapi hanya itu. Perdagangan luar negeri kita akan menderita, tapi itu sepele, tidak lebih dari 4 persen dari perdagangan dalam negeri kita. Tak ada pakar yang menaksir jual-beli dalam negeri tahunan masyarakat kurang dari 50.000 juta dolar; jual-beli ekspor dan impor belum pernah mencapai 2.000 juta. Peningkatan tahunan jual-beli dalam negeri ditaksir hampir setara dengan total semua perdagangan luar negeri kita, gabungan impor dan ekspor. Buruh akan dipecat, tapi permintaan baru terhadapnya yang disebabkan oleh keadaan baru akan mempekerjakan semua­nya. Kita bakal muncul dari embargo tanpa kerugian serius. Sampai situ saja kekebalan Republik. Hari ini kekayaan menghujaninya. Untuk pertama kali dalam sejarahnya, ia telah menjadi bangsa eksportir terbesar di dunia, bahkan ekspor Britania lebih rendah daripada ekspornya. Manufak­tur-manufakturnya sedang menginvasi semua tanah; ekspansi komersial melaju dengan loncatan dan lompatan. New York telah menjadi pusat finansial dunia. Bukan lagi London, tapi New York, yang hari ini pusat finansial. Namun, ini belum diklaim sebagai permanen, tapi itu menjanjikan untuk menjadi permanen sebentar lagi, kecuali kalau Republik jadi terlibat dalam perang-perang Eropa melalui Imperialisme. Buruh dicari-cari dengan upah tertinggi di dunia; supremasi industri dunia terletak di bawah kaki kita. Dua pertanyaan tergantung pada keputusan rakyat Amerika: pertama, “Akankah kita tetap seperti saat ini, kokoh, padat, kebal, republikan, Amerikan?” atau, kedua, “Akankah kita merangkak di bawah perlindungan, dan menjadi, seperti kata Uskup Potter, ‘cakar kucing’-nya Britania, agar kita dapat menyambar hantu Imperialisme?”
Judul asli : Americanism versus Imperialism<i=1LZ3db5DgIXVz4IffDs4HHAJQp7SY85Gi 447KB>Americanism versus Imperialism
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, September 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Amerikanisme vs Imperialisme

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)