Sampai taraf lebih rendah, di tempat lain, itu adalah kapitalisme; tapi tidak ada di tempat lain, tanpa pemberontakan, itu mencapai kesempurnaan yang digapai di tanah ini, yang gerbang-gerbangnya dikawal oleh Patung Liberty.
“Apa itu Amerikanisme?”
Kebanyakan jawaban untuk pertanyaan ini akan ditemukan berlimpah dalam keumuman dan abstraksi yang barangkali hendak mewujudkan ideal dari si pemberi jawaban.
Aku tidak akan memberi jawaban semacam itu, tapi aku akan berusaha menceritakan apa itu Amerikanisme pada saat ini. Adapun apa semestinya Amerikanisme—itu pertanyaan lain, yang secara terbatas aku akan coba jawab juga, dengan menceritakan apa seharusnya humanitarianisme, bukan Amerikanisme.
Amerikanisme hari ini telah mengalami perkembangan yang untuk menelusurinya diperlukan berjilid-jilid buku. Menyinggung satu saja fasenya di sini, dan dengan sangat hemat, adalah tujuanku.
Tahap-tahap perkembangan ini bisa ditelusuri dengan mengacu pada contoh-contoh terpenting saja yang padanya ia bertumpu. Contoh-contoh ini terjadi di Pittsburgh pada 1877; pada tahun 80-an di banyak tempat; di Homestead pada 1892; di Chicago pada 1894; di Lattimor beberapa tahun kemudian; pada 1899 di Cœur d'Alènes; pada 1903 dan 1904 di Cripple Creek dan Trinidad; pada 1908 di Alabama; dan di West Virginia berselang-seling. Pada 1913 di Calumet hasil netto dari “Amerikanisme” ini adalah tubuh-tubuh 75 isteri dan bayi para pemogok yang hancur dan berubah bentuk di di perayaan pohon natal mereka; di Ludlow, pada 20 April 1914—“Amerikanisme” menyebutnya “pertempuran”—ada pembantaian, terencana dan ganas; para ibu ditembak dan dibakar hidup-hidup di tenda-tenda mereka, para bayi dibekap dan dipanggang di gudang-gudang bawah tanah yang ke dalamnya mereka digesa-gesa untuk berlindung, dan bahkan rumah sakit bersalin, yang dibangun sederhana di bawah tanah, di mana para penambang berpikir akan ada keamanan untuk isteri-isteri mereka ketika jiwa-jiwa baru terlahir, diubah dari tempat kelahiran menjadi rumah kuburan; beberapa minggu lalu di Chrome, New Jersey, sebuah kejadian kecil terjadi, para pria bersenjata suruhan tuan-tuan tidak terlalu bersemangat—hanya sekodi terluka, dan hanya dua dibunuh seketika.
Baru beberapa waktu lalu dunia ketakutan dengan momok militerisme, ketika di Zabern, di Alsace, seorang pembuat sepatu yang pincang dilukai oleh beberapa tentara Jerman. Pelanggaran hak-hak warga sipil ini sedemikian hebat, sampai-sampai itu menjadi episode internasional penting. Tapi Amerikanisme melakukan hal-hal pada skala lebih besar. Ia membunuh para pekerja dalam kelumit satu dan dua, dalam kumpulan sepuluh dan dua puluh, dan dalam kelompok lima puluh dan tujuh puluh lima. Ia sedang “memelihara perdamaian”. Negara diberi informasi, melalui pers yang dilatih apik, tentang sebuah “bentrokan” atau sebuah “pertempuran”, atau bahwa sebuah “serangan” dilakukan terhadap aparat atau pasukan. Tapi selalu para pekerja yang menjadi korban, dan isteri-isteri dan anak para pekerja yang menjadi pekabung; dan wakil-wakil rakyat yang bertanggungjawab atas urusan pemerintahan, negara bagian maupun nasional, menyelamati diri mereka sendiri atas pulihnya “hukum dan ketertiban”, sementara korporasi-korporasi mengumumkan dividen mereka dalam darah dan emas dengan keteraturan tak biasa.
Inilah Amerikanisme!
Sampai taraf lebih rendah, di tempat lain, itu adalah kapitalisme; tapi tidak ada di tempat lain, tanpa pemberontakan, itu mencapai kesempurnaan yang digapai di tanah ini, yang gerbang-gerbangnya dikawal oleh Patung Liberty.
