Momentum Kebangkitan Bangsa Slavia Bacaan non-fiksi politik

Segel sihir terputus, dan naga yang selama ini mengawasi kelesuan dan kemurungan begitu banyak bangsa setengah hidup kini terkapar terluka sekarat, menggeliat dalam sakaratulmautnya. Politik lama raja-raja menghilang; politik baru, politik bangsa-bangsa, lahir. Saudara-saudara! Inilah saatnya memutuskan. Mendu­kung dunia lama tinggal puing yang akan kalian topang untuk sedikit waktu lagi, atau dunia baru yang pancarannya telah mencapai kalian dan yang patut dimiliki oleh generasi-generasi dan abad-abad mendatang. Terserah kalian pula untuk menentukan apakah akan menggenggam masa depan atau, jika kalian mau, sekali lagi tenggelam ke dalam ketidak­mampuan, ke dalam malam harapan-harapan yang putus, ke dalam neraka perbudakan. Pada pilihan yang kalian ambil bergantung nasib bangsa-bangsa lain yang mendambakan emansipasi. Keputusan kalian akan menginspirasi mereka untuk maju menuju cita-cita mereka dengan langkah-lang­kah lebih cepat, dan tanpa kekurangan-kekurangan, atau cita-cita ini—yang takkan pernah menghilang—akan sekali lagi mundur ke dalam keterpencilan remang. Mata semua orang tertuju pada kalian dengan cemas dan sesak. Apa yang kalian putuskan akan menentukan pewu­judan harapan dan nasib dunia—tiba segera atau hanyut ke masa depan yang jauh dan tak pasti. Itu akan menjadi kemakmuran kalian atau kerugian kalian, berkah bangsa-bangsa atas kalian atau kutukan mereka atas kalian; kalian tinggal pilih! Dunia terbagi ke dalam dua kubu; pada satu sisi ada revolusi, pada sisi lain kontrarevolusi. Dan alternatif-alterna­tif jelas itu ada di hadapan kalian. Masing-masing kita harus memilih kubu, kalian serta kita. Tidak ada jalan tengah. Mereka yang menunjuk jalan tengah dan menganjurkannya pada kalian adalah orang yang tertipu atau penipu. Mereka tertipu jika mempercayai dusta bahwa kita bisa meluncur mulus dan pasti menuju cita-cita jika kita mem­beri sedikit akomodasi pada setiap antagonis besar dalam pergulatan ini, dengan maksud menenteramkan keduanya dan dengan demikian menghindarkan ledakan konflik yang tak terelakkan dan sekaligus perlu. Mereka penipu jika berusaha meyakinkan kalian bahwa, menurut taktik-taktik diplomasi, kalian mesti tetap netral untuk sementara waktu, dan kemudian memilih pihak yang lebih kuat, memastikan keuntungan pribadi kalian dengan bantuan orang-orang yang sudah kalian tolong. Saudara-saudara, jangan percaya pada seni diplomasi. Inilah yang telah mengakibatkan keruntuhan Polandia. Nasib yang sama akan menimpa kalian. Apa kata muslihat diplo­masi? Bahwa kalian bisa memanfaatkannya untuk mengatasi musuh-musuh kalian. Tapi tidakkah kalian paham, alih-alih bisa memanfaatkan sarana ini, kalian sendiri hanyalah alat di tangan para diplomat, alat yang mereka pakai untuk meng­hancurkan musuh-musuh mereka sendiri? Sekali mereka menyingkirkan musuh-musuh itu, mereka akan berbalik menyerang kalian karena kini kalian lemah dan sendirian, dan akan mendorong kepala kalian ke bawah kuk. Tidakkah kalian paham itulah taktik memalukan, tipu muslihat yang dipergunakan oleh kontrarevolusi? Tidakkah kalian tahu pepatah lama para penindas: Pecah-belah dan kuasai? Apa yang bisa kalian harapkan dari diplomasi, toh? Bisa­kah ia mengingkari asal-usulnya, yang tak lain adalah des­potisme? Bisakah ia memiliki kepentingan untuk diperju­angkan selain kepentingan-kepentingan yang menjadi sebab asal-usulnya? Bisakah ia bekerja untuk penciptaan dunia baru, yang akan menjadi penghukuman dan kematiannya? Takkan pernah. Lihat wajahnya jelas-jelas; di depan roman muka ini, prototipe keburukan, kemukaduaan, pengkhianat­an, kalian akan dikuasai rasa jijik sedalam-dalamnya. Kalian akan menolaknya, sebab kebenaran tidak pernah lahir dari kedustaan. Sesuatu yang betul-betul besar tidak pernah dilakukan oleh para kasim, dan kebebasan hanya bisa dimenangkan oleh kebebasan. Kalian punya alasan bagus untuk mengutuk politik lama Jerman, yang patut kalian benci, sebab ia tak pernah meng­inginkan apapun kecuali keruntuhan kalian. Ia membe­lenggu kalian berabad-abad dan, bahkan sebelum Frankfurt, mengejek semua harapan dan permohonan kalian yang ber­alasan, dan bergembira di Wina atas pembubaran Kongres Praha. Tapi jangan tertipu dan dengarkan baik-baik. Politik lama ini yang kita kutuk, yang kami dan kalian laknat, yang terhadapnya kita menjanjikan pembalasan dendam dahsyat, politik ini takkan pernah menjadi bagian dari bangsa Jerman mendatang. Itu bukan revolusi Jerman, bukan bagian dari demokrasi Jerman. Itu semata-mata politik para kanselir negara lama, politik hak-hak para raja, para aristokrat dan segala jenis orang berprivilese. Itu adalah politik para kamarila dan jenderal yang diarahkan oleh mereka seolah-oleh mereka mesin perang. Itu adalah politik yang kejatu­hannya sedang kita persiapkan—kita semua yang dijiwai oleh semangat pemuda dan semangat masa depan, semua yang akan dengan gembira menggenggam tangan para demokrat semua negara, sehingga kita dapat bersama-sama, bersatu erat, memperjuangkan kebaikan bersama, memperjuangkan masa depan semua bangsa. Semua reaksioner bekerja bersatu untuk kepentingan jahat; tidakkah kita semestinya melakukan serupa itu untuk kepentingan baik kita? Ketika golongan reaksioner berkons­pirasi di seluruh Eropa, ketika ia bekerja sekuat tenaga, dengan bantuan sebuah organisasi yang dipersiapkan pelan-pelan dan baik-baik, yang membentang ke seluruh tanah itu, revolusi mesti menciptakan untuk dirinya sendiri sebuah kekuatan yang mampu memeranginya. Adalah tugas sakral untuk kita semua, prajurit-prajurit revolusi, demokrat-demokrat semua negara, untuk menyatu­kan kekuatan kita, untuk mencapai kesepahaman dan untuk berorganisir. Begitu muncul tanda pertama kehidupan revolusi, seperti kalian tahu, terdapat letusan panjang kebencian terhadap politik lama para penindas, seruan panjang simpati dan cinta untuk semua kebangsaan yang tertindas.