Sentiman terkuat pada manusia, motif nyata yang di saat krisis menentukan tindakannya dalam urusan internasional, adalah rasial. Pada pohon ini tumbuh satu bahasa, satu agama, satu sastra, dan satu hukum yang mengikat orang-orang dan menjadikan mereka bersaudara.
Pertanyaan ini banyak didiskusikan belakangan ini di Britania, dan jawabannya secara umum diberikan dalam bentuk afirmatif (“ya”); bahkan “Spectator”, sahabat sejati dan berpengaruh dari Republik ini, dengan enggan terdorong ke sisi tersebut.
Tapi jawaban tepat untuk pertanyaan ini bergantung pada apa yang dimaksud dengan kebencian, sebab ini bisa dua jenis: satu kebencian mendalam, permanen, umumnya rasial, yang menciptakan antipati turun-temurun dan menjadikan pihak-pihak sebagai musuh alami; satu lagi kebencian temporer dan dangkal saja—kejengkelan dan kesebalan yang ditimbulkan oleh persoalan-persoalan spesifik, yang berlalu bersama penyelesaiannya, tidak menyisakan kerenggangan serius.
Bahwa terdapat beberapa penyebab yang selalu menciptakan kurang-lebih kekesalan di AS terhadap Britania Raya, itu jelas. Persoalan Kanada selalu demikian. Bayangkan Skotlandia sebagai republik, yang berutang kesetiaan pada AS dan terus-menerus menyatakan kesiapannya untuk menyerang Britania atas perintahnya. Persoalan industri juga berpengaruh. Puluhan artikel “buatan Jerman” sedang menyebabkan kekesalan di Inggris. Apa yang bisa dilakukan oleh seribu artikel “buatan Inggris” di AS? Para kompetitor industri, dan pekerja-pekerja yang dipekerjakan oleh mereka, sangat sensitif dan mudah kesal; dan di masa kita, ketika setiap bangsa barisan depan bercita-cita memproduksi dan menghasilkan untuk kebutuhannya sendiri, “Perdagangan Luar Negeri” dan “Perdagangan Bebas” tidak selalu menghasilkan perdamaian dan itikad baik di antara bangsa-bangsa, tapi sebaliknya. Bangsa-bangsa cenderung sebal terhadap invasi industri, Britania Perdagangan Bebas tidak lebih mending daripada Jerman Protektif.
Tapi, yang lebih dalam daripada sebab-sebab kekesalan ini, terletak di inti jantung kebangsaan Republik ini, adalah sebuah lapisan kuat dan tak dapat dihilangkan berupa rasa hormat, rasa kagum, dan rasa sayang tulen kepada rumah lama itu. Kebanggaan ras selalu ada di lubuk—laten, memang, di masa-masa tenang, tapi ditampakkan dengan tegas di momen-momen tertinggi ketika digerakkan oleh isu-isu besar yang mempengaruhi keamanan rumah lama dan melibatkan ras. Sentiman terkuat pada manusia, motif nyata yang di saat krisis menentukan tindakannya dalam urusan internasional, adalah rasial. Pada pohon ini tumbuh satu bahasa, satu agama, satu sastra, dan satu hukum yang mengikat orang-orang dan menjadikan mereka bersaudara di saat dibutuhkan melawan orang-orang dari ras-ras lain. Sentimen rasial ini turun lebih dalam dan naik lebih tinggi daripada persoalan-persoalan keuangan belaka atau kepentingan materil. Bukti terbaru baru bahwa kebanggaan ras ini eksis di Amerika dalam kadar yang hebat ditunjukkan—bahkan di puncak sengketa Venezuela—ketika dicurigai bahwa perpaduan Kekuatan-kekuatan Eropa ada di balik tindakan Jerman berkenaan dengan Transvaal, yang bertujuan menghinakan dan memburukkan Britania, dan sedang memanfaatkan pertengkaran keluarga untuk memulai pembagian barang-barang milik satu-satunya anggota lain dari ras kita. Ketika pulau kecil berani itu menyambut tantangan dan bersiap-siap tanpa bimbang sedetik pun untuk menghadapi dunia dalam pertempuran, benua Amerika (dari Maine sampai California) boleh dikatakan meledak dalam satu sorak-sorai liar—sorak-sorai yang bermakna lebih dalam daripada yang orang-orang awam percayai, dan lebih dalam, barangkali, daripada yang diketahui oleh bahkan seorang Amerika yang meledak tak terkendali; pun orang tidak bisa memastikan seberapa jauh impuls ini, yang tidak bisa dia tahan, akan menuntunnya ketika melaju sekuat tenaga. Senator Wolcott sekadar mengekspresikan di Senat apa yang dirasakan berjuta-juta orang di luar; rerata orang Amerika hanya berkata pada dirinya sendiri: “Ini ras kita sendiri; inilah yang
kita lakukan; beginilah
kita melakukannya. Tentu saja kita punya perbedaan dengannya, dan kita tak berniat membiarkan bahkan tanah ibu pertiwi kita menyalakan obor perang terhadap benua kita; ia harus mengarbitrase semua persoalan terkait teritori di sini—tapi ini adalah urusan keluarga sepele di antara kita. Bukan berarti orang Jerman, orang Rusia, dan orang Prancis, atau orang asing manapun, boleh berpadu untuk menyerang ras kita hingga binasa, tanpa memasukkan kita dalam hitungan. Tidak, tuan.”
Perpaduan ras-ras lain tidak mungkin dapat menaksir, sepersepuluh dari nilai sejatinya, kekuatan sentimen ini dalam segenap ras kita, atau secara tepat mengukur seberapa jauh lebih pekat darah ras kita daripada air jika itu sampai diuji.