Indera Ke-6 Paman Sam Cerita fiksi perang

“Ingat kata Sam! Tak ada yang perlu kita takutkan! Kita semua akan pulang untuk makan siang!...Sam benar lagi! Kita menghindari bateri anti serangan udara Merah—dan kita aman! Tuhan memberkati tebakannya!” “A-astaga! Orang-orang Merah sudah mengepungku! A-aku tak bisa lari!” Meski setiap manusia dilahirkan dengan lima indera, indera yang paling langka dan paling tajam adalah indera keenam! Tapi Mayor Kenton terpaksa mengetahui keberadaannya dengan cara sulit—satu skuadron MiG menembakkan roket berapi-api kepadanya dari setiap sudut!

---

Di sebuah lapang udara di Korea Selatan, dekat Seoul...saat sesi apel bubar... “Kedengarannya tugas yang sulit menurutku!” “Cuma ada satu orang di Korea yang bisa memastikan itu padamu! Sam! Kita dalam perjalanan untuk menemuinya sekarang!” Tak lama kemudian, di dapur skuadron... “Well, Sam? Kami sudah cerita serangan apa ini! Apa pendapatmu?” “Segalanya beres! Kalian akan diganggu MiG, tapi kalian semua akan pulang untuk makan siang!” “Aku baru di skuadron ini! Aku tak paham soal 'Sam' ini! Apa intinya?” “Indera keenam Sam! Sam punya intuisi tentang hal-hal! Dia belum pernah meleset!” “Tapi bagaimana Sam bisa tahu apa yang akan terjadi?” “Entahlah! Itu cuma sesuatu yang aneh! Selama Sam tepat dengan firasatnya, anak-anak merasa lega dengan tebakannya!” Pagi itu, saat jet-jet Amerika lepas landas... “Sam! Aku mau bicara padamu! Bukankah sudah kuperingatkan jangan membagikan nasehat berdasarkan firasat?” “Ya, mayor! Tapi anak-anak memintaku! Bagaimana bisa aku tolak mereka?” “Dengan bilang tidak! Akhiri ini, Sam, atau kudisiplinkan kau! Tak ada lagi firasat! Tak ada lagi indera keenam!” “Baik, pak! Terserah kau, pak!” “Aku tak pernah dengar yang sengawur itu! Memberi rasa aman palsu kepada orang-orang kita! Kau tahu betapa berbahayanya tugas mereka?” “Ya, pak! Kau benar, pak!” Lima menit kemudian, di atas target... “Para MiG datang, kawan-kawan! Ingat kata Sam! Tak ada yang perlu kita takutkan! Kita semua akan pulang untuk makan siang!” “Ucapanmu benar, kapten! Sam tak pernah meleset! Terbang bersama Sam, itulah mottoku!”