Skip to content
Hitler Bicara: Beda Bangsa, Beda Tuhan, Satu yang Terpilih – Relift Media

Hitler Bicara: Beda Bangsa, Beda Tuhan, Satu yang Terpilih Bacaan non-fiksi politik

author _Hermann Rauschning_; date _1939_ genre _Politik_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ “Yahudi adalah anti-manusia, ciptaan satu tuhan yang lain. Dia pasti berasal dari akar ras manusia yang lain. Aku memperadukan Arya dan Yahudi dengan satu sama lain; dan jika aku menyebut salah satu dari mereka manusia, aku harus menyebut satu lagi sesuatu yang lain.” Anti-Semitisme Hitler merupakan unsur esensial dalam kebijakan umumnya, tapi itu juga bagian dari susunan mentalnya. Baginya, Yahudi melambangkan prinsip keburukan. Perasaannya tentang kaum Yahudi memiliki banyak kesamaan dengan perasaan penulis pornografi Julius Streicher dan dengan perasaan anggota pasukan serbu atau SS biasa, tapi ada pula unsur-unsur berbeda. Bagi mayoritas besar lingkaran pemimpin Nazi, seluruh doktrin rasial ada­lah “omong-kosongnya Adolf”. Mereka memandang pengu­siran kaum Yahudi sebagai pelaksanaan aktivitas revolusi. Mereka bisa melakukan kepada Yahudi apa yang akan mereka lakukan dengan senang hati kepada seluruh kelas menengah, yang mana tidak terlalu pasrah. Bagi Streicher dan pengikutnya, anti-Semitisme adalah percobaan bisnis yang bagus dan sekaligus pemuasan insting-insting busuk mereka. Di kalangan massa Jerman tidak terdapat anti-Semitisme mendarah-daging; mereka memang menaruh dendam terhadap kaum Yahudi, tapi ini bukan perkara besar. Dalam pengalamanku sendiri aku menjumpai pembuk­tian praktis fakta bahwa mayoritas anggota partai tidak mengambil serius teriakan anti-Semitik para Nazi, dan tentu tidak menyangka bahwa tindakan yang drastis benar-benar diniatkan. Pada 1 April 1933, ketika persekusi sistematis per­tama terhadap kaum Yahudi dimulai di Jerman, aku ditele­pon di perkebunanku oleh sejumlah anggota partai kawakan di Danzig, di mana tentu saja tidak ada percobaan semacam itu. Jika, kata mereka, kebiadaban-kebiadaban menjijikkan ini berlanjut, atau diadakan di Danzig, mereka tidak ber­mimpi untuk tetap di dalam partai. Ini bukan ide perjuangan mereka untuk Jerman Baru. Dalam pogrom musim gugur 1938, sikap umum menunjukkan sejauh apa Hitler telah menjerumuskan rakyat Jerman ke dalam degradasi. “Apa pentingnya buat kami? Palingkan saja wajahmu jika itu bikin kau mual. Itu bukan masalah kita.” Itulah reaksi umum terhadap penguberan pria-pria dan wanita-wanita berpakaian tipis, dan orang-orang lansia dan sakit, di jalanan. Perasaan-perasaan marah alami telah dikalahkan oleh tumbuhnya sifat tak berperasaan dan rasa takut terhadap tirani serba kuasa. Tetap saja, pemandangan-pemandangan itu tidak menaikkan popula­ritas anti-Semitisme. Namun, Hitler meyakini kedurjanaan alami orang Yahudi. Baginya orang Yahudi adalah jelmaan keburukan. Dia men­ciptakan mitos dari orang Yahudi, dan menciptakan modal dari itu; tapi di balik ini terdapat perasaan personal benci dan dendam primitif yang jelas-jelas tulen. Penjelasan-penjelasan tentang ini dapat dicari dalam pe­ngalaman pribadinya; dan, kebetulan, boleh jadi berdasarkan legislasi rasial Nuremberg, Hitler sendiri tidak berhak di­golongkan sebagai “Arya”; tapi intensitas anti-Semitismenya hanya bisa dijelaskan oleh tindakannya menggembungkan orang Yahudi menjadi prototipe manusia mitos. Memang, tak bisa dikatakan bahwa dia tidak logis dalam hal ini. Doktrin esoteriknya sendiri mengimplikasikan antagonisme yang hampir metafisik dengan orang Yahudi. Israel, bangsanya Tuhan rohani dalam sejarah, tidak bisa tidak adalah musuh kesumat Bangsa Terpilih baru, bangsa Jerman. Tuhan yang satu mengecualikan tuhan yang satu lagi. Di belakang anti-Semitisme Hitler tersingkap sebuah perang antar tuhan yang sesungguhnya. Ini tentu saja hanya bagi Hitler sendiri. Komrad-komrad partainya tidak punya gagasan tentang per­spektif-perspektif fantastis yang dengannya tuan mereka melihat perjuangan konkret mereka. Bukankah ras merosot ini adalah protagonis kemerde­kaan roh, dan karenanya musuh berat zaman mendatang? Bukankah anggota-anggotanya termasuk di antara yang paling ulung dalam sains, orang luar durhaka yang, dalam pandangan Hitler, menghancurkan kehidupan alih-alih mempromosikannya? Dan bukankah seluruh doktrin Kristen yang dibenci itu, beserta kepercayaannya pada penebusan, kode moralnya, hati nuraninya, konsepsinya akan dosa warisan, merupakan hasil dari Yudaisme? Bukankah orang Yahudi dalam kehidupan politik selalu berpihak pada analisa dan kritik? Hitler mengemukakan banyak argumen dalam menjustifikasi kejijikannya. Sejauh apa dia terobsesi oleh kebenciannya terhadap kaum Yahudi ditunjukkan oleh bagaimana dia hampir tidak berbicara tanpa lambat-laun menyebutkan mereka dengan tajam setidaknya satu kali. Pada satu kesempatan dia mene­rangkan lumayan lengkap pemikirannya tentang subjek ini kepadaku. Sungguh benar, katanya, bahwa anti-Semitisme adalah sarana revolusi yang berguna. Dia sudah sering me­manfaatkannya secara efektif, dan akan memanfaatkannya di masa mendatang. Itu bernilai, baik sebagai ancaman implisit terhadap seluruh kelas menengah di Jerman (kelas dengan keyakinan sangat berlebihan pada dirinya sendiri) maupun sebagai peringatan terhadap negara-negara demo­krasi berpandangan pendek. “Orang-orang Yahudi-ku adalah sandera bernilai yang di­berikan padaku oleh negara-negara demokrasi. Propaganda anti-Semit di semua negara merupakan medium yang hampir wajib ada untuk perluasan kampanye politik kami. Kau akan lihat betapa sedikit waktu yang akan kita butuhkan untuk menumbangkan ide-ide dan kriteria seluruh dunia, hanya dan semata-mata dengan menyerang Yudaisme. “Kaum Yahudi sendiri adalah penolong terbaik kami dalam hal ini. Terlepas dari situasi berbahaya mereka, orang-orang Yahudi miskin terus-menerus bergaul dengan musuh-musuh tatanan mapan, dan orang-orang Yahudi kaya dicem­burui karena mereka sangat kelihatan sebagai pemilik keka­yaan besar. Dengan demikian, sungguh mudah menjustifi­kasi diri kami sendiri dengan mengutip contoh-contoh konkret dari sekitar. Dan, sekali prinsip ras telah ditegakkan melalui pembeberan kasus khusus kaum Yahudi, selebihnya jadi mudah. Selanjutnya, secara logika, selangkah demi se­langkah tatanan politik dan ekonomi yang ada harus diakhiri dan perhatian harus diberikan pada ide-ide baru politik bio­logis.” Anti-Semitisme, sambung Hitler, tak diragukan lagi merupakan senjata terpenting di gudang senjata propa­gandanya, dan hampir di setiap tempat itu memiliki efisiensi mematikan. Itulah kenapa dia memberi Streicher, contoh­nya, keleluasaan. Karya orang ini juga menghibur, dan diker­jakan dengan sangat cerdik. Dari mana, herannya, Streicher mendapatkan pasokan material barunya secara konstan? Dia, Hitler, benar-benar gemas untuk membaca setiap terbitan baru Stümer. Itu satu-satunya majalah yang selalu dia baca dengan nikmat, dari halaman pertama sampai akhir. Tapi, katanya, kita tidak bisa berpuas diri dengan itu; itu baru awal perjuangan tanpa ampun untuk menguasai dunia. “Perjuangan untuk menguasai dunia akan dilangsungkan antara kita, antara bangsa Jerman dan bangsa Yahudi. Semua yang lain adalah kedok dan ilusi. Di belakang Inggris berdiri Israel, dan juga di belakang Prancis dan Amerika Serikat. Bahkan ketika kita sudah mengusir Yahudi dari Jerman, dia tetap musuh dunia kita.” Aku bertanya apakah itu sama dengan mengatakan Yahudi harus dimusnahkan. “Tidak,” jawabnya. “Jika begitu kita akan harus mengada-adakan Yahudi. Penting sekali memiliki musuh konkret, bukan sekadar musuh abstrak.” Hitler mencontohkan Gereja Katolik; Gereja Katolik tidak berpuas diri, katanya, dengan Iblis; itu harus memiliki musuh-musuh kasat mata agar tidak mengendor dalam per­juangan. “Yahudi,” katanya, “selalu bersama kita. Tapi lebih mudah memeranginya sebagai daging dibanding iblis tak kasat mata. Yahudi adalah musuh Kekaisaran Romawi, bahkan musuh Mesir dan Babilonia; tapi akulah yang pertama memeranginya habis-habisan. “Kaum Yahudi sudah siap menolongku dalam perjuangan politikku. Di awal gerakan kami, beberapa orang Yahudi se­betulnya memberiku bantuan finansial. Andai aku menjulur­kan kelingkingku saja, mereka semua akan sudah mengeru­muniku. Mereka cukup tahu di mana ada sebuah hal baru sedang berlangsung, beserta kehidupan di dalamnya. Kaum Yahudi-lah tentu saja yang menciptakan sistem ekonomi fluktuasi dan ekspansi konstan yang kita sebut Kapitalisme—ciptaan jenius itu, beserta mekanismenya yang halus tapi sederhana dan otomatis. Jangan sampai kita keliru soal itu—itu adalah ciptaan jenius, ciptaan akal bulus Iblis sendiri. “Sistem ekonomi zaman kita adalah ciptaan kaum Yahudi. Itu di bawah kontrol eksklusif mereka. Itu adalah super-negara mereka, ditanam oleh mereka di atas semua negara-negara dunia dalam semua semarak mereka. Tapi kini kami sudah menantang mereka, dengan sistem revolusi tak ber­ujung. Tidakkah kau terkesan bagaimana Yahudi adalah lawan persis Jerman dalam setiap hal, tapi bersanak dengan­nya sedekat saudara kandung?”
Judul asli : The Jews<i=1T1YyNTwyfqfhw9DbiJnAq_YYpTaq_8BH 337KB>The Jews
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Juli 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Hitler Bicara: Beda Bangsa, Beda Tuhan, Satu yang Terpilih

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)