Skip to content
Planet yang Dijanjikan – Relift Media

Planet yang Dijanjikan Cerita fiksi religi

author _Robert F. Young_; date _1955_ genre _Religi_; category _Cerpen_; type _Fiksi_ Sungguh lucu cara sebuah kaum sederhana bertakwa memandang seorang antariksawan, pikirnya. Terlebih antariksawan tertentu yang membebaskan mereka dari persekusi dan membawa mereka ke Tanah yang Dijanjikan. Sungguh lucu cara sebuah kaum sederhana memandang antariksawan—dan Reston sepenuhnya memahami ironi itu...
European Project adalah sebuah usaha mulia. Itu hasil dari upaya sekelompok orang mulia yang hafal sejarah tragis negara-negara seperti Cekoslovakia, Lituania, Rumania, dan Polandia—negara-negara yang kedekatannya dengan sebuah bangsa totaliter agresif telah merampok hak mereka untuk berevolusi secara alami. European Project mengembalikan hak itu kepada mereka dengan memberi mereka bintang-bintang. Sebuah planet jauh disisihkan untuk setiap bangsa tertindas, dan kapal-kapal antariksa meluncur menuju Cekoslovakia Baru, Lituania Baru, Rumania Baru, dan Polandia Baru, mengangkut buruh-buruh tani bertakwa lapar tanah. Dan kali ini para imigran ini mendapati perairan tenang dan padang rumput hijau menanti mereka, bukannya tambang-tambang batu bara sarat metana yang ditemukan oleh saudara-saudara sebangsa mereka berabad-abad silam di sebuah tanah dijanjikan lain. Ada satu keapesan saja dalam seluruh operasi ini: kapal antariksa yang membawa para kolonis menuju Polandia Baru tak pernah sampai ke tempat tujuan yang ditetapkan... —RETROSPECT, Vol. 16, The Earth Years (Galactic History Files)
Salju sedang turun lembut dan di tengahnya Reston bisa melihat persegi-persegi cahaya kuning yang merupakan jendela-jendela balai komunitas. Dia bisa dengar akordeon piano mengangkat nada-nada “O Moja Dziewczyna Myje Nogi.” “Gadisku Sedang Membasuh Kakinya,” pikirnya, tanpa sadar kembali ke bahasa ibunya yang setengah terlupakan; membasuhnya di Nowa Polska sini sebagaimana membasuh­nya dahulu sekali di Bumi. Ada kehangatan dalam lamunan itu, dan Reston berpaling puas dari jendela kamar kerjanya dan berjalan menyeberangi ruangan kecil menuju kesenangan sederhana kursi dan pipanya. Sebentar lagi, dia tahu, salah seorang anak akan datang berlari menyeberangi salju dan mengetuk pintunya, membawa bahan makanan paling terpilih dari pesta per­nikahan—kielbasa mungkin, dan golabki dan pierogi dan kiszki. Dan setelah itu, nanti malam, mempelai laki-laki sen­diri akan mampir dengan wódka, pengantinnya di sisinya, dan dia dan Reston akan minum bersama di ruangan hangat, salju putih bertebaran di luar, dan jika sudah berhenti turun, bintang-bintang terang dan berdenyut di langit Nowa Polska. Itu kehidupan enak, kadang sulit, tapi momen indahnya tak ada habisnya. Di usia senjanya Reston memiliki segala yang dia inginkan, dan terutama dia memiliki hal-hal seder­hana. yakni semua yang diinginkan manusia manapun me­nurut analisa akhir; dan jika dia adakalanya perlu mene­rapkan konotasi agak berbeda pada satu atau dua kata familiar untuk meringankan kesedihan yang kambuh, dia tidak memberi mudarat pada siapapun, dan dia memberi banyak manfaat pada dirinya sendiri. Di usia 60, dia orang yang puas jika bukan bahagia. Tapi kepuasan tidak datang kepadanya dalam semalam. Itu adalah produk tahun-tahun, hasil tak langsung dari pe­nerimaannya terhadap cara hidup yang dipaksakan kepada­nya oleh keadaan dan masyarakat... Tiba-tiba dia bangkit dari kursi dan berjalan ke jendela lagi. Ada ciri khas dari momen itu yang dia tak ingin ke­hilangannya: persegi-persegi kuning jendela balai komunitas yang menenteramkan adalah bagian darinya; irama men­dayu-dayu dari akordeon piano; salju yang turun perlahan—
Empat puluh tahun lalu juga turun salju, malam itu, ketika Reston mendaratkan kapal emigrasi; tidak turun dengan perlahan, tapi dengan amukan dingin, kepingannya keras dan tajam, dan datang dengan angin utara yang kuat; meng­gigit dan menyengat wajah-wajah kelompok kecil imigran yang berjubel di lambung bawah angin kapal yang pecah perlahan-lahan, menggigit dan menyengat wajah Reston juga, meski dia hampir tak menyadari. Dia terlalu sibuk untuk menyadari— Sibuk mengumpulkan para penumpangnya yang lain, lalu menggesa-gesa kaum wanita dari area bahaya dan membuat kaum pria bekerja membongkar muatan persediaan dan peralatan dari palka, menggunakan isyarat dan gestur alih-alih kata-kata karena dia tidak bisa berbicara bahasa mereka. Begitu palkanya kosong, dia mengarahi pendirian naungan sementara di belakang bahu perlindungan sebuah bukit; lalu dia mendaki ke puncak bukit dan berdiri di sana dalam terpa­an angin dingin dan salju berputar-putar hebat, menyaksi­kan kapalnya mati, bertanya-tanya seperti apa menghabis­kan sisa hidupnya di sebuah koloni asing yang seluruhnya terdiri dari pasangan-pasangan muda baru menikah. Untuk sesaat kegetiran menguasainya. Mengapa kapalnya yang harus mengalami masalah reaktor di tengah perjala­nan? Mengapa beban berat pencarian planet yang cocok untuk sekelompok orang yang belum pernah dia temui harus jatuh pada pundaknya? Dia ingin mengacungkan tinjunya pada Tuhan, tapi tidak dia lakukan. Itu akan jadi gestur tea­trikal, hampa dari makna hakiki apapun. Sebab mustahil untuk membenci Tuhan tanpa terlebih dulu menerima-Nya, dan seumur kehidupan mudanya yang liar, satu-satunya tuhan yang Reston pernah sembah adalah Faster-Than-Light-Drive yang melompat-lompat antarbintang. Dia segera berbalik dan kembali menuruni bukit. Dia me­nemukan sudut kosong di naungan sementara dan meng­hamparkan selimutnya untuk malam sepi pertama... Paginya ada pertolongan seadanya untuk satu korban pendaratan paksa itu. Lalu, dengan kaki timah, para imigran memulai kehidupan baru mereka.
Judul asli : The Promised Planet<i=1xDpHJlaim3HSyBlyjDHBzKT121rZUoet 406KB>The Promised Planet
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Juni 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Planet yang Dijanjikan

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)