Skip to content
Kapten Naruto: Antara Cinta, Kehormatan, dan Pengorbanan – Relift Media

Kapten Naruto: Antara Cinta, Kehormatan, dan Pengorbanan Bacaan non-fiksi sejarah

author _Anonim_; date _1272_ genre _Sejarah_; category _Jurnal_; type _Nonfiksi_ “Tiga tahun ini,” sambung Kapten, “sudah kita habiskan dalam cinta terdalam, seolah kita diciptakan untuk satu sama lain, tapi jika kau dipanggil dengan cara ini, itu menunjukkan kasih-sayangnya tidak dangkal.” Suatu tahun, pada musim semi, ketika bunga sakura se­dang puncak-puncaknya bermekaran, diadakan sebuah pertandingan bola kaki di dalam pekarangan istana di mana anggota-anggota terpandang istana ambil bagian. Di antara para penonton terdapat sejumlah wanita, yang salah satunya menarik perhatian Kaisar. Perhatiannya teralihkan dari per­tandingan dan pandangannya menyimpang berkali-kali ke arah wanita ini, yang dibuat susah oleh tatapannya sehingga dia menyelinap pergi ke Gerbang Kiri. Kaisar memanggil se­orang sekretaris, menyuruhnya mengikuti dan melaporkan tempat tujuan wanita itu. Ketika sekretaris sudah menyusul­nya, si wanita mengerti dan bermaksud memperdayanya; dia berisyarat kepadanya untuk mendekat, dan berkata sambil tersenyum, “Katakan kepada Paduka, ‘Bambu muda.’ Aku akan menunggu di sini, aku berjanji, sampai menerima jawabannya.” Sekretaris tak pernah membayangkan si wanita bakal me­nipunya; dia kira wanita itu cuma ingin menyusun sebuah pertemuan, jadi dia bergegas pergi. Begitu menerima lapor­an, Kaisar merasa yakin wanita itu mengutip baris sebuah puisi dan menanyakannya. Namun, tak satupun di antara yang hadir mengetahuinya, dan dipanggillah Lord Tameie. “Itu puisi tua,” katanya tanpa ragu. “Setinggi apapun, apa yang bisa kau lakukan dengan bambu muda pendek tak ber­guna dengan satu atau dua ruasnya?” Begitu mendengar ini Kaisar jadi semakin penasaran, dan tanpa menggubah sebuah balasan dia memerintahkan sek­retaris untuk mencaritahu di mana wanita itu tinggal. Akan tetapi, ketika sekretaris kembali ke Gerbang, ternyata wanita itu sudah menghilang. Dia melaporkan ini kepada Kaisar. Dengan raut mengerikan Kaisar berkata bahwa dia akan di­anggap bersalah atas sebuah kejahatan kecuali jika mene­mukan keberadaan wanita itu. Sekretaris jadi pucat dan mohon diri. Gara-gara ini, Kaisar kehilangan minat pada per­tandingan bola sepak dan mundur. Selama beberapa waktu sesudah itu dia memasang tatap­an kecut dan menyebabkan setiap orang khawatir. Suatu hari Lord Konoe dan lainnya hadir di perjamuan Kerajaan. Kaisar tidak seperti biasanya. Dia tampak termangu dan meman­dang sekeliling dengan lesu. Lord Konoe mempersembahkan cangkir anggur dan berkomentar, “Apa benar Paduka belum lama ini ‘digosongkan oleh api berasap di sebuah rumah di suatu wilayah asing?’ Jika dicari, itu tidak akan terus ter­sembunyi lama, aku berani bilang. Di China, pencarian di­lakukan sampai ke Surga. Rumahnya masih di ibukota; me­nemukan itu semestinya perkara mudah.” Dia menyodorkan cangkir kepada Kaisar yang tidak terhibur, meski tersenyum tipis, dan bangkit menarik diri. Sementara itu, sekretaris mencari-cari di setiap wilayah, berharap menemukan wanita itu, dan bahkan berdoa kepada para dewa dan Buddha, tapi sia-sia. Dia sedang berputus asa ketika tiba-tiba teringat peramal tertentu, bernama Fumpira, yang terkenal akan ramalan mudahnya dan yang akan mampu meramalkan keberadaan wanita itu. Sekretaris men­datangi orang ini dan meminta bantuannya. “Telah sampai kepadaku secara pribadi kabar tentang ini. Perkara yang sangat gawat,” kata si peramal. “Mari lihat apa yang bisa dilakukan oleh ramalan Fumpira terkait itu. Kita sudah berada di bawah Mars. Lambang hari ini adalah Ular. Dari ini aku mengira dia sedang bersembunyi sementara saja. Kau akan menemukannya pada waktu yang baik. Nah, Mars di musim panas sangatlah mujur, dan, dengan di­perintah oleh Ular, dia akan muncul dari lubang yang sama ke mana dia masuk. Kau pasti menemukannya musim panas ini di titik di mana dia menghilang.” Meski tidak terlalu mempercayai kata-kata si peramal, yang bagaimanapun cuma makhluk biasa, sekretaris tetap cukup terkesan oleh apa yang didengarnya, dan sejak saat itu, alih-alih berkeliling dalam keadaan linglung seperti se­belumnya, dia mengambil tempat dekat Gerbang Kiri. Pada hari ke-13 bulan ke-5, di pembukaan ceramah me­ngenai Sutra Suvarna-prabhāsa, tiba-tiba dia menemukan wanita itu, kali ini ditemani lima wanita lain. Saking terlalu gembira, dia hampir tidak tahu apakah bisa mempercayai matanya sendiri. Agar tidak membangkitkan kecurigaan wanita itu, dia berbaur dengan duyun-duyun tersebut dan melihatnya duduk di antara orang-orang di serambi barat paviliun Bendahara, menyimak khotbah. Khawatir kalau-kalau kehilangan pandangan darinya di antara desak-desak­an di akhir ceramah, dia meminta Lord Tsunetoshi, yang kebetulan ada di pintu masuk loge Kerajaan, untuk melapor­kan penemuannya kepada Kaisar. “Paduka bersama Permaisuri mendengarkan khotbah. Itu tak mungkin dilakukan,” jawab Tsunetoshi. Dia menengok ke sana kemari, kalau-kalau ada bentara yang dapat mengantarkan pesan, tapi tak melihat satupun. Akhirnya dia menghampiri seorang dayang. “Maaf menyela,” katanya memohon maaf, “tapi ini keingi­nan Paduka,” dan memintanya menyampaikan pesannya cepat-cepat kepada Kaisar. Si dayang sudah tahu soal urusan itu dan langsung me­nuruti. Kaisar menjawab, melalui si dayang, “Mengagumkan. Kali ini caritahu dengan pasti ke mana dia pergi, dan laporkan padaku.” Hari sudah petang ketika khotbah selesai. Si wanita dan rombongannya tampak hendak berangkat dalam satu kereta kuda. Khawatir dia bakal curiga kepadanya untuk kedua kali, sekretaris mengutus seorang perempuan banyak akal untuk mengamatinya sebagai pengganti. Tempat tujuan wanita itu ternyata rumah seorang Kapten Junior di Sanjō Shirakawa. Begitu Kaisar diberitahu, dia mengirim surat berikut: “Apa ini mimpi kosong atau apa aku benar-benar melihat bambu muda, yang kudambakan pagi dan malam dengan sebuah cinta yang menyiksa? Malam ini tidak boleh tidak.” Hanya ini. Sekretaris pergi ke rumahnya dengan surat itu. Sebagai wanita bersuami, si wanita sangat gundah-gulana dan meratapi nasibnya. Sang pembawa pesan mendesak ja­waban darinya tanpa perasaan. Si wanita memutuskan mus­tahil untuk menyembunyikannya, jadi dia menceritakan ke­pada suaminya apa yang telah terjadi. Sudah sewajarnya sang Kapten terganggu. “Sebagai seorang suami aku benci mengirimmu,” katanya, “tapi tak ada gunanya memberanikan diri untuk menegur Kaisar. Situasi masing-masing orang di dunia ini tidak sama, dan sedikit-banyak ini sebuah kehormatan. Biarlah lidah-lidah bergunjing semau mereka. Lekas pergilah,” desaknya. Akan tetapi si wanita menangis dan berkali-kali mem­protes, menyebut itu takkan pernah bisa diterima.
Judul asli : The Captain of Naruto
鳴門中将物語 / Naruto Chūjō Monogatari<i=1j04qxK--eaCcYlfM4A74Kf969h7oJctx 330KB>The Captain of Naruto<br/> 鳴門中将物語 / Naruto Chūjō Monogatari
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, April 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Kapten Naruto: Antara Cinta, Kehormatan, dan Pengorbanan

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)