
“Namaku Binkley,” kata si compang-camping. “Aku pendiri Sekolah Praktek Jurnalisme Binkley; dolar yang baru saja kubelanjakan adalah dolar terakhir yang kupunya di dunia ini, dan orang yang kupukuli di kota adalah orang terakhir dari staf redaksi dan peliputan suratkabarku yang kuperlakukan dengan cara itu. “Kira-kira setahun lalu aku punya uang tunai $15.000 untuk diinvestasikan. Aku bisa saja menginvestasikannya pada banyak hal yang aman dan menghasilkan persen lumayan, tapi aku sialnya punya ide orisinil untuk menghasilkan jauh lebih banyak. “Aku paham bisnis suratkabar, karena dulu aku mengabdi delapan atau sepuluh tahun di sebuah jurnal kelas satu sebelum mewarisi $15.000 pada saat kematian seorang bibi. Aku sudah perhatikan, setiap suratkabar di negara ini dikepung oleh pemuda-pemuda ambisius yang menginginkan suatu posisi agar dapat belajar jurnalisme. Mereka kebanyakan lulusan perguruan tinggi, dan banyak sekali dari mereka kurang peduli soal gaji yang terkait posisi-posisi itu. Mereka mengejar pengalaman. “Aku mendapat ide, mereka akan rela membayar banyak untuk situasi-situasi di mana mereka bisa menyerap seni jurnalisme praktis sebagaimana dijumpai di kantor suratkabar kelas satu. Waktu itu beberapa Sekolah Jurnalisme sudah dirintis di negara ini dan sukses. Aku percaya sekolah jenis ini, dipadukan dengan sebuah suratkabar hidup dan makmur yang punya sirkulasi bagus, akan menjadi tambang emas bagi perintisnya. Di sekolah mereka hanya bisa belajar teori, di sekolahku teori dan praktek akan berjalan bergandengan. “Itu ide hebat. “Aku menemukan sebuah suratkabar yang akan dijual. Itu ada di sebuah kota besar Selatan; tak perlu kusebutkan namanya. Si pemilik sedang sakit dan ingin meninggalkan negara ini. Itu pabrik yang bagus, dan meraup $3.000 per tahun di atas pengeluaran. Aku mendapatkannya dengan harga $12.000 tunai, menyimpan $3.000 di bank dan duduk dan menulis iklan kecil rapi untuk menangkap para calon jurnalis muda. Aku kirim iklan-iklan ini ke beberapa koran besar Utara dan Timur dan menunggu respon. “Suratkabarku sangat dikenal, dan ide menyediakan tempat untuk belajar jurnalisme rupanya persis mengesankan orang-orang. Aku beriklan: mengingat terbatasnya jumlah tempat untuk diisi, aku harus pertimbangkan lamaran dalam bentuk penawaran, dan orang yang menawar paling tinggi untuk tiap posisi akan mendapatkannya. “Kau takkan percaya jika kuberitahu jumlah balasan yang kudapat. Aku mengarsipkan segalanya selama kira-kira satu minggu, dan kemudian aku memerika referensi-referensi yang mereka kirim padaku, menaksir penawaran-penawaran dan menyeleksi pasukanku. Aku memerintah mereka untuk melapor di hari tertentu, dan mereka tepat waktu, bersemangat untuk bekerja. Aku mendapat $50 per pekan dari penulis editorialku; $40 dari redaktur kotaku; $25 masing-masing dari tiga reporter; $20 dari seorang kritikus drama; $35 dari seorang redaktur sastra; dan $30 masing-masing dari redaktur malam dan redaktur telegraf. Aku juga menerima tiga penulis khusus, yang membayarku $15 per minggu atas pengerjaan tugas khusus. Aku adalah redaktur pelaksana dan mengarahkan, mengkritik, dan menginstruksi para staf.
Judul asli | : | Binkley’s Practical School of Journalism (1896) |
Pengarang | : | O. Henry |
Penerbit | : | Relift Media, Oktober 2022 |
Genre | : | Satir |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |