Jenderal duduk berat dan mendesah. Keheningan kuat melanda ruangan saat dia menghampar serbet putih di atas paha gemuknya dan meraih ceker ayam. Akhirnya, dia berbalik pada orang-orang gemetar itu dan berkata, “Tembak mereka!”
Mata Wong Chou memicing ketika tank-tank berhenti di depan pintu rumah taninya, tapi wajahnya tetap tanpa ekspresi. Tiga bintara dengan senapan diturunkan mendekat penuh ancaman.
“Namamu, anjing!”
Membungkuk takut-takut, Wong Chou menyebutkan namanya dan nama ayah dan kakek dari pihak ayahnya. Para tentara memandanginya dengan sangat garang untuk beberapa saat dan lantas melambai ke sebuah mobil staf agar maju. Jenderal Han Moi-lung kenamaan melangkah ke luar, angkuh dan sombong, mengendus-endus udara seolah tidak bersih.
“Sebar pasukan di hutan sampai hari gelap,” bentaknya, “dan bawa para sabotir itu padaku selagi aku makan malam.”
Wong Chou memimpin jalan ke dalam rumah tani kosong di mana seorang wanita sedang sibuk dengan sepanci nasi dan sayur-mayur beruap, tapi sang jenderal tampak tak menyadari keberadaannya. Dengan cepat seorang ordonan membereskan meja sederhana dan menghamparkan taplak putih bagus di atasnya. Lalu, sementara piring-piring porselen bermutu dan makanan pilihan dikeluarkan dari ransel-ransel berat, tiga pria kurus-kering dalam pakaian sipil compang-camping diseret ke dalam ruangan.
Sekerdip sorot jahat tampak di mata sang jenderal saat dia melihati mereka. “Kalian didakwa memata-matai untuk musuh,” katanya letih.
“Itu tidak benar!” pekik mereka serempak. “Wahai yang ternama! Tolong, berbelaskasih!”
Jenderal duduk berat dan mendesah. Keheningan kuat melanda ruangan saat dia menghampar serbet putih di atas paha gemuknya dan meraih ceker ayam. Akhirnya, dia berbalik pada orang-orang gemetar itu dan berkata, “Tembak mereka!”
Para tertuduh menjerit ngeri dan sedih ketika ditarik ke luar. Wong Chou memperhatikan jenderal makan dengan rakus, bahkan selagi seorang perwira di pekarangan menyalakkan aba-aba...yang disusul letusan tajam selusin senapan.
“Satu-satunya cara untuk mengurus para sabotir,” katanya, menyeka bibir berminyak dengan serbet. “Peluru lebih murah daripada pengadilan.”
Judul asli | : | A Simple Saboteur<i=1Dk6FOc3TIcW-4i0yKoqspU3GTFTGF3VE 394KB>A Simple Saboteur (1953) |
Pengarang | : | Anonim |
Penerbit | : | Relift Media, September 2022 |
Genre | : | Perang |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |