Dengan hidup terlalu mulus, mati dalam hati, Jinak di langsiran bumi sebagai hadiahnya.Keolahragaannya saja menunjukkan bahwa dia menikmati kesulitan-kesulitan demi kesulitan itu sendiri. Dia mencari petualangan dan kesenangan dalam rintangan. Ada sesuatu pada manusia yang jauh lebih dalam daripada keinginan akan kesenangan gampangan dan pemuasan diri yang pasif. Sampai-sampai seorang filsuf moral seperti Paulsen merasa terpaksa untuk berkata:
Siapa yang mau hidup tanpa tentangan dan perjuangan? Apakah manusia akan menghargai kebenaran itu sendiri seperti sekarang, andai itu diraih tanpa usaha dan dilestarikan tanpa pertempuran? Bertempur dan berkorban untuk perkara pilihan seseorang merupakan unsur niscaya dari kehidupan manusia. Carlyle menyatakan kebenaran ini dalam petikan indah dalam bukunya, Heroes and Hero-Worship: “Adalah fitnah jika dikatakan bahwa manusia dibangkitkan kepada aksi-aksi heroik oleh ketenteraman, harapan akan kesenangan, imbal jasa—plum manis jenis apapun di dunia ini atau akhirat. Pada makhluk paling hina sekalipun terdapat sesuatu yang lebih mulia. Tentara buruk penyerapah yang diupah untuk ditembak memiliki “kehormatan seorang tentara”, berbeda dari latihan, regulasi, dan shilling per hari. Bukan untuk mencicipi hal-hal manis, tapi untuk melakukan perbuatan mulia dan benar, dan membersihkan dirinya di bawah langit Tuhan sebagai manusia ciptaan Tuhan, untuk itulah anak terburuk Adam samar-samar berkeinginan. Tunjuki dia cara melakukannya, dan si pembanting tulang harian paling tumpul menyala menjadi seorang pahlawan. Orang-orang yang bilang manusia akan tergoda oleh ketenteraman, orang-orang itu menzalimi manusia. Kesulitan, abnegasi, kemartiran, kematian, merupakan pikatan-pikatan yang mempengaruhi hati manusia.”Oleh karena itu, kesulitan-kesulitan hidup memiliki kontribusinya sendiri bagi kehidupan, segera setelah kita memandang kehidupan, secara kira-kira sekalipun, dari sudutpandang Kristus. Ketika seorang manusia secara positif menghadapi keburukan-keburukan hidup, dia mendapati di dalamnya sebuah peluang—yang dia tidak akan lewatkan—sebagai medan untuk latihan dan untuk penaklukan, untuk disiplin diri dan pengembangan kemauan serbaguna yang dia tahu dia butuhkan. Makanya, dia bahkan girang dengan cobaan dan godaan banyak segi, agar ketabahan dan kesabaran dapat “memiliki pekerjaan sempurna”, dan agar dia sendiri dapat dikerahkan di segala segi, dan dijadikan “sempurna dan lengkap, tak kekurangan apapun”. Bahwa seseorang mampu tahan belaka dengan nasibnya, dan tidak turut “bahagia dalam nasibnya”, itu tetap kekalahan parsial.
| Judul asli | : | The Problem of Suffering and Sin. III: Light from Christ<i=1MBcmKUGAa91Ddb0LGxg00jWr_1ND2FDI 337KB>The Problem of Suffering and Sin. III: Light from Christ |
| Tahun | : | 1915 |
| Pengarang | : | Henry Churchill King |
| Penerbit | : | Relift Media, Juni 2022 |
| Genre | : | Filsafat |
| Kategori | : | Nonfiksi, Esai |
Unduh
Misi Kristus: Merasakan Derita dan Dosa.pdf
Koleksi Sastra Klasik (2022)