Skip to content
Pengembaraanku ke Negeri China – Relift Media

Pengembaraanku ke Negeri China Bacaan non-fiksi petualangan

author _Ibnu Batutah_; date _1355_ genre _Petualangan_; category _Memoir_; type _Nonfiksi_ series_title _Rihlah Ibnu Batutah_ Bangsa China adalah kaum kafir. Mereka menyembah berhala dan membakar jenazah mereka seperti bangsa India. Rajanya adalah seorang Tatar dari garis keturunan Tankiz Khan. Di setiap kota di China terdapat kawasan di mana umat Muslim hidup terpisah. Kami meninggalkan negeri Tawalisi dan setelah tujuh belas hari berlayar kencang dan nyaman dengan angin yang menguntungkan, kami sampai di negeri China. Daerah China luas dan kaya akan sumberdaya, buah-buahan, biji-bijian, emas dan perak; tak ada daerah lain di dunia yang bisa menyamainya dalam hal ini. Sebuah sungai yang dikenal sebagai Ab-i hayat, bermakna “air kehidupan”, membelahnya, dan juga dikenal sebagai Sabr, seperti nama sungai India. Hulunya di pegunungan dekat kota Khan Baliq yang dikenal sebagai Kuh-i buznah, bermakna “gunung kera”. Itu mengalir melintasi China sejauh jarak enam bulan perjalanan dan berakhir di Sin al-Sin. Itu dikelilingi desa-desa, ladang-ladang garapan, kebun-kebun buah, dan pasar-pasar, seperti Nil di Mesir, tapi di sini terdapat lebih banyak permukiman. Ada banyak kincir air. Ada banyak gula di China, setara dengan gula Mesir atau bahkan lebih bagus. Ada anggur-anggur dan prem-prem. Aku biasa berpikir bahwa prem Othmani dari Damaskus tak ada bandingannya sampai aku menjumpai prem China. Ada melon-melon menakjubkan yang menyerupai melon-melon Khwarizm dan Isfahan. Semua buah-buahan yang kami miliki di negeri kami ada di sana sama bagusnya atau lebih bagus. Jagung sangat berlimpah dan aku belum melihat yang lebih bagus. Begitu pula dengan lentil dan buncis. Tembikar China dibuat hanya di kota Zaitun dan di Sin Kalan. Itu dibuat dari tanah dari pegunungan di sana yang membara seperti arang, sebagaimana akan kami jelaskan. Mereka membubuhinya sebuah batu yang dijumpai di sana dan membakarnya selama tiga hari. Lalu mereka menuangkan air ke atasnya dan itu menjadi seperti serbuk lagi. Terus mereka meraginya. Yang terbaik adalah yang sudah diragi selama sebulan penuh, tapi tidak lebih. Yang diragi selama sepuluh hari rendah mutunya. Harganya sama dengan harga tembikar di negeri kami, atau kurang. Itu diekspor ke India dan wilayah-wilayah dunia lainnya sampai ke negeri kami di Maghrib. Itu jenis tembikar paling bermutu. Ayam-ayam betina dan jantan China sangat gemuk, lebih gemuk daripada angsa-angsa kami. Telur ayam betina mereka lebih besar daripada telur angsa kami. Angsa mereka tidak gemuk. Kami membeli seekor ayam betina yang kami ingin masak tapi itu tidak muat dalam satu panci; kami mengguna­kan dua panci. Ayam jantan di China seukuran burung unta. Kadang bulu-bulunya rontok dan tersisalah sebongkah daging merah. Pertama kali aku melihat ayam jantan China adalah di kota Kawlam. Kukira itu burung unta dan aku keheranan. Pemiliknya berkata padaku: “Di China ada yang lebih besar dari ini.” Saat tiba di China aku melihat bukti dari ucapannya. Bangsa China adalah kaum kafir. Mereka menyembah berhala dan membakar jenazah mereka seperti bangsa India. Rajanya adalah seorang Tatar dari garis keturunan Tankiz Khan. Di setiap kota di China terdapat kawasan di mana umat Muslim hidup terpisah dan memiliki masjid untuk shalat Jumat dan majelis lainnya. Mereka dijunjung tinggi dan diperlakukan dengan hormat. Kaum kafir China memakan daging babi dan anjing dan menjualnya di pasar-pasar. Mereka hidup enak dan makmur tapi kurang peduli soal makanan dan pakaian. Kau akan jumpai pedagang penting yang kekayaannya tak terhitung mengenakan tunik katun kasar. Semua orang China hanya memperhatikan bejana emas dan perak. Setiap orang dari mereka memiliki tongkat jalan untuk bersandar saat berjalan dan mereka menyebutnya kaki ketiga. Sutera sangat berlimpah karena ulat-ulat menempel pada buah, memakannya dan tak perlu banyak pengurusan. Inilah kenapa sutera berlimpah dan kaum miskin dan papa di sana berpakaian sutera. Kalau bukan karena para pedagang memper­jualbelikannya, itu tidak akan bernilai. Satu jubah katun dijual seharga banyak jubah sutera. Adalah kebiasaan bahwa pedagang melelehkan emas dan perak yang dimilikinya untuk membuat batang-batang logam, masing-masing berbobot satu qintar, kurang-lebih. Dia menempatkannya di atas pintu rumahnya. Siapapun yang memiliki lima batang logam mem­buat satu cincin segel untuk jarinya; siapapun yang memiliki sepuluh membuat dua cincin; siapapun yang memiliki lima belas disebut sati, yang artinya sama dengan karimi di Mesir. Mereka menyebut satu batang logam sebagai barkala.
Judul asli : The Travels of Ibn Battuta: China
رحلة ابن بطوطة: الصين<i=1ZRF3JzkNkQOF02xJ0X7RuAp45bfr2aiV 598KB>The Travels of Ibn Battuta: China<br/> رحلة ابن بطوطة: الصين
Pengarang :
Seri : Rihlah Ibnu Batutah
Penerbit : Relift Media, Juli 2020
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Pengembaraanku ke Negeri China

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2020)