“Apa kau mau aku keluar menemui pembeli itu, memerdekakanmu di depannya, dan menikahimu? Dan kita akan terus menderita seperti sekarang, sampai Allah memberi kelapangan atau kematian?”
Ishaq bin Ibrahim al-Mawsili berkata:
Ketika Harun al-Rasyid memasuki Basrah dalam perjalanan hajinya ke Mekkah, aku bersama dengannya. Suatu hari Ja’far bin Yahya al-Barmaki berkata padaku:
“Abu Muhammad, kudengar seorang selir dan penyanyi cantik akan dijual. Tapi pemiliknya tak mau menunjukkannya selain di rumahnya. Aku sudah putuskan untuk pergi melihatnya dalam samaran. Kau mau ikut denganku?”
“Kalau itu maumu,” kataku.
Pada tengah hari, si pedagang budak datang dan Ja’far diberitahu. Lantas dia memakai sorban, selendang luar, dan sepasang sepatu Arab, kemudian memanggilku, dan aku pun memakai perlengkapan yang sama. Kami menunggangi dua keledai dengan pelana yang biasa digunakan oleh para saudagar, sementara si pedagang budak membonceng pada kami. Terus dan terus kami berkendara sampai kami tiba di sebuah rumah yang gerbangnya menandakan kekayaan dan status.
Si pedagang budak mengetuk pintu, lalu seorang pemuda tampan, memakai kemeja, dan dengan tanda-tanda penderitaan pada dirinya, membukakan untuk kami.
“Silakan, tuan-tuan,” katanya.
Saat masuk, kami melihat sebuah koridor besar dan sebuah halaman yang terbengkalai. Pemuda itu membawakan satu potong dari alas besar tua dan meletakkannya untuk kami, kemudian kami duduk.
“Bawa ke luar gadis budak itu,” kata si pedagang budak kepadanya. “Pembelinya sudah datang.”
Dia masuk ke dalam rumah, dan muncullah seorang gadis, mengenakan kemeja kasar yang sama seperti yang dikenakan pemuda tadi. Terlepas dari kekasarannya, dia tampak seolah-olah berpakaian paling halus, betapa luar biasa kecantikannya. Dia membawa kecapi. Ja’far menyuruhnya bernyanyi, dan dia pun bermain dengan terampil dan bernyanyi dengan indahnya; kemudian isak tangis menguasainya dan dia tak sanggup melanjutkan. Kami bisa mendengar tangisan si pemuda di saat bersamaan. Gadis itu bangkit, lalu terantuk-antuk dan terseok-seok ke dalam rumah; dari sana terdengar tangisan dan isakan keras. Kemudian mereka tak lagi terdengar, dan kami khawatir keduanya sudah mati. Kami sedang bersiap-siap pergi ketika si pemuda muncul, masih mengenakan kemeja yang sama.
“Tolong maafkan aku,” katanya, “atas apa yang akan kulakukan dan katakan.”
“Ceritakan pada kami,” kata Ja’far.
Judul asli | : | A Love Story<i=1b-NBIlBkChEAuADGMR9-suDXzANaz95P 358KB>A Love Story (1485) |
Pengarang | : | Abū ʿAlī al-Muḥassin al-Tanūkhī |
Penerbit | : | Relift Media, April 2020 |
Genre | : | Romansa |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |