Kau pembohong! Kau pembohong merengek! Lancangnya kau bilang pada pembantu-pembantuku aku sudah mati, padahal kau berhadap-hadapan denganku di sini?
Itu yang terburuk dari Ravenel Hall. Lorong-lorongnya panjang dan suram, ruang-ruangnya pengap dan kusam, bahkan lukisan-lukisannya pudar dan subjek-subjek mereka jelek sekali. Pada malam musim dingin, ketika angin mendesir dan melanda di antara pepohonan taman, dan daun-daun mati mendesing dan mericau, sementara hujan berteriak-teriak di jendela, tak heran orang-orang bersyaraf jinak kesasar dalam akal mereka! Sistem syaraf tajam adalah beban berat di atas geladak sebuah yacht di bawah langit yang disinari mentari: di Ravenel, rantai syaraf rentan untuk berdentum dan menggerincingkan iring-iringan pemakaman. Syaraf harus dimanjakan dalam perkumpulan minum teh; hantu yang kakekmu hadapi tanpa gentar dengan cukup anggur yang memabukkan, membuatmu berkeringat dan menggigil dalam ketidakmabukanmu; atau, karena ketakutan (hantu malang!) oleh matamu yang menonjol dan rahangmu yang turun, ia memadamkan harapan dengan tidak menampakkan diri sama sekali. Jadi kusimpulkan teh-lah yang membuat kenalanku takut menginap di Ravenel. Bahkan Wilvern pun menyerah; mengingat dia anggota Garda, dan seorang pemain polo, harusnya syarafnya cukup kuat. Pada malam sebelum dia pergi, kujelaskan padanya teoriku: kalau kau tempatkan beberapa tetes darah manusia di dekatmu, lalu konsentrasikan pikiranmu, beberapa saat kemudian kau akan melihat di hadapanmu seorang pria atau seorang wanita yang akan menemanimu selama jam-jam malam yang panjang, dan bahkan menemuimu di tempat-tempat tak terduga pada siang hari. Aku sedang menjelaskan teori ini, kuulangi, saat dia memotongku dengan kata-kata cukup ngawur yang membuatku mengelak dan menghindar dari orang-orang asing—waspada.
“Alistair, sobatku!” katanya, “sebaiknya kau keluar dari tempat ini dan pergi ke Kota dan keluyuran sedikit—sungguh sebaiknya begitu.”
“Ya,” sahutku, “dan diracuni dengan makanan buruk di hotel-hotel dan dengan obrolan buruk di klub-klub. Tidak, terimakasih. Dan biar kukatakan, kepedulianmu pada kesehatanku melemahkanku.”
“Well, terserah kau saja,” katanya, menghentak-hentak lantai dengan kakinya. “Aku takkan menginap di sini setelah besok, aku bisa gila!”
Judul asli | : | When I Was Dead<i=1ZKS7VGtcPMUlu_19i_065N028hnu2VNM 244KB>When I Was Dead (1905) |
Pengarang | : | Vincent O'Sullivan |
Penerbit | : | Relift Media, Januari 2020 |
Genre | : | Misteri |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |