“Kuberitahu kalian! Aku akan jadi puteri dalam dongeng, dan aku akan menikah dengan salah satu dari kalian yang betul-betul menjawab pertanyaanku.”
Gadis Musim Panas adalah tubuh yang indah, dikelilingi pria-pria. Mereka semua bersantai di atas pasir; dia mengenakan pakaian renang biru putih, sementara para pria biru polos.
Obrolan menjurus ke satu arah saja. Mereka coba meyakinkannya akan kelayakan mereka, dan dia coba memahamkan mereka bahwa dia tidak akan menikah dengan satupun dari mereka, meski setiap helai rambut mereka bergelantung berlian.
Tentu saja ini bukan soal pinangan dan tolakan tegas nan blak-blakan. Sudah berkali-kali itu dilakukan pada masing-masing pria. Tapi, tak bergeming, mereka menunjukkan kesabaran, kegigihan, dan ketabahan dalam cara apapun yang tersedia.
Ada empat pelamar pagi ini, dan dalam kostum seadanya, mereka hampir tak bisa dibedakan.
Padahal, yang satu adalah jutawan, yang satu pesolek, yang satu jenius, dan yang satu brutal.
Sudah pasti, sang gadis paling suka si brutal, tapi dia tak berniat menikah dengannya.
Well, mereka menyeterika setelan mereka, kalau kau paham maksudku, dengan rapi dan mencolok, dengan sporadis dan teratur, sampai dia nyaris gila.
Akhirnya, dalam kondisi putus asa, dia berkata: “Kuberitahu kalian! Aku akan jadi puteri dalam dongeng, dan aku akan menikah dengan salah satu dari kalian yang betul-betul menjawab pertanyaanku.”
