Aku khawatir kalian tak bisa berbuat banyak; hal-hal ini tak bisa diotaki oleh orang yang tak punya otak. Tapi pelajarilah, dan bertemu lagi di sini satu minggu dari sekarang, dengan jawaban diketik rapi pada satu sisi kertas.
Para anggota Perkumpulan Detektif Tak Mungkin Salah baru saja duduk bermalas-malas dan bergaul tanpa mungkin salah, di ruangan mereka di Fakir Street, ketika Presiden Holmes melangkah masuk. Dia jauh lebih muram daripada biasanya, dan yang lain mulai menyimpulkan akan ada sesuatu.
“Jadi begini,” kata Holmes, mencium bahwa mereka sudah menciumnya. “Ada tawaran imbalan untuk pemecahan sebuah misteri hebat—saking hebat, kawan-kawan, aku khawatir tak ada dari kalian yang sanggup memecahkannya, atau bahkan membantuku dalam pekerjaan menakjubkan yang akan kujalani saat memburunya.”
“Hemm!” rengut Mesin Berpikir, mata biru bajanya terpaku pada si pembicara.
“Dia menyuarakan seluruh perasaan kami,” kata Raffles, dengan senyumnya yang menawan. “Katakan saja, Holmes. Apa masalahnya?”
“Untuk menjelaskan sebuah kejadian paling misterius di East Side.”
Meski jangkung, Holmes berkata pendek; dia kesal dengan sikap acuh tak acuh rekan-rekannya. Tapi tentu saja dia masih punya Watson, jadi dia betahkan dirinya dengan ketidakacuhan dunia yang dingin.
“Bukankah semua kejadian di East Side memang misterius?” tanya Arsene Lupin, dengan tatapan aristokrat.
Holmes mengusap keningnya dengan letih.
“Inspektur Spyer,” katanya, “sedang berkuda di Elevated Road—salah satu dari jalan-jalan raya bernomor kecil. Tahu-tahu, saat melintasi sebuah kawasan rumah petak, dia melihat tali jemuran teruntai dari satu jendela tinggi ke jendela lainnya menyeberangi halaman.”
“Apa waktu itu hari Minggu?” tanya Mesin Berpikir, yang untuk sementara berpikir dirinya mesin cuci.
“Itu tak jadi soal. Di sekitar tengah-tengah tali tergantung—”
“Dengan jepitan?” tanya dua atau tiga Detektif Tak Mungkin Salah secara bersamaan.
“Tergantung seorang wanita cantik.”
“Digantung?”
“Bukan. Dengarkan! Dia bergelantung dengan kedua tangannya, dan jelas-jelas berusaha menyeberang dari satu rumah ke rumah lain. Dari wajahnya yang kepayahan dan kesusahan, inspektur khawatir dia tak bisa bertahan lebih lama. Maka dia lompat dari jok untuk buru-buru membantu, tapi kereta sudah berangkat, dan dia terlambat turun.”
“Apa yang sedang dia kerjakan di sana?” “Apa dia jatuh?” “Seperti apa rupanya?” dan berbagai pertanyaan kosong serupa keluar dari bibir para detektif hebat. “Tolong diam. Akan kusampaikan semua fakta yang diketahui. Dia seorang wanita masyarakat atas, sudah jelas, karena dia memakai gaun malam sifon, barang dengan bagian atas bergulung itu. Dia mengenakan perhiasan kaya dan sandal cantik dengan gesper berhias permata. Rambutnya, yang terlepas dari tambatan, bergantung menggumpal jauh ke punggung.”
“Luar biasa! Apa arti semua itu?” tanya M. Dupin, selalu bicara tanpa berbelit-belit.
“Aku belum tahu,” jawab Holmes jujur. “Aku baru mempelajari masalah ini beberapa bulan. Tapi aku akan caritahu, jikapun harus meratakan seluruh rumah petak itu. Pasti ada petunjuk di suatu tempat.”
“Menakjubkan! Holmes, menakjubkan!” kata sebuah gramofon di pojok, yang dipasang oleh Watson karena dirinya harus pergi.
“Polisi minta kita mengambil kasus itu dan menawarkan imbalan untuk pemecahannya. Caritahu siapa wanita itu, apa yang sedang dia kerjakan, dan kenapa dia berbuat demikian.”
Judul asli | : | The Adventure of the Clothes-line<i=1DtjrGQUGrPidklm8pIfgdj4vFnQjcLkY 334KB>The Adventure of the Clothes-line (1915) |
Pengarang | : | Carolyn Wells |
Penerbit | : | Relift Media, April 2018 |
Genre | : | Detektif |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |