Skip to content
Pengaruh Rokok Dalam Mengusamkan Mulut, Gigi, Kulit – Relift Media

Pengaruh Rokok Dalam Mengusamkan Mulut, Gigi, Kulit Bacaan non-fiksi medis

author _William Andrus Alcott_; date _1853_ genre _Medis_; category _Pamflet_; type _Nonfiksi_ Aku kenal seorang pendeta warta rahayu, yang dipuji di semua gereja, yang mulut dan giginya tak hanya dihitamkan oleh kunyahan, tapi juga yang dagunya, dalam kerut-kerut yang ditimbulkan oleh usia, sesekali menjadi dasar dua sungai getah tembakau. “Andai mungkin,” kata Dr. Rush, “seorang makhluk yang tinggal di bumi kita mengunjungi penduduk sebuah planet di mana akal memerintah, dan memberitahu mereka bahwa sebuah tembakau busuk dipergunakan di kalangan penghuni bumi yang dia tinggalkan, tembakau yang tidak memberi makan; bahwa tembakau ini dibudidayakan dengan sangat hati-hati; bahwa itu adalah barang dagang penting; bahwa ketiadaannya mengakibatkan banyak kesengsaraan nyata; bahwa rasanya sangat memualkan; bahwa itu tak ramah untuk kesehatan dan moral; dan bahwa penggunaannya di­iringi dengan hilangnya waktu dan kekayaan dalam jumlah banyak—cerita itu akan dianggap tak masuk akal. Sama sekali tak mungkin untuk merenungkan makhluk manusia secara lebih absurd dan konyol daripada dalam cintanya pada tembakau.” Sebagian mungkin cenderung berbeda pendapat dengan ini. Cinta manusia pada alkohol, mereka akan bilang, lebih aneh lagi dan lebih konyol lagi; atau, biar bagaimanapun juga, tembakau tidak, seperti alkohol, menggulingkan akal dan menjadikan manusia seorang hewan, atau jauh lebih buruk. Tapi seorang mendiang penulis tentang tembakau, Dr. L. B. Coles dari Boston, di halaman pertamanya, meya­kinkan kita bahwa “selain dosa yang lebih kotor daripada minum miras, penggunaan tembakau dalam bentuk apapun, sampai tingkat berlebihan yang sama, mengacaukan aksi alami sistem secara lebih efektif.” “Itu melakukan serangan lebih luas terhadap pengaturan Alam,” lanjutnya, “dibanding alkohol. Itu mengganggu arus-arus alami kehidupan dalam derajat lebih besar.” Sebagai bukti bahwa ini bukan pendapat yang dilebih-lebihkan, dan juga untuk menunjukkan keburukan fisik dan moral dari penggunaan tembakau sebagai barang mewah, mari kita pertimbangkan panjang-lebar kekotorannya; karakter medis atau racunnya, dan kecenderungan amoral­nya.
§1. Mulut, gigi, dll. Apakah ada sebuah mata yang tak ter­biasa, tapi harus berpaling jijik dari tontonan menjijikkan yang begitu sering ditampilkan oleh mulut, dagu, dan gigi pengunyah tembakau, dan hidung dan mulut (jika bukan pakaian juga) pengendus senggeruk? Aku pernah bertemu seorang profesor sains—bahkan lebih dari satu orang—di kampus kami, yang wajah, baju linen, dan rompinya benar-benar dicemari dan dihitamkan oleh senggeruk. Dan aku kenal seorang pendeta warta rahayu, yang dipuji di semua gereja, yang mulut dan giginya tak hanya dihitamkan oleh kunyahan, tapi juga yang dagunya, dalam kerut-kerut yang ditimbulkan oleh usia, sesekali menjadi dasar dua sungai getah tembakau. Kekotoran para pendeta dan wanita mung­kin tidak jauh lebih buruk dibanding orang lain; tapi itu tentu lebih menjijikkan. §2. Bagian dalam. Tapi timbunan eksternal lebih menjijikkan daripada timbunan internal hanya karena mereka lebih ke­lihatan. Rongga-rongga internal wajah—rongga hidung da­lam, lubang besar di tulang pipi, dan sinus frontalis—semua berkomunikasi dengan satu sama lain dan, pada pengguna tembakau, semua sama-sama tercemar. Seorang pakar kom­peten menyatakan bahwa Pdt. Dr. Cooper dari Boston, akibat penggunaan senggeruk terus-menerus, mengalami penyakit kepala fatal, dan bahwa senggeruk Skotlandia yang diper­keras dalam jumlah sangat besar ditemukan di antara hidung eksternal dan otak, dalam apa yang kusebut sinus frontalis, pasca kematiannya. Jika seluruh bagian dalam yang kotor pada pengendus senggeruk, atau bahkan pengunyah atau pengisap tembakau, bisa ditampakkan ke mata khalayak, aku yakin itu akan lebih mencegah generasi muda jatuh ke dalam kebiasaan busuk dan hewani ini dibanding semua lektur, esai, dan homili kita. §3. Rongga paru-paru. Trakea atau batang tenggorokan dibagi lagi untuk membentuk apa yang disebut bronkus-bronkus; dan mereka ini lagi-lagi dibagi menjadi cabang-cabang lebih kecil, hampir tak terhitung. Mereka berakhir di sel-sel kecil berongga atau kantong udara. Permukaan membran pelapis pipa-pipa dan sel-sel berongga ini sudah ditaksir secara be­ragam; tapi panjangnya tidak mungkin kurang dari 15 atau 20 kaki dangkal. Pada seluruh permukaan ini tersebar asap tem­bakau dan sebagian senggeruk (dari orang-orang yang meng­gunakan cerutu dan kotak senggeruk), sampai semua lubang ini, bersama rongga hidung dan rongga-rongga lain di se­putar wajah dan tenggorokan, bakal berubah menjadi banyak sekali cerobong jelaga, kalau bukan karena pembuluh-pem­buluh penyerap. Aku bilang, kalau bukan karena pembuluh-pembuluh penye­rap. Dinding putih apapun yang diperlakukan sebagaimana dinding internal paru-paru akan segera menjadi tak layak dan menjijikkan. Tapi pada seluruh rongga-rongga internal ini dijumpai dalam jumlah besar sejenis pembuluh yang memiliki kemampuan untuk menyingkirkan partikal-parti­kel kotor yang tidak terlalu berat untuk mereka. Partikel-partikel tembakau tak terdekomposisi yang teruapkan, yang menyusun sebagian besar asap tembakau dan yang seharus­nya segera menghitamkan membran hidup bronkus-bronkus dan sel-sel udara, dibawa ke atas dan diangkut keluar sistem, tapi tidak tanpa menerobos hampir setiap bagiannya dalam perjalanan mereka.
Judul asli : The Physical and Moral Effects of Using Tobacco as a Luxury: Filthiness of Tobacco<i=1-om8Q8jGIGOIQRZcV332z5BkVPt8kZ0z 247KB>The Physical and Moral Effects of Using Tobacco as a Luxury: Filthiness of Tobacco
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Februari 2025
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Pengaruh Rokok Dalam Mengusamkan Mulut, Gigi, Kulit

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2025)