Skip to content
Kronologi Vedik: Bukti Veda Sejak 11.000 SM – Relift Media

Kronologi Vedik: Bukti Veda Sejak 11.000 SM Bacaan non-fiksi sejarah

author _S. V. Venkateswara_; date _1931_ genre _Sejarah_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Jelas bahwa Aryanisme di Asia Barat merepresentasikan tahap belakangan dan bukan awal dalam perkembangan agama Vedik. Tahap dan masa lebih awal lagi direpresentasikan oleh penyebutan kuda dalam lauh Babilonia 2100 SM sebagai “keledai dari Timur” atau “keledai dari gunung”. [Profesor S. V. Venkateswara dari Universitas Mysore sedang mendorong era Vedik ke sebuah periode yang tidak akan mudah disetujui oleh orang-orang dogmatis yang menjadi bagian dari lebih dari satu bidang pengetahuan modern. Namun, penulis kita sedang melawan sesama Orientalis-nya (dia adalah sinar bercahaya di tengah-tengah mereka) dengan senjata mereka sendiri dan argumen yang dia buktikan tidak bisa dijawab. Penyelidikan segar mungkin akan mendorong era itu lebih jauh ke belakang, dan jika ajaran-ajaran Doktrin Esoterik kuno dipelajari, kejutan-kejutan akan sedang me­nanti penulis terpelajar kita sendiri. Artikel ini memeriksa Kronologi Vedik dari tiga sudutpandang; andai saja sang Pro­fesor berbakat menambahkan dalam pemeriksaan astrono­misnya pertimbangan asal-usul Zodiak Hindu. Juga, kami berpikir waktunya sudah lewat untuk memeriksa secara kritis beberapa mitos tua dan menemukan makna historis mereka, dan memakai mereka dalam menetapkan zaman-zaman Vedik. Sebagai contoh, kapan Banjir Besar, yang dideskripsi­kan begitu lengkap dalam Adhyaya kedelapan dari Satapa­tha Brahmana, terjadi? Para pembaca yang tertarik akan menemukan banyak bahan mengenai kedua hal ini (Zodiak Arya dan Banjir India) dalam kedua jilid The Secret Doctrine.—Editor The Aryan Path] Banyak yang sudah ditulis mengenai kronologi India kuno berdasarkan studi teks-teks Vedik. Tapi para cendekiawan barat yang mempelajari subjek ini dalam semangat kritis dan saintifik sayang sekali diilhami deduksi-deduksi tak benar yang Uskup Agung Ussher ambil dari reka­man-rekaman Ibrani. Konsekuensi-konsekuensi dari karya Ussher bisa dilihat dalam tulisan para Orientalis terawal kita seperti Sir William Jones, Charles Wilkins, dan Max Müller, yang tak diragukan lagi diprasangkai oleh atmosfer teologis Oxford. Menurut mereka dunia diciptakan pada 4004 SM dan Banjir Nuh terjadi pada 2349 SM. Oleh karenanya tidak­lah terpikirkan bahwa orang-orang Arya Vedik sudah mema­suki India sebelum sekitar 2000 SM. Kronologi artifisial terperinci yang didasarkan pada kepercayaan ini dibangun oleh Max Müller dan dipegang teguh oleh para penulis hidup dari mazhabnya. Seberapa manjur pengaruh Müller, hal ini jelas ketika cendekiawan semisal Prof. Keith menafsirkan nama-nama Dewa-dewa dan pahlawan-pahlawan Vedik yang tampak dalam prasasti-prasasti Asia Barat (berasal dari abad 18 dan 14 SM) sebagai relik arak-arakan Arya ke India. De­ngan begitu mereka terpaksa membawa awal-mula kebuda­yaan Vedik turun lebih jauh ke dalam batasan jarak terukur yaitu sekitar 1200 SM. Kerasukan oleh prasangka yang dihormati sepanjang zaman dalam perkara kronologi telah membutakan mereka terhadap fakta-fakta gamblang semisal penyebutan Himalaya dalam prasasti-prasasti itu, yang me­nunjukkan antara lain sebuah migrasi bukan ke arah timur menuju India tapi ke arah barat dari negara tersebut. Jika bukti lain apapun dibutuhkan untuk mendukung revisi krono­logi Vedik, kita memilikinya dalam penggalian-penggalian di lembah Indus yang membawa kita mundur ke milenium ke-5 SM, sebagaimana diperlihatkan dalam edisi Januari (1930) jurnal ini. Disepakati di kalangan cendekiawan bahwa terdapat lapi­san-lapisan kronologis berlainan dalam koleksi luas yang dikenal sebagai sastra Vedik. Ṛigveda adalah paling awal, dan di antara kidung-kidungnya, kidung yang terkandung dalam Kitab 2 sampai 7 merupakan lapisan paling awal, kidung dalam Kitab 8 sampai 9 adalah belakangan, dan dalam Kitab 1 dan 10 adalah paling akhir. Data Yajurveda dalam berbagai revisinya bertanggal/bertahun lebih belakangan daripada data Ṛigveda, dan data Atharvaveda lebih belakangan lagi dalam bentuk yang ada walaupun mereka mengandung bebe­rapa kepercayaan dan praktek primitif. Penstudi kronologi kuno akan harus mencamkan fakta-fakta ini sebelum mem­pertimbangkan data utama yang membantu menentukan masa-masa kultural Zaman Vedik panjang. Data-data ini bisa ditempatkan di bawah tiga tajuk utama: (1) mereka yang dapat disimpulkan dari studi komparatif bahasa-bahasa; (2) mereka yang berkenaan dengan relasi kaum Vedik dengan kaum-kaum lain; dan (3) mereka yang berkenaan dengan Astronomi.

Bukti Filologis

Para sarjana Barat secara umum cenderung bersumpah de­ngan bukti filologis. Sebagian dari mereka menarik keseban­dingan dari evolusi bahasa-bahasa modern dan menyangka periode-periode pendek sebagai sama-sama mencukupi un­tuk evolusi linguistik awal. Tapi sungguh kurang kerjaan jika kita menyangkal bahwa evolusi roda biasa-biasa saja meng­habiskan waktu berabad-abad dalam evolusi teknik kuno, sedangkan transisi dari bentuk-bentuk mesin uap mentah ke maju menghabiskan waktu bertahun-tahun ketimbang ber­abad-abad. Jadi waktu yang dihabiskan untuk berkembang­nya bahasa Yunani Homerik ke bahasa Yunani Alexandria atau untuk berkembangnya Sanskerta Pāninian ke Sanskerta Patañjali, meski itu turut menetapkan tahap-tahap perkem­bangan, bukanlah kriteria untuk menetapkan periode waktu yang dihabiskan di setiap tahap. Upaya-upaya untuk mene­tapkan “Batas Atas pada Tahun Ṛigveda” entah di angka 2000 SM atau 1200 SM, berdasarkan bukti filologis saja, se­betulnya merupakan usaha untuk membangun di atas pasir apung. Menarik untuk disorot, opini modern berbelok ke pan­dangan ini. Sebagaimana Tn. Charles Johnston katakan, se­jauh bukti positif membuktikan, Max Müller bisa jadi menu­lis 20.000 SM sebagai 2000 SM. Sungguh, ini waktunya para cendekiawan Vedik menegur diri mereka sendiri “untuk melepaskan kronologi India dari kesimpangsiuran yang ke dalamnya ia dijerumuskan oleh mazhab 4004 SM”. Diakui oleh semua filolog bahwa Slavia-Lituania merupa­kan transisi antara India-Iran di satu sisi dan Yunani-Latin di sisi lain. Tapi tidak diketahui luas bahwa bahasa Tokharia adalah yang paling dekat dengan Lituania maupun Sans­kerta, dan bahwa Nasili di Kapadokia berinfleksi Arya dan bersifat “inkorporatif”, dengan kata lain berstruktur Dravida. Itu adalah bahasa bangsa Het (sesudah 1500 SM). Pene­muan kedua bahasa ini telah memberi goncangan kepada pembagian klasik grup centum Barat dan grup satam Timur, berdasarkan dugaan rumah Asia Tengah awal. Sebab teks-teks Tokharia yang ditemukan di Turkistan China menunjuk­kan bahasa tersebut dari grup centum bukan satam. Itu me­nyingkap serangkaian kata-kata khas Eropa sekaligus dan bentuk-bentuk gramatisnya menunjukkan afinitas dalam beberapa kasus dengan Celtik dan Italik, dalam beberapa kasus lain dengan Slavoni, dan dalam beberapa kasus dengan Armenia dibanding dengan Celtik. Kosakatanya adalah Yunani-Sanskerta. Jika diperiksa seksama, akan jelas bahwa bahasa Armenia dan Lituania menyingkap Vedik sebagai ber­beda dari bentuk-bentuk Sanskerta belakangan dalam bebe­rapa kasus, misalnya dalam penggunaan k untuk p dan j untuk y. Kita harus ingat bahwa kita juga memiliki k untuk p dalam bentuk-bentuk Vedik kuno (contohnya anushtuk dan anushtup), dan bahwa dalam Sanskerta dan Prakrit belaka­ngan pun kita menemukan perubahan y menjadi j (yadu dan jadu). Beberapa asumsi keliru para filolog dapat disebutkan, sebab itu akan membantu menimbang ulang persoalan ini. Ada tuduhan bahwa dalam Sanskerta tidak ada nama untuk ikan atau bahkan untuk laut. Padahal seluruh kidung Ṛigveda dipersembahkan untuk ikan-ikan dan rintihan mereka saat tertangkap jaring (Ṛigveda viii. 67). Samudra sudah pasti berarti laut dalam beberapa ayat dalam Kitab 8 dan 10 dan kemungkinan dalam Kitab 7 (contohnya Ṛigveda viii. 6,4;92,22; Ṛigveda vii. 33,8). Kadang ada argumen bahwa hewan-hewan seperti beruang dan serigala dan pohon-pohon seperti bewuk (beech) dan burja (birch) adalah asli dari zona iklim sedang dan terutama dari Eropa, sedangkan singa, macan, dan pohon palem-paleman adalah ciri khas Asia. Argumen-argumen demikian sangat butuh revisi yang mem­beri kelonggaran semestinya untuk perbedaan-perbedaan iklim dan sebaran tanah dan air di area-area historis selama perjalanan abad-abad.
Judul asli : Vedic Chronology: A Case for 11.000 BC<i=1xOUbnQwyBDCzugxwwEZSUxW1lGcQpGJF 501KB>Vedic Chronology: A Case for 11.000 BC
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Juli 2024
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Kronologi Vedik: Bukti Veda Sejak 11.000 SM

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2024)