Bukti Filologis
Para sarjana Barat secara umum cenderung bersumpah dengan bukti filologis. Sebagian dari mereka menarik kesebandingan dari evolusi bahasa-bahasa modern dan menyangka periode-periode pendek sebagai sama-sama mencukupi untuk evolusi linguistik awal. Tapi sungguh kurang kerjaan jika kita menyangkal bahwa evolusi roda biasa-biasa saja menghabiskan waktu berabad-abad dalam evolusi teknik kuno, sedangkan transisi dari bentuk-bentuk mesin uap mentah ke maju menghabiskan waktu bertahun-tahun ketimbang berabad-abad. Jadi waktu yang dihabiskan untuk berkembangnya bahasa Yunani Homerik ke bahasa Yunani Alexandria atau untuk berkembangnya Sanskerta Pāninian ke Sanskerta Patañjali, meski itu turut menetapkan tahap-tahap perkembangan, bukanlah kriteria untuk menetapkan periode waktu yang dihabiskan di setiap tahap. Upaya-upaya untuk menetapkan “Batas Atas pada Tahun Ṛigveda” entah di angka 2000 SM atau 1200 SM, berdasarkan bukti filologis saja, sebetulnya merupakan usaha untuk membangun di atas pasir apung. Menarik untuk disorot, opini modern berbelok ke pandangan ini. Sebagaimana Tn. Charles Johnston katakan, sejauh bukti positif membuktikan, Max Müller bisa jadi menulis 20.000 SM sebagai 2000 SM. Sungguh, ini waktunya para cendekiawan Vedik menegur diri mereka sendiri “untuk melepaskan kronologi India dari kesimpangsiuran yang ke dalamnya ia dijerumuskan oleh mazhab 4004 SM”. Diakui oleh semua filolog bahwa Slavia-Lituania merupakan transisi antara India-Iran di satu sisi dan Yunani-Latin di sisi lain. Tapi tidak diketahui luas bahwa bahasa Tokharia adalah yang paling dekat dengan Lituania maupun Sanskerta, dan bahwa Nasili di Kapadokia berinfleksi Arya dan bersifat “inkorporatif”, dengan kata lain berstruktur Dravida. Itu adalah bahasa bangsa Het (sesudah 1500 SM). Penemuan kedua bahasa ini telah memberi goncangan kepada pembagian klasik grup centum Barat dan grup satam Timur, berdasarkan dugaan rumah Asia Tengah awal. Sebab teks-teks Tokharia yang ditemukan di Turkistan China menunjukkan bahasa tersebut dari grup centum bukan satam. Itu menyingkap serangkaian kata-kata khas Eropa sekaligus dan bentuk-bentuk gramatisnya menunjukkan afinitas dalam beberapa kasus dengan Celtik dan Italik, dalam beberapa kasus lain dengan Slavoni, dan dalam beberapa kasus dengan Armenia dibanding dengan Celtik. Kosakatanya adalah Yunani-Sanskerta. Jika diperiksa seksama, akan jelas bahwa bahasa Armenia dan Lituania menyingkap Vedik sebagai berbeda dari bentuk-bentuk Sanskerta belakangan dalam beberapa kasus, misalnya dalam penggunaan k untuk p dan j untuk y. Kita harus ingat bahwa kita juga memiliki k untuk p dalam bentuk-bentuk Vedik kuno (contohnya anushtuk dan anushtup), dan bahwa dalam Sanskerta dan Prakrit belakangan pun kita menemukan perubahan y menjadi j (yadu dan jadu). Beberapa asumsi keliru para filolog dapat disebutkan, sebab itu akan membantu menimbang ulang persoalan ini. Ada tuduhan bahwa dalam Sanskerta tidak ada nama untuk ikan atau bahkan untuk laut. Padahal seluruh kidung Ṛigveda dipersembahkan untuk ikan-ikan dan rintihan mereka saat tertangkap jaring (Ṛigveda viii. 67). Samudra sudah pasti berarti laut dalam beberapa ayat dalam Kitab 8 dan 10 dan kemungkinan dalam Kitab 7 (contohnya Ṛigveda viii. 6,4;92,22; Ṛigveda vii. 33,8). Kadang ada argumen bahwa hewan-hewan seperti beruang dan serigala dan pohon-pohon seperti bewuk (beech) dan burja (birch) adalah asli dari zona iklim sedang dan terutama dari Eropa, sedangkan singa, macan, dan pohon palem-paleman adalah ciri khas Asia. Argumen-argumen demikian sangat butuh revisi yang memberi kelonggaran semestinya untuk perbedaan-perbedaan iklim dan sebaran tanah dan air di area-area historis selama perjalanan abad-abad.| Judul asli | : | Vedic Chronology: A Case for 11.000 BC<i=1xOUbnQwyBDCzugxwwEZSUxW1lGcQpGJF 501KB>Vedic Chronology: A Case for 11.000 BC |
| Tahun | : | 1931 |
| Pengarang | : | S. V. Venkateswara |
| Penerbit | : | Relift Media, Juli 2024 |
| Genre | : | Sejarah |
| Kategori | : | Nonfiksi, Esai |
Unduh
Kronologi Vedik: Bukti Veda Sejak 11.000 SM.pdf
Koleksi Sastra Klasik (2024)