Skip to content
Homo Syriacus, Homo Europaeus, Homo Arabicus, Homo Judaeus – Relift Media

Homo Syriacus, Homo Europaeus, Homo Arabicus, Homo Judaeus Bacaan non-fiksi sosial

author _Houston Stewart Chamberlain_; date _1899_ genre _Sosial_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Kita melihat, di sisi lain, bahwa di mana kehendak Semitik berkuasa dalam ranah murni agama (bukan ranah harta-benda), itu memaksa dan memerintahkan kemandulan mental; kita melihatnya pada kaum Yahudi pasca pembuangan ke Babilonia dan kita melihatnya pada Islam. Jika sekarang kita kembali ke statistika rasial, kita ber­hadap-hadapan dengan sebuah tema sulit, kita dapat mengukur tengkorak dan menghitung hidung, tapi bagai­mana hasil-hasil ini menampakkan diri dalam fitrah batin Yahudi? Kita memegang tulang tengkorak, itulah yang Carlyle sebut “fakta keras”. Tengkorak ini betul-betul me­lambangkan seluruh dunia; siapapun yang memiliki keahlian untuk menimbang massanya dengan benar, dan untuk menafsirkan garis-garisnya dalam relasi timbal-balik, bisa memberitahu kita banyak hal tentang individu ini; dia akan melihat kemungkinan-kemungkinan yang jadi disadari ras tersebut setelah bergenerasi-generasi, dan mengenali keter­batasan-keterbatasan yang memisahkan satu orang dari orang lain sejak awal. Saat memperhatikan dua tengkorak di halaman 374, tengkorak yang panjang dan tengkorak yang bulat, kita rasanya melihat dua mikrokosmos. Tapi kemam­puan penafsiran tak diberikan pada kita; kita menilai orang-orang berdasarkan perbuatan mereka, dengan kata lain se­cara tak langsung dan menurut metode fragmentaris, sebab perbuatan-perbuatan ini ditentukan hanya oleh keadaan pasti. Segalanya masih kerja borongan di sini. Nah, proto­plasma sebuah alga bersel satu adalah struktur sedemikian kompleks sehingga para kimiawan belum tahu berapa banyak atom yang harus mereka perkirakan dalam molekulnya, dan bagaimana mereka bisa menyatukan atom-atom itu di bawah simbol formula yang dapat diterima sama sekali; siapa yang akan memberanikan diri untuk menemukan formula untuk satu manusia atau seluruh kaum? Karakterisasi bangsa Het, bangsa Amori, dan bangsa Semit berikut ini hanya bisa membantu memberi gambaran umum. Pada gambar-gambar Mesir, bangsa Het tampak tidak pintar. Hidung “Yahudi” yang dibesar-besarkan itu disam­bung ke atas oleh dahi yang surut dan ke bawah oleh dagu yang lebih surut lagi. Barangkali homo syriacus tidak betul-betul dibuat istimewa dengan pemilikan karunia-karunia hebat dan brilian; aku tak bisa katakan dia memberikan tanda-tanda itu di zaman modern di tempat-tempat di mana dia diduga menonjol. Tapi dia tak diragukan lagi memiliki kualitas-kualitas bagus. Bahwa rasnya menonjol dan masih menonjol di berbagai persilangan, itu menunjukkan kekuatan fisik yang besar. Selain itu, dia memiliki ketahanan dan ketekunan sepadan. Jika dinilai dari beberapa gambar, dia juga pasti lihai, bahkan sangat licik (yang tentu saja tak berkaitan dengan akal brilian, di sisi lain). Sejarahnya juga menunjukkan dia lihai; dia selalu tahu cara memerintah dan cara tunduk pada kekuatan asing di mana kondisinya men­dukung. Dia mengolah tanah distrik-distrik tandus, dan ketika populasi bertambah, dia membangun kota-kota dan dia pedagang sedemikian cakap sampai-sampai di dalam Alkitab kata tersebut juga menandakan pedagang dan orang Kanaan. Bahwa dia bisa menghadapi kematian dengan berani, itu dibuktikan oleh pergumulan panjang dengan Mesir dan keberadaan karakter-karakter semisal Uria. Ciri kebaikan hati tampak dalam semua potret lain yang sangat berbeda. Kita bisa membentuk gambaran mental yang sangat jelas bagaimana orang-orang ini—yang jauh dari mitologi simbolis dan juga dari delusi fanatik Badui—bisa memperkenalkan kultus sederhana itu, yang bani Israel temukan di Palestina dan adopsi, festival panen anggur (itu juga Tahun Baru bagi mereka, dan kaum Yahudi kemudian menyebutnya Pesta Tabernakel), festival musim semi (Pas­kah, yang ditransformasi kemudian oleh kaum Yahudi men­jadi Pesakh) dengan kurban lembu dan domba kelahiran pertama, festival panen selesai (Pentakosta, yang oleh kaum Yahudi disebut “Festival Minggu-minggu”), tak ada yang lain kecuali festival-festival gembira sebuah kaum agrikultur yang lama berdiam, bukan festival-festival sebuah ras nomaden, festival-festival tanpa kaitan lebih dalam dengan kehidupan spiritual manusia, agama alam sederhana yang mungkin cocok dan tentu saja masih akan cocok dengan kaum seder­hana, getol, dan “lumayan jujur”. Berhubung kita menemu­kan kurban manusia hanya di tempat di mana (misalnya di Fenisia) elemen Semitik sangat menonjol, kita dapat ber­asumsi bahwa sebuah kebiasaan Semitik dan bukan kebia­saan Het menampakkan diri dalam kasus-kasus di mana pelayanan Baal Kanaan memperkenankan kengerian-kenge­rian tersebut di festival; namun, mereka merupakan penge­cualian dan barangkali terjadi hanya ketika puteri-puteri asing datang ke tanah itu melalui pernikahan... Secara umum bangsa Het memberi kita kesan mediokritas terhormat dengan vitalitas besar ketimbang kapasitas istimewa untuk pencapaian-pencapaian luar biasa, mereka memiliki ketaha­nan ketimbang kekuatan. Goethe mengatakan dalam suatu tulisan bahwa tidak ada kebesaran tanpa sesuatu yang ekstravagan; menurut definisi Goethe ini bangsa Het hampir tak bisa mengaku besar.
Judul asli : Homo Syriacus, Homo Europaeus, Homo Arabicus, Homo Judaeus<i=1uXiwfFnyGCbEm32y509g5wf4onqbnrem 269KB>Homo Syriacus, Homo Europaeus, Homo Arabicus, Homo Judaeus
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Oktober 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Homo Syriacus, Homo Europaeus, Homo Arabicus, Homo Judaeus

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)