Di kuil dan sekolah, kita “mengambil” pancasila yang memberadabkan ini, tapi itu tidak cukup; pancasila harus “mengambil” kita, “membawa kita” seperti kata pepatah populer, hidup dalam diri kita, hidup dengan dan melalui kita.
Butir-butir Pancasila:
- Pāṇātipātā veramaṇī, sikkhāpadaṃ samādiyāmi. (Aku bersumpah akan mematuhi sila berpantang dari membunuh makhluk hidup.)
- Adinnādānā veramaṇī, sikkhāpadaṃ samādiyāmi. (Aku bersumpah akan mematuhi sila berpantang dari mengambil apa yang tidak diberikan.)
- Kāmesu micchācārā veramaṇī, sikkhāpadaṃ samādiyāmi. (Aku bersumpah akan mematuhi sila berpantang dari kelakuan seksual tak senonoh.)
- Musāvādā veramaṇī, sikkhā-padaṃ samādiyāmi. (Aku bersumpah akan mematuhi sila berpantang dari omongan tak benar.)
- Surāmeraya majja pamādaṭṭhānā, sikkhāpadaṃ samādiyāmi. (Aku bersumpah akan mematuhi sila berpantang dari minuman memabukkan dan obat-obatan yang menyebabkan kelalaian.)
Dia yang berhenti dari menyakiti makhluk hidup apapun, bergerak ataupun diam; Dia yang tidak membunuh atau menyebabkan membunuh—dia kunamakan Brahmana. (Dhammapada 405)
Judul asli | : | The Importance of Pañca Sīla<i=1LRyWe1mLALDw9WDqnOoj_cX6GTyFVxdO 302KB>The Importance of Pañca Sīla (1955) |
Pengarang | : | Grace Constant Lounsbery |
Penerbit | : | Relift Media, Mei 2023 |
Genre | : | Sosial |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |