Saat mendengar kabar kematian Liang, Zhu kehilangan semua gairah untuk terus hidup. Dia berpura-pura setuju dengan pernikahan yang diatur untuknya dengan syarat iring-iringan perkawinan harus melewati makam Liang.
Dahulu kala di China, pada masa ketika anak perempuan diharuskan diam di rumah dan belajar pekerjaan rumahtangga, sementara anak lelaki pergi ke sekolah, seorang gadis bernama Zhu Yingtai menyimpan keinginan untuk bersekolah.
Dia anak kesembilan dan puteri satu-satunya dari keluarga kaya-raya Zhu di Shangyu. Dia dimanja, tapi ayahnya tak mau melawan tradisi. Saat dia merajuk agar diizinkan bersekolah, ayahnya bilang tidak akan mencegahnya belajar kalau dia diterima di suatu sekolah. Dia yakin tidak ada sekolah yang akan menerima seorang anak perempuan.
Tapi Zhu banyak akal. Dia menyamar sebagai anak lelaki dan berhasil diterima di sebuah sekolah di kota Hangzhou, di mana bibinya tinggal.
Setiap pagi dia mengenakan samaran dan pergi bersekolah.
Di kelasnya ada seorang anak lelaki bernama Liang. Mereka bercakap-cakap dan merasakan tarik-menarik kuat dengan satu sama lain pada pertemuan pertama, dan seiring berjalannya waktu mereka menjadi teman baik. Atas alasan ini, mereka mengumpulkan segenggam tanah sebagai dupa dan mengambil sumpah persaudaraan di paviliun jembatan kayu.
Mereka bersekolah bersama selama tiga tahun berikutnya dan Zhu lambat-laun jatuh cinta pada Liang. Walau Liang menyamai Zhu dalam studi mereka, dia tetap seorang kutu buku dan tidak memperhatikan sifat feminim yang diperagakan oleh teman sekelasnya.
Suatu hari, Zhu menerima surat dari ayahnya, memintanya pulang secepat mungkin. Dia tak punya pilihan selain segera mengemas barang-barang dan pamit kepada Liang. Akan tetapi, dalam hatinya, dia sudah menyatakan cintanya kepada Liang dan bertekad untuk bersamanya selama-lamanya. Sebelum berangkat, dia mengungkap jati dirinya kepada isteri kepala sekolah dan memintanya menyampaikan anting-anting giok kepada Liang sebagai sebuah hadiah pertunangan.
Liang mengantar kepergian “saudara tersumpah”-nya sejauh 18 mil. Selama perjalanan, Zhu memberi isyarat pada Liang bahwa sebetulnya dia seorang wanita. Sebagai contoh, dia menyamakan mereka dengan sepasang bebek mandarin, tapi Liang tidak menangkap isyarat-isyaratnya dan bahkan tidak curiga sedikitpun bahwa rekannya adalah seorang wanita dalam samaran. Zhu ingin tetap bersama Liang untuk sisa hidupnya. Dia memikirkan sebuah rencana dan akhirnya mendapat ide. Dia berkata pada Liang bahwa dia bisa menjodohkan Liang dan “saudari”-nya. Dia bilang, saat Liang tamat sekolah dan sudah mendapat kerja, dia bisa datang ke rumah dan melamar saudarinya.
Liang langsung setuju. Dia juga tak ingin kehilangan Zhu. Jika dia menikahi adiknya, mereka bisa terus bertemu.
Judul asli | : |
Butterfly Lovers 梁山伯與祝英台<i=18GDIufUdyMhUJxguoOgAmueENd8dU1E0 209KB>Butterfly Lovers<br/> 梁山伯與祝英台 |
Pengarang | : | Anonim |
Penerbit | : | Relift Media, Maret 2019 |
Genre | : | Folklor |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |