Kaum wanita menuntut kepriaan pada kaum pria. Mereka meminta peragaan kekuatan atau kecerdikan luar biasa. Mereka sudah menanamkan kesadaran pada kaum pria bahwa hidup adalah progresi mental, dan bahwa mentalitas adalah, atau semestinya, salah satu senjata terpenting dalam perlengkapan pria.
Wanita tentara telah mengambil tempatnya dalam barisan industri besar tentara yang, pada saat penulisan ini, sedang membantu memenangkan perang untuk Inggris dan Sekutu-sekutunya.
Kedatangannya di kancah menjadi sebab untuk perasaan was-was. Pria-pria yang dia gantikan sedang berspekulasi tentang kemungkinan-kemungkinan masa depan, tidak sadar bahwa Britania ada dalam posisi pabrik besar yang selalu kekurangan staf, dan bahwa tidak terdapat cukup pria di negara ini untuk pembangunan industri-industrinya secara memadai.
Kelangkaan Pria
Kesulitan pasca perang bukanlah bagaimana kita akan menemukan pekerjaan untuk pria, tapi bagaimana kita akan mendapatkan pria-pria yang kita perlukan? Wanita sudah memasok separuh jawaban untuk pertanyaan ini. Dia sudah membuat jelas sekali bahwa dia bisa mengambil pekerjaan-pekerjaan tertentu dan membebaskan pria-pria untuk tak hanya bertempur dengan senapan dan bayonet, tapi dengan mesin bubut dan mesin dalam perang sesudah perang. Jika pria modern bingung tentang posisi wanita dalam industri di masa depan, apalagi para filsuf kuno, jika kau bisa mengangkut mereka dari ruang-ruang keabadian dan melibatkan pikiran mereka dalam permasalahan yang dihadirkan oleh wanita perang dan masa depannya. Euripides melihat [wanita] idealnya pada sosok yang “tetap diam di dalam rumah”. Sokrates akan sudah setegas-tegasnya menentang si pekerja perang modern, yakin bahwa memasukkannya ke dalam lingkup-lingkup pria bakal bereaksi merugikan bagi pria. “Wanita, yang tadinya setara dengan pria, menjadi lebih tinggi darinya,” katanya, dan dalam hal kesetaraan dia pasti sudah memasukkan kesetaraan peluang wanita.Wanita Pasca Perang
Inggris bertanya, dan bertanya dengan segala keseriusan, apa kelak posisi wanita ketika perang berakhir? Akankah dia mundur gemulai terlupakan dari tempat datangnya? Akankah para kondektur bus perempuan, para gadis kurir, para penagih dan pemeriksa karcis perempuan, para gadis lift, dan semacamnya, akankah mereka ini kembali ke apapun tugas mereka sebelum darurat perang membawa mereka mengisi tempat pria? Jawabannya “Tidak”. Pria-pria yang kembali akan berhadapan dengan Wanita Tentara—wanita yang, sesuai insting tak pernah salah yang dimiliki setiap hati ibu (insting pelestarian ras, bukan pelestarian diri), akan menentang kembalinya pria-pria ke pekerjaan yang para wanita bisa isi; tidak mesti wanita yang sekarang dipekerjakan dalam pekerjaan yang dianggap sementara oleh mayoritas wanita, melainkan balatentara wanita yang akan berdefile sepanjang jalan yang telah dibuka oleh para perintis ini. Tolong ingat ini: tidak ada yang membangkitkan cemoohan kaum wanita daripada melihat kaum pria mengisi pekerjaan kaum wanita. Tidak pernah ada satupun wanita yang menghormati pengawas toko atau kasir konter. Tidak pernah ada satupun wanita yang tidak memandang jijik pembantu rumahtangga pria. Satu-satunya pelayan rumahtangga yang pernah dijumpai wanita berpendidikan dalam pergaulan manusiawi adalah pengurus kuda atau sopir—sebab mereka mengerjakan pekerjaan pria, dan pekerjaan yang terlalu berat untuk dilakukan wanita.Dua Hal Pokok
Kaum wanita menuntut kepriaan pada kaum pria. Mereka meminta peragaan kekuatan atau kecerdikan luar biasa. Mereka sudah menanamkan kesadaran pada kaum pria bahwa hidup adalah progresi mental, dan bahwa mentalitas adalah, atau semestinya, salah satu senjata terpenting dalam perlengkapan pria. Wanita datang untuk menggantikan pria-pria yang kini secara fisik tidak bugar untuk kerja tangan, atau yang dulu menduduki posisi-posisi yang membuat para pemegang pekerjaan tersebut tak perlu mempergunakan bakat fisik superior mereka. Pria-pria itu, yang digantikan oleh para wanita, masuk ke dalam Militer atau, dengan kata lain, masuk ke dalam pelatihan fisik. Tidak ada alasan kenapa, di akhir perang, pria-pria demikian mesti kembali ke pekerjaan bocah laki-laki. Tidak ada alasan di dunia ini kenapa mereka tidak sampai diserap oleh pabrik-pabrik, yang semestinya bertambah banyak dan semestinya sibuk memenuhi permintaan yang ramai menyusul pulihnya perdagangan pasca perang.Dicari! Balatentara Pabrik
Kita butuh lebih dari balatentara untuk berperang—kita akan butuh balatentara pabrik yang besar. Jerman mengekspor ke Inggris saja banyak sekali barang pabrikasi yang kelak harus dibuat di dalam negeri. Ia juga mengekspor barang-barang ini ke Rusia dan Prancis—dan kita akan mendapatkan sebagian dari perdagangan itu. Sasis mesin senilai sejuta pound berasal dari Jerman—sejuta tersebut (atau bagian lebih besar) akan dibelanjakan di Inggris. £300.000 tambahan akan dibayarkan sebagai upah—2.000 atau 3.000 orang harus ditemukan di samping mereka yang dipekerjakan sebelum perang di pabrik mobil. Kaum wanita akan sebagian besar menggantikan kaum pria yang pergi ke pabrik-pabrik. Bahan kimia senilai £3.000.000; barang tembikar senilai £700.000 (bahan mentah datang dari Cornwal dan Devon!); barang-barang lunak, sarungtangan, kaus kaki, renda, dll, senilai £700.000.000 datang dari Jerman (ini lapangan kerja untuk 20.000 atau 30.000 orang, kebanyakan wanita); sepatu bot dan sepatu senilai hingga £1.500.000; besi, baja, barang elektrik, permesinan, dll, £10.000.000 (20.000 hingga 30.000 tukang tambahan diperlukan). Bagaimana kita akan mendapatkan tenaga kerja terampil untuk mengatasi permintaan terhadap industri-industri kita yang pasti akan timbul di akhir perang? Itu harus diambil dari departemen-departemen industri yang selama ini menarik tenaga kerja tak terampil. Balatentara ahli mekanik baru berarti balatentara kasir, kurir, dan pengangkut baru. Permasalahan terbesar kita kelak bukanlah memecat wanita, karena wanita tentara tidak bisa dipecat, melainkan meyakinkannya untuk terus dalam pekerjaan yang sedang dia lakoni.Judul asli | : | Woman the Warrior<i=1hX7yvw1V804UgR3f3Sp9bxCQNpu28UlL 247KB>Woman the Warrior (1916) |
Pengarang | : | Edgar Wallace |
Penerbit | : | Relift Media, Januari 2023 |
Genre | : | Perang |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |