Banyak sekali kolonis Asyur yang dikirim ke Hamath (yakni Galilea) adalah orang Arya. Sargon II menuturkan bahwa dia mendeportasi ketua suku Media, Diokis, beserta sanak-kerabatnya ke Hamath.
Para pendiri agama Kristen adalah orang Galilea. Murid-murid pertama Juru Selamat kita, Simon Petrus dan saudaranya Andreas, selain kedua putera Zebedeus, Yakobus dan Yohanes, adalah nelayan Galilea. Pilatus diberitahu bahwa Yesus adalah orang Galilea (Lukas, xxiii. 7). Prokurator Romawi tersebut memperlakukan Yesus sebagai penjahat politik. Pilatus tentu saja yang bertanggungjawab atas eksekusi sang Mesias, bukan kaum Yahudi (lihat Lukas, xiii. 1). Sudah diamati bahwa gambaran sikap Yahudi, di samping gambaran prosedur Romawi, di pengadilan Yesus terlihat seperti sebuah upaya terlambat untuk mengangkat kesalahan sejauh mungkin dari pundak bangsa Romawi dan meletakkannya pada kaum Yahudi.
Yesus Sendiri dipanggil Si Galilea. Kaisar Romawi Julianus Si Murtadin, yang mengumumkan pindah agama ke paganisme saat dia naik takhta, tahun 361 M, konon berseru, ketika dia terluka parah oleh sebatang panah dalam kampanyenya melawan Persia, “Orang Galilea, Kau telah menang!”
Canon Cheyne berkomentar dalam Encyclopedia Biblica-nya (kolom 1631): “Profesor Percy Gardner (arkeolog terkemuka dari Universitas Oxford dan Ketua Komite Lokal Kongres Internasional Ketiga Untuk Sejarah Agama-agama, yang baru-baru ini diadakan di Oxford, 15-18 September 1908) mengatakan, ‘Menurut semua probabilitas sejarah, Yesus dari Nazaret dilahirkan di Nazaret.’” Dia dipanggil Si Nazaret dalam Talmud. Para mualaf awal Kristen dikenal sebagai orang-orang Nazaret (Kisah Para Rasul, xxiv. 5). Nama Ibrani untuk para Kristiani adalah Noçerim, dan nama Arabnya adalah Naçâra.
Tradisi bahwa Yesus adalah keturunan Daud2 dan dilahirkan di Beth-lehem tidaklah asli. Sensus yang dirujuk di awal pasal kedua Injil Ketiga berlangsung pada tahun 7 M, dengan kata lain sekurangnya sebelas tahun setelah Kelahiran Yesus. Sebuah sensus imperial di kerajaan Herod adalah mustahil. Tidak ada penaksiran imperial sebelum Yudea dijadikan provinsi imperial. Pun rakyat tidak mungkin ditaksir di rumah-rumah leluhur mereka. Lebih dari itu, Mary tidak mungkin diharuskan menemani Yosef (lihat Encyclopaedia Biblica, kolom 808).
Juru Selamat Sendiri menyebut kepercayaan bahwa Mesias kelak adalah putera Daud sebagai sebuah opini para Juru Tulis yang tak berdasar (Markus, xii. 35-37). Seandainya sudah diketahui bahwa keturunan Trah Daud tinggal di Nazaret, Nathanel tidak bakal mengatakan, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yohanes, i. 46). Tradisi belakangan, yang berusaha mengakurkan kehidupan Yesus dengan terduga nubuat-nubuat Mesianik dalam Perjanjian Lama, merupakan konsesi untuk harapan-harapan atau prasangka-prasangka Yahudi. Dalam Micah v. 2, nama (Beth-)lehem merupakan sisipan belakangan. Bakal Penguasa Yudah (Zerubabbel) adalah keturunan Trah Ephrath, yakni nama klan Daud. Ratu Victoria adalah keturunan Trah Hanover, tapi dia tidak dilahirkan di Hanover. Semua petikan di mana Ephrath diidentikkan dengan Beth-lehem adalah pasca-Pembuangan. Tak ada putera atau keturunan Daud yang dilahirkan di Beth-lehem (lihat 2 Samuel iii. 2-5; v. 14-16).
Cendekiawan besar Alkitab, Profesor J. Wellhausen, dari Universitas Göttingen, memulai terjemahan Injil Pertama-nya dengan pasal ketiga yang ekuivalen dengan permulaan Injil Kedua; dua pasal pertama, berisi silsilah Daud-nya Yosef, kelahiran perawan, bintang Bethlehem, orang-orang bijak dari Timur, pelarian ke Mesir, pembantaian orang-orang tak berdosa, tidak dipertimbangkan.
Juru Selamat kita umumnya diduga adalah orang Yahudi secara ras. Pada 1523, Luther menerbitkan sebuah risalat di mana dia mencoba membuktikan bahwa Yesus adalah seorang Yahudi. Tapi dalam glosa Makabe yang diimbuhkan pada puisi pengagungan Kepulangan Dari Pembuangan pada 438 SM dan kelahiran pangeran Daud Zerubbabel, dalam pasal sembilan Kitab Nabi Yesaya, Galilea disebut “wilayah bangsa-bangsa”, dengan kata lain non-Yahudi. Juga dalam Yosua xii. 23, kita pasti membaca, “raja bangsa-bangsa di Galilea” (alih-alih Gilgal).
Dalam Kitab Kesatu Makabe (v. 14-23) kita membaca bahwa “para utusan dari Galilea, dengan baju sewa mereka, datang kepada Yudas Maccabaeus dan saudara-saudara seimannya, yang melaporkan begini: Mereka dari Ptolemais, dan dari Tyrus dan Sidon, dan seluruh Galilea kaum non-Yahudi berkumpul melawan kita untuk menghabisi kita... Lalu berkata Yudas kepada Simon, saudaranya: Pilihlah tiga orang, dan pergi selamatkan saudaramu yang ada di Galilea... Nah, kepada Simon diberikan 3.000 orang untuk pergi ke Galilea...di mana dia melancarkan banyak pertempuran dengan kaum penyembah berhala itu... Dan mereka yang ada di Galilea, yaitu di Arbatta, beserta isteri-isteri dan anak-anak mereka, dan semua yang mereka miliki, dia bawa pergi, dan membawa mereka ke Yudea dengan sangat gembira.”
Jadi kaum Yahudi yang tinggal di Galilea pada masa Yudas Maccabaeus semuanya diselamatkan dan dipindahkan ke Yerusalem pada 164 SM. Di saat yang sama, Yudas menyelamatkan saudara-saudara seimannya yang tinggal di antara kaum penyembah berhala di wilayah utara negeri di timur Yordan, dan membawa mereka semua ke Yerusalem. Kepulangannya yang penuh kemenangan dari ekspedisi jaya ini diagungkan dalam Mazmur lxviii.
Alhasil, tidak ada orang Yahudi di Galilea sesudah tahun 164 SM. Tapi pada 103 SM, cucunya Simon (putera tertua dan suksesor penakluk agung Makabe John Hyreanus) Aristobulus, Raja pertama kaum Yahudi, yang penobatannya diagungkan dalam Mazmur ii, meyudaisasi Galilea, memaksa para penduduknya mengadopsi khitan/sunat dan Hukum Musa.
Sejak waktu itu penduduk Galilea adalah orang Yahudi secara agama, tapi bukan orang Yahudi secara ras. Seorang negro yang bergabung dengan Gereja Inggris tidak menjadi orang Anglo-Saxon. Kaum Yahudi memandang rendah orang Galilea, dan dialek mereka menampakkan nasab non-Yahudi mereka. Dalam Matius xxvi. 73, kita membaca bahwa orang-orang yang ada di situ berkata kepada Petrus, “Pasti engkau salah seorang dari mereka. Itu kentara sekali dari logatmu.” Dalam Talmud (Erubin, 53b) terdapat satu anekdot yang menceritakan bahwa pada suatu masa seorang Galilea menanyakan amr, tapi orang-orang menjawab: Dasar kau orang Galilea bodoh! Apa kau ingin amr untuk berkendara (yakni hamâr, keledai) atau amr untuk minum (yakni khamar, anggur) atau amr untuk pakaian (yakni ‘amar, çemr Ibrani, wol) atau amr untuk sembelih (yakni immar, domba). Orang-orang Galilea melafalkan keempat kata, hamâr, khamar, ‘amar, immar dengan mirip; mereka tidak bisa membedakan beragam suara garau Semitik, sebagaimana orang Turki dan orang Persia tidak membedakan konsonan-konsonan khas tertentu dalam kata-kata Arab.
Judul asli | : | The Aryan Ancestry of Jesus<i=1XXlHfAeQmT9TGdXzpxTzzqgTaqa7RY1v 423KB>The Aryan Ancestry of Jesus (1909) |
Pengarang | : | Paul Haupt |
Penerbit | : | Relift Media, Agustus 2022 |
Genre | : | Sejarah |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |