Dua mata kita tidak menjadikan kondisi kita lebih baik; yang satu membantu melihat kebaikan, dan yang satu lagi keburukan hidup. Banyak orang punya kebiasaan buruk menutup yang kesatu, dan sedikit sekali orang menutup yang kedua.
Dua mata kita tidak menjadikan kondisi kita lebih baik; yang satu membantu melihat kebaikan, dan yang satu lagi keburukan hidup. Banyak orang punya kebiasaan buruk menutup yang kesatu, dan sedikit sekali orang menutup yang kedua. Inilah kenapa ada begitu banyak orang yang lebih suka buta daripada melihat semua yang mereka lihat. Orang-orang bermata satu yang kekurangan mata buruk ini, si perusak semua yang dilihat, adalah orang-orang bahagia! Mesrour contohnya.
Orang harus buta untuk tidak melihat bahwa Mesrour bermata satu. Dia terlahir bermata satu, tapi dia begitu puas dengan kondisinya sampai tak pernah bermimpi menginginkan satu lagi. Bukan karunia kekayaan yang menghiburnya atas ketidakadilan alam, sebab dia cuma seorang maling, dan tak punya harta selain bahunya; tapi dia bahagia, dan dia menunjukkan bahwa satu mata tambahan dan kurang penderitaan tidak berkontribusi banyak pada kebahagiaan. Uang dan nafsu makan selalu datang kepadanya sebanding dengan aktivitas fisik yang dia lakukan. Dia bekerja di pagi hari, makan dan minum di petang hari, tidur di malam hari, dan menganggap semua hari-harinya sebagai banyak sekali kehidupan terpisah, sehingga soal masa depan tidak pernah menyusahkannya dalam menikmati masa kini. Dia, seperti bisa kau lihat, adalah orang bermata satu sekaligus maling sekaligus filsuf.
Secara kebetulan dia melihat seorang puteri agung berlalu di atas kereta tempur gemerlap, yang memiliki satu mata lebih banyak daripada dirinya, tapi tidak mencegahnya untuk mengetahui wanita ini sangat cantik. Dan, karena orang-orang bermata satu berbeda dari orang-orang lain hanya dalam hal kurang satu mata, dia jadi mabuk cinta padanya. Orang mungkin berkata, ketika seseorang adalah maling dan bermata satu, dia tidak boleh jatuh cinta, apalagi kepada seorang puteri agung, dan terlebih lagi kepada seorang puteri yang memiliki dua mata. Aku setuju seseorang harus khawatir dirinya tidak disenangi. Namun, karena tiada cinta tanpa harapan, dan karena maling kita ini mencintai, dia mengharap. Berhubung dia punya lebih banyak kaki daripada mata, dan kakinya bagus, dia mengikuti sejauh empat liga kereta tempur dewinya, yang diseret oleh enam kuda putih besar dengan kecepatan tinggi. Mode di zaman itu, di kalangan nyonya-nyonya, adalah bepergian tanpa kacung dan tanpa kusir, dan mengemudi sendiri. Para suami ingin mereka selalu sendirian, agar lebih yakin akan kebajikan mereka, yang berbanding terbalik dengan perasaan para moralis, yang menyatakan tidak ada kebajikan dalam kesendirian.
Mesrour selalu berlari di sisi roda-roda gerobak, menujukan satu mata utuhnya kepada sang nyonya, yang terheran melihat orang bermata satu sedemikian gesit. Sementara dia dengan cara itu membuktikan seseorang tak kenal lelah akan apa yang dicintainya, seekor binatang buas yang sedang dikejar oleh para pemburu menyeberangi jalan utama dan membuat takut kuda-kuda, yang lalu menarik si jelita ke sebuah tebing curam setelah bekerja habis-habisan. Penggemar barunya, lebih terkejut daripada dia sendiri, padahal dia sangat-sangat terkejut, memotong lintasan dengan kecakapan mengagumkan. Keenam kuda putih berjingkrak penuh bahaya, dan sang nyonya, yang tidak kurang pucat dibanding mereka, masih ketakutan.
“Siapapun kau,” katanya kepada Mesrour, “aku takkan pernah lupa bahwa aku berutang nyawa padamu; mintalah apapun yang kau suka; semua yang kupunya adalah milikmu.”
“Ah! dengan jauh lebih banyak alasan,” sahut Mesrour, “aku bisa menawarimu sama banyaknya; tapi, dalam menawarkannya kepadamu, aku akan selalu menawarkan kurang banyak, sebab aku punya satu mata saja, dan kau punya dua. Tapi satu mata yang memandangmu lebih baik daripada dua mata yang tidak melihat dua matamu.”
Nyonya itu tersenyum, sebab kejantanan pria bermata satu selalu kejantanan sungguhan, dan kejantanan selalu membuat orang tersenyum.
“Andai saja aku bisa memberimu satu mata lain,” katanya, “tapi hanya ibumu yang bisa menghadiahkan ini. Terus ikuti aku.”
Judul asli | : | Le Crocheteur Borgne<i=1ey5cBfMkornVUsU6aL_HRIKnIBU6PXoh 233KB>Le Crocheteur Borgne (1746) |
Pengarang | : | Voltaire |
Penerbit | : | Relift Media, Juni 2022 |
Genre | : | Satir |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |