Perempuan asing adalah sumur sempit. Ia juga mengintai seperti pada mangsa, dan menambah pendosa di antara pria-pria. Rumahnya adalah jalan ke neraka, turun menuju bilik-bilik maut.
“Akhirnya dia sampai. Aku jadi senang, Ellen. Ini bukan malam yang pas untuk berada di luar.”
Suara Tn. Bunting penuh kelegaan. Dia dekat api, duduk santai di sebuah kursi lengan kulit yang dalam—seorang pria klimis necis, masih dengan penampilan luar yang lama, dan kini bukan lagi: kepala pelayan yang menghargai diri sendiri.
“Kau tak usah cemas begitu soal dia; Tn. Sleuth bisa menjaga diri, sudahlah.” Ny. Bunting berbicara dalam nada garing, agak masam. Dia kurang emosional, lebih seimbang, daripada suaminya. Pada dirinya bekas-bekas perbudakan masa lalu kurang kelihatan, tapi mereka tetap ada—khususnya dalam gaun stuff hitam rapi dan kerah dan manset bersih polos. Ny. Bunting, semasa lajang, bertahun-tahun menjadi apa yang dikenal sebagai pembantu berguna.
“Aku tak habis pikir kenapa dia ingin keluar dalam cuaca seperti ini. Dia juga melakukannya di tengah kabut pekan lalu,” sambung Bunting mengomel.
“Well, itu bukan urusanmu, kan?”
“Bukan; memang benar. Tapi tetap saja, akan sangat buruk untuk kita kalau terjadi sesuatu padanya. Penyewa ini adalah keberuntungan pertama yang kita dapat setelah sekian lama.”
Ny. Bunting tak membalas komentar ini. Itu terlalu benar untuk dijawab. Lagipula dia sedang mendengar-dengarkan—mengikuti dalam imajinasinya langkah kaki si penyewa yang buru-buru, anehnya diam-diam, “sembunyi-sembunyi”, sebutnya dalam batin, melintasi ruang depan gelap penuh kabut dan menaiki tangga.
“Tidak aman untuk orang baik-baik berada di luar dengan cuaca seperti ini—kecuali kalau mereka punya urusan yang tak bisa ditunda sampai besok.” Bunting akhirnya berbalik. Kini dia menatap lurus wajah isterinya yang kecil pucat; dia pria keras kepala, dan suka membuktikan dirinya benar. “Aku sudah bacakan kecelakaan-kecelakaan di Llyod’s kemarin—mereka menggemparkan, dan semua disebabkan oleh kabut! Dan lagi, monster seram itu kembali beraksi—”
“Monster?” timpal Ny. Bunting tak acuh. Dia sedang berusaha mendengarkan langkah kaki si penyewa di atas, tapi suaminya terus bicara seolah tak ada interupsi:
“Akan sangat tidak menyenangkan berjumpa dengan pihak macam itu di tengah kabut, ya kan?”
“Ngomong apa kau ini!” katanya tajam, dan tiba-tiba bangkit. Komentar suaminya telah mengacaukannya. Dia benci memikirkan hal-hal seperti pembunuhan berantai yang waktu itu sedang menakuti dan menghebohkan dunia bawah tanah London. Meski dia menikmati pathos dan sentimen—Ny. Bunting siap, dengan sedikit geli, menyimak detil-detil sebuah perbuatan melanggar janji—dia ciut oleh cerita-cerita keasusilaan atau kekerasan fisik.
Ny. Bunting bangkit dari kursi bersandaran lurus. Sebentar lagi waktu untuk kudapan malam.
Dia mondar-mandir di ruang duduk, membersihkan sebintik debu tak terlihat di sini, meluruskan sebuah perabot di sana.
Bunting melihat-lihat satu atau dua kali. Dia ingin meminta Ellen berhenti gelisah, tapi wataknya lembut dan cinta damai, jadi dia menahan diri. Akan tetapi, Ny. Bunting sendiri segera mengakhiri apa yang membuat Bunting jengkel.
Tapi rupanya Ny. Bunting tidak langsung turun ke dapur yang dingin, di mana segalanya sudah siap untuk masakan sederhana. Dia justru membuka pintu ke kamar tidur di belakang, dan di sana, menutup pintu pelan-pelan, dia mundur ke dalam kegelapan dan diam, mendengar-dengarkan.
Mulanya dia tak dengar apa-apa, tapi sedikit demi sedikit datang bunyi seseorang yang bergerak-gerak di kamar persis di atas; namun, sekeras apapun mencoba, mustahil untuknya menebak apa yang sedang dikerjakan si penyewa. Akhirnya dia terdengar membuka pintu ke peron tangga. Itu berarti dia akan menghabiskan sisa malam di ruang agak suram di atas lantai ruang kumpul—yang cukup ganjil, dia paling suka duduk di sana, padahal satu-satunya kehangatan berasal dari tungku gas yang diumpan dengan rancangan satu koin shilling dalam slot.
Judul asli | : | The Lodger<i=15guaQBRi4VgFVCTcJYA-oDx5GV7KjQPi 394KB>The Lodger (1911) |
Pengarang | : | Marie Belloc Lowndes |
Penerbit | : | Relift Media, Oktober 2018 |
Genre | : | Kriminal |
Kategori | : | Fiksi, Novelet |